(un)Shattered Diamond

8. The Fiance

Pertanyaan 'Kapan Nyusul?' adalah salah satu hal yang cukup menyebalkan ketika menghadiri pernikahan teman seangkatan. Sehingga lebih baik Berlian tetap berdiri di samping Andra yang terlihat terlalu kaku untuk menjadi pasangannya. Mereka berdiri berdampingan, tapi tetap menjaga jarak, dan Andra lebih banyak diam sepanjang acara. Jika ada orang yang bertanya apa hubungan mereka berdua, Lian hanya akan menjawab rekan kerja.

Berlian dan Ardy sendiri tak pernah benar-benar mengumumkan berita pertunangan mereka. Sehingga ketika sebelumnya dua orang itu menghadiri acara bersama, orang-orang hanya berpikir bahwa mereka adalah dua orang sahabat yang saling melengkapi. Apalagi ditambah dengan Vinna yang juga selalu muncul.

Vinna dan Philip hanya bertahan sampai acara resepsi selesai. Ibu hamil itu mengeluhkan kakinya yang semakin kaku jika berdiri terlalu lama, dan sang Suami siaga langsung setuju untuk pulang. Sedangkan Lian tetap bertahan hingga pesta yang diadakan setelah resepsi atas permintaan mempelai wanita.

Jika resepsi diselenggarakan dengan adat Jawa, maka setelah tamu yang terdiri dari para orang tua dan anak-anak pulang, mempelai wanita langsung mengganti pakaiannya. Meski masih lengkap dengan sanggul dan paes pengantin, Ratu Sehari itu muncul dengan gaun modern warna mint yang tampak mewah dengan berbagai manik yang berkilau tapi tetap memudahkannya bergerak dengan bebas. Lebih bebas dari pada kemben dan jarik yang tadi membuatnya begitu anggun.

DJ kini mendapatkan tahtanya di atas panggung, memutar sebuah lagu berirama lembut, mengundang kedua mempelai untuk melakukan dansa pertama mereka. Tatapan yang mereka berdua bagi, membuat seorang Berlian Yasa iri.

Dia selalu suka menghadiri pesta pernikahan. Dia selalu suka melihat bagaimana dua orang menciptakan komitmen dan memulai kehidupan baru. Dia selalu suka dengan tatapan malu-malu yang sesekali muncul ketika para mempelai bertemu mata. Semua itu mengingatkan pada mimpi kanak-kanaknya yang dia sisihkan dengan terlalu cepat. Mimpi yang hanya tinggal mimpi ketika ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan bertahun lalu saat dia mulai merajutnya.

Setelah sekitar dua menit momen romantis untuk pengantin baru, beberapa pasangan mulai bergabung di lantai dansa. Membuat seorang Berlian Yasa gatal untuk mengayunkan tubuhnya.

"Dance with me?" Andra menawarkan tangan kirinya sedangkan tangan kanan tersimpan di belakang punggung. Wajah lelaki itu terlihat serius tapi senyum yang muncul beberapa detik kemudian membuat Berlian juga tersenyum ketika menyerahkan tangan kanannya.

Mereka melangkah bersama menuju salah satu ruang kosong di lantai dansa. Tangan kiri Andra membentang bersama tangan kanan Lian. Wanita itu bersegera meletakan telapak kirinya ke pundak partner dansa. Ketika telapak kanan Andra menyentuh punggung Berlian dari bawah ketiaknya, Berlian mulai menyadari sesuatu. Pose dansa mereka sangat konservatif sekaligus klasik. Tubuh mereka tak menempel kecuali telapak tangan.

"Tell me something," ujar Lian sambil tengadah memperhatikan wajah pengawalnya. Selain sebuah lesung pipi di sisi kiri, ternyata lelaki itu juga memiliki bekas luka pendek dan di tulang pipi kanannya. Bekas luka yang membuat telunjuk Berlian penasaran untuk menelusuri. Langkah mereka berdua seirama dengan ayunan lembut. Ketika Andra melangkah mundur, lelaki itu mengangkat tangan kiri, mendorong lembut tubuh Lian dengan tangan kanan yang berada di punggungnya. Berlian tahu apa langkah yang harus diambil. Wanita itu berputar ketika melewati pertemuan tangan mereka. Tertawa saat kembali di hadapan Andra yang mengembalikan tangannya di tempat semua, melanjutkan langkah seirama.

"Selain instruktur panjat tebing, kick boxing, dan menembak. kamu bukan instruktur dansa 'kan?" tanya Berlian sambil berusaha menahan tawa geli, karena sekarang di kepalanya terbayang bagaimana lelaki maskulin di hadapannya memberi aba-aba kepada murid-muridnya untuk mempersiapkan suatu routine. Untuk sesaat wanita itu rindu pada rok tutu birunya.