Wattpad Original
There are 6 more free parts

3. Additional Jobs

14.3K 1.4K 62
                                    

"Lian bilang lo bakal jadi asistennya selama gue cuti bersalin." Vinna duduk perlahan sambil memegangi perut ketika kembali. Wulan yang mendengar ucapan rekan kerjanya hanya terperangah, lalu menatap Andra yang baru saja mengambil kursi dari ruang rapat.

"Iya," jawab Andra singkat.

"Pertama-tama, lo dapat ponsel dinas dari Pak Maulana?" Vinna mengambil post it dan pulpen di lacinya, sementara Andra mengeluarkan ponsel yang semalam diberikan Candra, asisten pribadi Maulana Yasa. "Ganti akun yang lo pakai di situ dengan ini. Ini akun asistensi untuk Lian, tersinkronisasi dengan tablet Lian, komputer ini, dan komputer Wulan. Isinya nanti ada agenda harian Lian dan email Lian sebagai Wakil Presiden." Vinna menunggu Andra mengganti akun di ponsel.

"Lian selalu menerima laporan dari bagian maupun anak perusahaan berupa softcopy untuk diperiksa. Setelah dia memastikan tidak ada kesalahan baru dari tiap bagian akan memberikan hardcopy. Tugas kamu memastikan hardcopy sama dengan revisi terakhir laporan. Mengerti?" Andra mengangguk, sehingga Vinna melanjutkan, "Selain itu, untuk beberapa laporan, Lian tidak akan sempat memeriksanya, jadi diperiksa oleh kita. Tapi itu hanya laporan rutin, juga laporan lain yang nggak memengaruhi proses bisnis. Kadang kita juga diminta untuk melakukan penelaahan awal untuk beberapa proposal. Lo bisa, kan?" Kali ini Andra berpikir sejenak sebelum mengangguk. Vinna kembali melanjutkan apa saja tugas asisten seorang Berlian Yasa.

"Ada yang ingin lo tanya terkait kerjaan kantor?"

"Akan kulihat dulu bagaimana, jika kurang jelas akan kutanyakan," jawab Andra.

"Sekarang gue jelasin hal-hal kecil tapi penting mengenai Lian, agar Lian dapat bekerja optimal." Kalimat ini membuat Andra mengangkat alis. "Yaitu tentang makan. Lo mungkin bingung, kok kayak gitu diurus segala. Seperti yang tadi sudah gue bilang, ini hal kecil tapi penting untuk memastikan kinerja Lian optimal, dan itu fungsi utama asisten. Lian itu punya mag, dan kalau dia stres, magnya bisa bertambah parah. Kalau sampai dia lupa makan?" tanya Vinna retoris. "Masalahnya adalah, Lian sering larut dengan pekerjaannya, sehingga dia nggak merasa lapar."

"Iya, bener banget, Mbak. Baiknya jangan sampai Bu Lian kambuh magnya, karena biasanya langsung parah." Kini Wulan menimpali. "Dulu waktu Mbak Vinna cuti bulan madu, gue nggak mengingatkan Bu Lian untuk makan. Seminggu ditinggal Mbak Vinna, dari Senin sampai Kamis masih terlihat biasa, pas hari Jumat? Bu Lian muntah-muntah parah. Sampai harus opname dua hari. Kasihan banget. Dan selama ditinggal Mbak Vinna, nggak pernah sekalipun Bu Lian mengeluh atau marahin gue, padahal beberapa kali Bu Lian nggak dipesankan makan siang karena gue sudah ke kantin duluan. Pekerjaan memang lagi hectic waktu itu." Ada raut sendu dari wajah Wulan ketika menceritakan pengalamannya. "Tapi yang paling serem, Pak Maulana sampai marah-marah begitu tahu Bu Lian dibawa ke rumah sakit. Hampir Pak Maulana mecat gue, tapi Bu Lian masih belain."

Andra memandang dua wanita itu secara bergantian, tidak satu pun menunjukkan kesan bahwa mereka merasa direpotkan mengenai detail makanan Lian. Keduanya terlihat tulus melayani atasannya. Sepertinya banyak hal yang harus Andra pelajari dari Berlian Yasa tentang cara memenangkan hati anak buahnya.

Andra melanjutkan pagi itu dengan mempelajari beberapa berkas yang diberikan Vinna. Tidak terlalu berat bagi Andra. Dia hanya perlu menyegarkan kembali ingatan dan menata cara berpikirnya. Meski sudah enam tahun tidak menyentuh laporan keuangan maupun laporan-laporan lain, tapi otaknya masih belum tumpul untuk melahap seluruh informasi.

***

Telepon di meja kerja Lian berdering, wanita itu meletakkan pena kemudian menekan tombol terima.

"Siap makan sekarang?" tanya Vinna tanpa basa-basi. Lian melirik jam tangannya, sudah hampir setengah satu siang. Kini dia menatap tumpukan berkas di hadapannya.

(un)Shattered DiamondWhere stories live. Discover now