Wattpad Original
Te quedan 5 partes más de forma gratuita

4. Intriguing

12.6K 1.4K 32
                                    

 "In time, seperti biasa," seloroh pria pertengahan lima puluh tahun sambil melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangga ketika Andra dan Lian masuk ke sebuah ruang rapat di cafe salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat. Sore itu, Lian ditemani asisten barunya.

"Dan Bapak juga lebih awal daripada saya," Lian membalas sambil mengulurkan tangan, menjabatnya dengan mantap. "Perkenalkan," tangan Lian mengarah ke Andra yang sejak tadi berdiri satu langkah di belakang Lian. "Asisten baru saya."

"Bu Vinna sudah mulai cuti?" tanya Hilmi basa-basi ketika mereka mulai menempati kursi masing-masing.

"Belum, tapi sudah mulai mengurangi kegiatan luar kantor." Lian mengeluarkan agendanya. "Bisa kita mulai rapatnya?"

Tak lama kemudian Hilmi menjelaskan mengenai perkembangan proyek pusat perbelanjaan yang sedang ditangani. Ini proyek terbesar Berlian selama dia menjabat sebagai wakil presiden di grup Yasa. Department Store Lucia yang memiliki banyak cabang di kota-kota besar seluruh Indonesia biasanya hanya melakukan sewa bangunan di pusat-pusat perbelanjaan. Namun, kali ini Yasa akan membangunnya sendiri.

Proyek ini sudah direncanakan sejak tiga tahun lalu. Desain, konsep, tema hingga pendanaan dikumpulkan dalam dua tahun. Dan tahun ketiga adalah eksekusi yang dimulai dengan pembebasan lahan yang akan digunakan. Jika semua berjalan sesuai rencana, maka bulan depan akan dimulai pembersihan tanah agar pembangunan dapat dimulai. Hilmi adalah kontraktor yang bertanggung jawab untuk pembangunannya.

"Sembilan puluh tujuh persen tanah sudah dalam penguasaan kami, tapi masih ada satu petak tanah yang belum berhasil diambil alih. Kami sudah melakukan pendekatan, tapi belum berhasil. Mungkin jika diizinkan kami bisa memakai sedikit..."

"Saya sudah tekankan dari awal, proyek ini dibangun tanpa kekerasan. Kami tidak akan menoleransi tindak kekerasan sedikit pun," Lian memotong penjelasan Hilmi dengan tenang. "Kita sudah tegaskan di kontrak dan Anda setuju dengan itu."

Hilmi terdiam sambil mengusap wajah. "Masalahnya, Bu Lian, lokasi tanah itu berada di tengah lahan proyek. Jika kami melakukan pendekatan dengan halus, akan butuh waktu lama. Kami melakukan beberapa subkontrak dengan penyedia jasa yang lain. Jika proyek ini mundur akan memengaruhi mereka juga." Hilmi mencoba memberi alasan sementara Lian hanya diam sambil menggerakkan pulpen di antara jemarinya. "Para kreditur pun takkan senang jika proyek ini terlambat." Sepertinya Hilmi sengaja melibatkan kreditur dalam percakapan ini, dengan harapan Berlian akan melunak.

***

"Pak Hilmi," Lian memberi jeda sejenak, dan Andra mengenali nada bicara Lian sekarang. Nada bicara yang digunakan ketika Vinna memaksa ingin ikut rapat sore ini. "Tanggapan kreditur adalah urusan kami. Jika Bapak merasa pembayaran kami ke perusahaan Bapak akan terkendala karena kreditur tidak puas dengan progress yang ada, saya bisa menjamin itu tidak akan terjadi. Karena enam puluh persen pembiayaan proyek ini adalah dari kami. Empat puluh persen dari kreditur dialokasikan untuk finishing setelah pekerjaan perusahaan Bapak selesai." Lian kembali memberi jeda dan ruangan masih sunyi. "Sekarang, kita bahas bagaimana penyelesaian sementara agar proyek tetap bisa berjalan secara paralel dengan pembebasan lahan. Jika butuh bantuan untuk negosiasi, kami memiliki negosiator yang bisa membantu."

Rapat kembali berjalan, kali ini fokus pada pemecahan sementara dan persiapan skenario jika ternyata tanah tersebut tidak berhasil dibebaskan. Meskipun semua risiko telah dijabarkan oleh Hilmi, Lian tetap tak mengubah keputusannya. Rapat berakhir dua jam kemudian dengan kesimpulan yang kurang menyenangkan bagi perusahaan Hilmi. Pria itu tersenyum masam.

"Besok tolong hubungi Andrew, kamu bisa minta kontaknya ke Wulan." Lian dan Andra masih berada di ruangan itu, mempersilakan Hilmi dan Riko keluar lebih dahulu. "Kamu punya nomor telepon apartemenku, kan?" Lian meletakkan sikunya di meja sementara kedua telapak tangannya menyangga kepala, berbicara sambil menutup mata. Untuk pertama kali Andra merasa Lian seperti kelelahan.

(un)Shattered DiamondDonde viven las historias. Descúbrelo ahora