SL 24

4K 293 40
                                    

Aku sudah di kediaman ayah setelah tadi tiba di jakarta aku langsung mengantarkan yuki ke rumahnya karena malam nanti dia ada acara tapping. Hari ini benar-benar membuatku bahagia karena bisa melakukan pekerjaanku sekalian bisa bermesraan dengan kekasihku. Hahh andai yuki sudah menjadi istriku tentu saja hari seperti ini akan sering kumiliki.

Aku melangkahkan kakiku berniat akan memasuki kamar tapi kuurungkan niatku setelah aku samar-samar mendengar el berteriak dari ruang kerja ayah. Kenapa dengan anak itu? Tidak biasanya dia berteriak jika membicarakan sesuatu jika sesuatu itu tidak menyangkut bunda dan dul? Rasa penasaran membuatku berjalan menuju tempat el dan ayah berada, melupakan keinginanku untuk istirahat di kamar.

'' ayah egois! Tidak memikirkan perasaan bunda! Bagaimana bunda berusaha mengubur masa lalu tapi ayah dengah begitu gampangnya mengungkit masa lalu itu kembali hanya untuk kepentingan diri ayah sendiri dan perempuan tidak tau malu itu!!"

"kamu...

"Ayah,el ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar?" Aku yang sudah berada di ambang pintu masuk ruangan ayah segera memotong perkataan ayah yang sepertinya semakin emosi kepada elrumi. El menatapku sedangkan ayah berjalan ke arah sofa yang berada di pojok ruangan.

''Kalian duduklah! Ayah akan bicara dengan kalian!"  Aku masuk berjalan ke arah sofa sedangkan elrumi akan berjalan keluar tetapi perkataan ayah selanjutnya membuat adikku itu berhenti dan aku semakin bingung dengan maksud ayah.

'' mau kemana, kamu elrumi? Ayah bilang duduk atau kau akan menyesal" el memutar badannya dan dengan terpaksa mengikutiku duduk di sofa dimana ayah sedang duduk menghadap kami.

''Ayah terpaksa melakukan semua itu. Kalian tau kan kalau belakangan ini bisnis ayah menurun dan belum lagi persoalan tentang kasus prostitusi artis yang belakangan menyeret nama ayah? Jadi ayah sengaja menyuruh ibu tiri kalian melakukan semua itu untuk mengalihkan fokus media dan public tentang berita ayah''

''Dia bukan ibuku! Bundaku hanya satu dan tak akan tergantikan!!"  Perkataan ayah dan elrumi semakin membuatku bingung. Ada apa ini sebenernya? Bukankah aku hanya meninggalkan jakarta selama dua hari? Tapi kenapa seperti aku sudah meningalkan selama beberapa tahun. Kejadian apa yang kulewati?

"Ayah el, sebenernya ada apa? Kenapa kalian membawa nama bunda dan wanita itu? Aku mohon jelaskan padaku secara detail agar aku tau maksud kalian" ayah menatapku dengan pandangan yang tidak kumengerti. Ada penyesalan di raut wajahnya.

" kakak harus tau kalau ayah sengaja menyuruh wanita tak tau malu itu untuk bicara kepada media atas permintaan maaf dia di masa lalu. Dan bunda otomatis terseret lagi dalam kasus itu! Bunda kita yang selama ini mati-matian berusaha melupakan masa lalu dan hidup bahagia tapi dengan mudahnya ayah mengungkit masa lalu itu untuk kepentingan ayah sendiri. Dan taukah kakak, kalau bunda sangat terpukul dengan kejadian ini?" Jawaban el selanjutnya membuatku shock. Benarkah ayah tega melakukan itu? Bukankah selama ini kami diam dan mengalah pada beliau? Tapi kenapa ayah begitu egois. Tidak pernah memikirkan perasaan kami sebagai anaknya? Bunda sebagai ibu dari anak-anaknya?

Aku berganti menatap ayah, berharap apa yang di katakan el adalah kebohongan. Tapi jawaban ayah selanjutnya mampu membuatku emosi seketika. " maafkan ayah, al. Ayah akan melakukan segala cara untuk mengalihkan fokus media termasuk mengungkit masa lalu ayah dengan bunda kalian''

"Cukup ayah!! Tidakkah ayah memikirkan perasaan kami? Sedikit saja, bisakah ayah memikirkan kebahagiaan kami dan bunda? Tidak cukupkah kelakuan ayah di masa lalu? Tidak cukupkah hanya duljaelani yang menjadi korban atas keegoisan ayah? Haruskah aku dan elrumi juga menjadi korban keegoisan ayah?"

Aku berteriak di depan ayah, tidak mempedulikan rasa sopan santunku yang selama ini ku pertahankan di depan ayah. Cukup sudah selama ini aku memendam sendiri rasa menyakitkan ini. Merasakan kehampaan keluarga setelah ayah dan bunda bercerai. Selama itu aku berpura-pura menjadi kakak yang kuat demi adik-adikku dan juga bunda. Mereka tidak mengerti bahwa akulah orang yang sebenernya sangat tersiksa dengan keadaan ini. Menyaksikan bundaku menangis di depan mata kepalaku sendiri sedangkan aku belum paham akan masalah yang beliau hadapi. Mencoba bertahan dan menghibur adik-adikku padahal diriku sendiri membutuhkan hiburan tersebut. Memaksakan untuk mengerti keadaan sedangkan otakku belum mampu menerimanya. Dan sekarang setelah semua berlalu, setelah bunda berhasil bangkit dari masa lalu setelah kami bisa menemukan titik bahagia itu ayah dengan mudahnya mengungkit masa lalu itu kembali hanya untuk keegoisan dirinya.


simple loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang