PROLOG

633 24 11
                                    

"I watch out for you since I was four,there's nothing past or present that I will put in front of you."-Dean Winchester

Hujan lebat yang turun menyapa telinga kala airnya merenjis beberapa titik ke wajah.Menjadikan kulitnya yang kering mulai melembap.Sejuk.Itu yang dia rasa.Mata digerak kiri kanan mencari gerangan yang sepatutnya telah tiba 45 minit lalu.Baju panas digenggam erat bila kesejukan mencengkam jari jemarinya.
Lelah dihembus sebelum kepala ditundukkan ke bawah.Stesen Bas itu lengang,hanya dia seorang di situ.

"Kwangsoo yah!"Kepala nya ditoleh saat terdengar suara yang dikenali memanggil namanya.Gigi diketap geram sebelum dia bangun cepat cepat menghala ke arah lelaki yang datang membawa payung merah. "Mianhei,hyung terlambat."Lelaki itu menggosok rambutnya yang sedia kusut.Dia masih diam membisu.Protes. "Dah,jom balik."Ajak lelaki berumur 17 tahun itu pada adiknya yang berumur 7 tahun.

"Wae?"Tanya budak lelaki yang lebih kecil.
"Hmm?"Tanya Jongkook,abang yang lebih tua. "Kenapa appa tak ambil Kwangsoo balik?Dia dah janji." Kwangsoo menghentak kaki geram. "Dia ada hal.Kan hyung ada..Hyung jemput lah.."Jongkook memujuk lembut. Kwangsoo menggosok gosok matanya membuatkan Jongkook pasti dia menangis. "Dah,jangan menangis."Jongkook menepuk belakangnya. "Saya seorang je tinggal tadi.Saya takut."Kwangsoo tersengguk sengguk menangis.Jongkook tersenyum sebelum tunduk separas kepalanya. "Kamu tak pernah keseorangan,hyung sentiasa ada untuk kamu."Kwangsoo merenung mata Jongkook dan mengangguk laju laju.
"Arachi?"Tanya Jongkook."Arasso!"

"Mari balik dan makan sup rumpai laut."Ajak Jongkook. (*sup rumpai laut dimakan ketika hari lahir di Korea.)"Hm."Jawab Kwangsoo pendek sebelum mereka sama sama berjalan pulang dalam hujan lebat yang meraikan hari jadi Kwangsoo tahun itu.

"Hyung,nak hadiah."Kwangsoo yang telah reda kesedihannya tersengih nakal pada abangnya. "Hmmm,ada.Tapi,kena balik rumah dulu.Arasso?"Jongkook tersenyum manis."Ne!"Kwangsoo menaikkan ibu jarinya tanda okay.

Sesampainya di rumah,Jongkook membuka pintu rumahnya yang berkeriut dimamah usia.Tangannya menggigil apabila terlihat sesuatu di ruang tamu.Seorang gadis berpakaian uniform sekolah terbaring di atas lantai kayu rumahnya.Darah membasahi uniform putihnya, matanya terbeliak merenung ke arah Jongkook.Dadanya tidak berombak,Jongkook menelan liur merenung gadis tersebut.Gadis yang baru pagi tadi dilihat di sekolah memandangkan gadis itu berada di kelas bersebelahannya.

"Appa!"Jongkook memanggil dengan suara bergetar. "Wae,hyung?"Kwangsoo yang masih berdiri di luar kehairanan. "Appa!"Panggil Jongkook lagi.Wajahnya pucat lesi.Apa lagi yang ayahnya buat kali ini?Memanglah ayahnya kaki judi dan kaki botol..Tapi,takkanlah dia yang bunuh gadis ini..

"Jongkook-ah,tolong Appa."Jongkook tersentak apabila terlihat ayahnya keluar dari dapur dengan sebilah pisau disaluti darah di tangan.Wajah ayahnya basah dengan air mata sementara bajunya diselaputi darah pekat."Appa..Apa appa dah buat?"Jongkook pucat lesi.Dia tak tahu apa yang dia patut buat sekarang.

"Tolong appa."Rayu ayahnya sekali lagi. Jongkook tak mampu berkata kata. "Hyung,apa sebenarnya yang jadi?"Kwangsoo menolak Jongkook di muka pintu untuk masuk ke dalam.Matanya terbeliak melihat keadaan di depan matanya.Dia terduduk.Jongkook cepat cepat menarik adiknya keluar dan mengunci pintu rumahnya dari luar.

"Jongkook!Buka pintu ni,Jongkook !Tolong appa!"Kedengaran pintu diketuk kuat berkali kali. "Mianhe,appa!"Jongkook memeluk Kwangsoo kuat sebelum dia mengeluarkan telefon bimbitnya,

"Hello,polis.Saya nak laporkan pembunuhan...."

.....................................................................

THE UMBRELLAWhere stories live. Discover now