Lian's

4.2K 266 6
                                    

Gue memperhatikan awan awan dari jendela pesawat. Gue sekarang lagi di pesawat menuju Demelza. Gue sadar, harusnya gue nggak tinggalin gadis gue disaat dia sedang dirumah sakit.

Dan sekarang, gue kembali untuk mengejarnya kembali.

:-:-:-:

Disinilah gue sekarang, duduk ditepi ranjang rumah sakit. Menggenggam tangan gadis gue yang dinginnya parah.

Perlu kalian ketahui, Raya meninggal. Maksud gue, Raya kecelakaan pesawat. Tiga jam lagi, gue harus naik pesawat menuju Inggris. Ada atau tanpa adanya Raya, gue tetap harus ke Inggris, menyemangati ayah yang pasti terpukul banget.

Gue berduka. Tentu, gue sayang Raya. Tapi Raya malah pergi meninggalkan kami semua duluan. Harusnya gue minta dia buat berangkat bareng gue aja.

Gue memperhatikan wajah manis Autumn secara seksama. Gue nggak tahu sampai kapan gue akan di Inggris. Atau bahkan gue nggak akan balik? Nggak ada yang tau.

"Autumn," panggil gue.

Autumn memang masuk rumah sakit karena terkena demam berdarah. Sekarang, dia masih dibawah pengaruh obat bius.

"Harusnya lo bangun sekarang, menyemangati gue. Gue takut naik pesawat. Orangtua gue meninggal karena kecelakaan pesawat. Sekarang Raya juga meninggal karena pesawat. Gue takut, Autumn. Bentar lagi, gue harus naik pesawat menyusul ayah di Inggris.

"Maaf gue nggak pernah kasih tau lo tentang ini. Gue hanya takut, takut lo meninggalkan gue. Gue takut kehilangan lo. Gue tau, gue egois. Maaf Autumn.

"Gue pamit pergi ya. Doain gue disana, hati gue akan selalu buat lo. Satu hal yang lo harus tau, suatu saat, kita akan bertemu lagi, walaupun dalam keadaan yang berbeda. Dan jika saat itu terjadi, gue harap, hati lo masih ada buat gue."

Gue mencium punggung tangan Autumn, "gue mencintai lo, Autumn, selamanya."

Gue memejamkan mata dan mencium kening Autumn lama. Lalu berjalan keluar meninggalkan ruang rawat Autumn.

:-:-:-:

Gue tersenyum lebar. Kini, gue telah sampai di Bandara Soekarno Hatta dengan selamat. Ya walaupun ada sedikit rasa gelisah saat di pesawat. Tapi akhirnya, here i am, di Indonesia mengejar kembali gadis gue.

Sesampainya di rumah lama gue, gue langsung meletakkan koper gue. Sebelum gue mencari Autumn, gue memutuskan untuk jalan jalan dulu.

Sekarang adalah musim gugur. Musim gugur dimana kelahirannya gadis gue. Hari ini adalah ulang tahunnya, bertepatan dengan awal musim gugur.

Musim gugur itu indah dan menyejukkan, seperti dia, Autumn.

Gue akhirnya jalan jalan dibawah pohon berwarna oranye yang daunnya mulai berguguran.

Kedua sudut bibir gue terangkat, musim gugur selalu mengingatkan gue dengan Autumn.

Dimana dia sekarang? Apa dia masih menunggu gue?

Bruk

"Jalan liat liat dong!" Ceplos gue. Seketika gue merasa dejavu. Gue pernah seperti ini dengan Autumn.

Love for AutumnWhere stories live. Discover now