CHAPTER ELEVEN : IT'S JUST ME

1.1K 80 37
                                    

Author : @Aoirin_Sora



Summary:

Apakah kubilang kalau ini cinta? Sebab aku tidak tahu apa yang kurasakan hingga kini. Karena saat fajar pertama menjemput kesadaranku, batinku masih berperang melawan kenyataan. Aku ingin mengatakan tidak, tapi sebagian diriku menginginkannya—mengharapkannya sebanyak kesadaranku memahami bahwa aku tidak akan pernah mendapatkannya. Aku ingin berteriak kalau aku memang mencintainya. Tapi aku terlalu takut. Takut akan kenyataan yang akan kuhadapi. Aku berusaha untuk bangkit dan menutup diri, tetapi lagi-lagi semuanya harus percuma. Karena tentu saja pria itu tidak akan membiarkanku untuk kabur begitu mudah. Ia membuatku terlihat tolol, menyiksa batinku begitu hebat namun tak memberiku kesempatan untuk bernapas dari segala pesonanya.

Lee Donghae itu racun. Dan sama sekali tidak memiliki penawarnya di dunia ini.

***

CHAPTER ELEVEN: It's Just Me





Aku masih berada dalam tempat bahagiaku.

Begitu jauh dari alam nyata hingga menyeretku dalam pesona penuh seorang malaikat rupawan yang tengah tersenyum padaku. Aku tak tahu apa yang membuat wajahnya terlihat begitu memikat. Atau apakah aromanya yang menggugah hasratku yang sengaja kutekan dalam-dalam. Tapi aku tahu bahwa tidak mungkin aku bisa menolaknya.

Aku tidak mau.

Jarak kami benar-benar dekat. Namun tidak rapat. Sebab aku bisa merasakan ketergesaan batinku yang berteriak untuk segera menyentuhnya. Aku ingin memastikan bahwa pria itu bukan ilusiku—bahwa iamemang tengah tesenyum padaku. Tapi tampaknya lagi-lagi keberuntungan memudar secepat kedatangannya. Seluruh perhatianku terpecah pada sebuah suara nyaring yang berasal dari seseorang di sebelahku.

"Bukankah kau sekretarisnya Lee Donghae?"

Aku mengejap. Terkesiap oleh perkataan penuh implikasi itu. Aku menoleh ke kanan, pada seorang wanita yang sedang mengamati kami dengan segelas koktail di tangannya. Wanita itu memiliki aura superior yang memancar kuat. Dan aku mengenalnya.

"Jenny," desah Donghae penuh penekanan. Aku melirik Donghae dengan cepat, merasa bahwa kesadaranku kembali dengan menyakitkan saat kulihat jemari Donghae kini berpindah pada pergelangan tangan wanita itu.

Jennifer C. Houston mendelik pada bosku, wajahnya memerah entah karena efek alkohol atau memang karena ia terbakar amarah.

"Aku tahu dia sekretarismu. Atau apakah statusnya sekarang sudah berganti menjadi mantansekretarismu?" Alis Jennifer melengkung naik, seakan meminta persetujuan dari perkataannya barusan.

Donghae mendesah lagi. Ia menggigit bibir bawahnya dengan canggung. Aku bersumpah pria itu sempat melirikku sekilas sebelum ia menarik napas berat.

"Well," kata Donghae terlihat bingung.

"Bukankah kau tak suka kalau sekretarismu jatuh cinta padamu?" tuding Jennifer kasar. Ia menunjukku dengan tangannya yang menggenggam gelas hingga membuat airnya melompat ke udara.

"Jenny, dengar, aku—"

"Aku tidak mendengar. Aku melihat." Potongnya cepat. Setelah kuperhatikan, wanita itu tampaknya separuh mabuk. Pandangannya terlihat tidak fokus dan sepertinya ia sedikit cegukan.

Donghae mencengkram pergelangan tangannya lebih kuat—membuat wanita itu memekik kesakitan. "Tutup mulut atau kau dalam bahaya." Geram Donghae marah. Ia benar-benar kehilangan kesabaran begitu mudah.

"Nak, kau harus menahan diri. Kita di tempat terbuka."

Aku nyaris melupakan keberadaan Marven kalau saja ia tidak berkata seperti itu. Dengan sigap pria tua itu langsung menarik tubuh Donghae menjauh dari Jennifer dan melanjutkan peringatannya. "Miss Houston sedang mabuk."

SCARLETWhere stories live. Discover now