Wattpad Original
Er zijn nog 7 gratis hoofdstukken

2. The Princess

16.6K 1.5K 28
                                    

Lian turun dari mobil ketika Andra membukakan pintu. Beberapa orang yang berlalu-lalang menyapa orang nomor dua di perusahaan itu begitu mereka memasuki lobi gedung. Wanita itu tersenyum, menganggukkan kepala dan balas menyapa dengan singkat.

"Selamat pagi, Bu..." tiga wanita pegawai magang menyapa bersamaan. Merasa nada bicara mereka tidak seperti biasa, Lian melihat arah pandangan para fresh graduate itu dan mendapati mereka menatap Andra yang berdiri dua langkah di belakangnya.

"Pagi" jawab Lian sambil mengangkat alis, sementara Andra tersenyum kikuk dan seketika para wanita itu buru-buru menunduk.

"Mari, Bu," salah satu dari mereka berkata gugup sambil mendorong dua temannya yang seperti mematung melihat Andra. Cekikik tawa terdengar setelah mereka menjauh beberapa langkah. Lian mengabaikannya dan kembali melangkah ke lift prioritas.

Setelah perjalanan sunyi dalam lift, mereka tiba di lantai enam belas. Dua wanita yang awalnya duduk di bangku kerja langsung berdiri ketika mendengar suara ketukan hak sepatu Lian.

"Pagi, Bu Lian." Wanita yang lebih muda, langsung terpaku melihat Andra, persis para pegawai magang yang mereka temui di lobi. Sekali lagi Lian mengangkat sebelah alisnya.

"Pagi, Lian," wanita yang lebih tua, dengan perutnya membuncit, mengerjap sebentar sebelum mengerutkan dahi ke atasannya.

"Pagi." Lian tersenyum. "Andra, ini Vinna, asistenku," Lian menunjuk wanita yang tengah hamil itu, "dan ini, Wulan, sekretarisku." Wulan yang namanya disebut tersenyum malu-malu.

"Dia..." kali ini Berlian menunjuk pria di sebelahnya, "Andra pengawalku." Dia mengakhiri sesi perkenalan ketika ketiga orang di hadapannya mulai berjabat tangan.

"Sejak kapan lo butuh pengawal?" tanya Vinna dengan santai yang membuat Andra heran, bagaimana mungkin seorang asisten memanggil atasannya dengan 'lo'?

"Sejak pagi ini, kakek yang menentukan. You know him..." Lian mengangkat bahu, santai saja dengan sikap asisten pribadinya. "Yang dari marketing mana?"

"Harusnya sebentar lagi," tepat ketika Vinna menyelesaikan kalimatnya seorang wanita seusia Wulan masuk dengan napas tergesa. Rambutnya dikuncir ekor kuda, dengan blus biru muda dan celana bahan warna navy, flat shoes, dan tak banyak riasan. Lian memperhatikan penampilannya sejenak lalu merasa iri dengan gaya sederhana pegawainya. Andaikan dia tidak harus tampil profesional di depan partner bisnis maupun anak buahnya mungkin dia akan memilih berpenampilan seperti wanita itu. Tanpa perlu sepatu hak tujuh senti dan blazer yang terkadang membuatnya tidak leluasa.

"Selamat pagi Bu Lian. Ibu memanggil saya?" tanyanya sopan.

"Kamu yang menyusun laporan marketing bulan ini?" Lian balik bertanya, dan Andra penasaran bagaimana seorang Berlian Yasa bersikap terhadap anak buahnya.

"Iya Bu, apa saya melakukan kesalahan?" tanya pegawai itu hati-hati, dia baru saja menandatangi kontrak sebagai pegawai tetap di bagian marketing, dia tidak ingin kehilangan pekerjaannya.

"Bukan hal besar." Lian tersenyum lembut, mengurangi ketegangan. "Nama kamu?"

"Melly, Bu," jawabnya cepat.

Vinna dan Wulan mulai sibuk menyusun beberapa berkas di mejanya.

"Jadi Melly, laporan yang kamu susun ada beberapa kesalahan. Jika dibiarkan: tidak material untuk bulan ini. Tapi saya khawatir jika kesalahan tersebut berulang di laporan bulan depan bisa menimbulkan miss informasi. Sudah saya tandai kesalahan tersebut, dan sudah saya kirim balik laporannya ke email marketing."

"Maaf bu, akan segera saya perbaiki," Melly hanya tersenyum kecut.

"Tapi..." Lian menatap Melly intense sebelum melanjutkan. "Saya suka tambahan informasi yang kamu berikan, diagram-diagram yang kamu buat memudahkan saya dan para pembaca laporan yang lain untuk memahami laporannya." Kata-kata Lian membuat wajah Melly yang hampir ditekuk berubah berbinar.

(un)Shattered DiamondWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu