THE SIDE STORY OF SCARLET [ DONGHAE VERSION ] : INDECENT ESPIONAGE

1.6K 94 21
                                    



When i first met you,

I never realized 

How much you would end up

Meaning to me.

.

.

.

"Seperti yang anda minta, bos, Agen Lyla sudah di tempatkan di sana selama dua minggu dan menyampaikan laporan dalam berkala. Menunggu perintah anda selanjutnya."

Lee Donghae menyesap kopinya perlahan ketika bunyi interkom di teleponnya terputus. Ia menyudahi panggilan bahkan tanpa memberikan jawaban. Bukan karena ia terlalu sibuk, melainkan karena ia tak ingin menyampaikan apapun pada Calvin sebelum berdiskusi dengan Chad. Donghae menekan angka satu di ponselnya, dan dalam tiga detik suara pria menyapanya santai.

"Kemarilah." perintah Donghae singkat. Ia juga tak menunggu jawaban Chad dan langsung memutuskan panggilan. Donghae tahu bahwa pria itu tak akan memberikan penolakan atas setiap perintahnya. Tentu saja karena Chad memang seseorang dengan dedikasi tinggi dan hal itu juga yang semakin membuat Donghae selalu mengandalkannya.

Chad tiba dalam beberapa menit. Kehadirannya selalu muncul dalam keheningan dan membuat Donghae terkadang harus mengernyit heran. Ia tahu Chad mantan Agen CIA yang pernah bekerja di lapangan selama empat tahun, yang tentu saja membuatnya lihai dalam hal menyatu dalam senyap, tapi sejujurnya Donghae lebih suka jika pria itu membuat deritan di pintu masuk atau menghentakkan kakinya di lantai agar terdengar. Setidaknya ia bisa tahu kalau seseorang akan mengunjunginya.

"Hari yang cerah, ya, bos." ujar Chad santai. satu hal lain yang disukai Donghae darinya adalah sifatnya yang selalu riang. Chad bahkan tak akan memberikan wajah bersalah meski Donghae memberinya teriakan atau umpatan karena kecerobohannya. Pria itu dengan senang hati bersiul di hari-hari cerah bahkan ketika Donghae tidak terlalu dalam mood bagus. Tetapi sebaliknya, Chad bisa berubah begitu pendiam jika ia sedang tertekan. Donghae tahu Chad dulunya seorang perokok aktif, namun setelah begitu banyak konfrontasi antara mereka, Chad akhirnya setuju untuk berhenti merokok—yang sialnya malah membuatnya mengunyah permen karet kemanapun.

Donghae mengangkat alis dengan malas. Ia menunggu hingga Chad berhadapan persis di depan mejanya sebelum melempar sebuah laporan di atas meja.

"Inikah hasil laporan selama dua minggu?" tuntut Donghae. Ia melipat kedua tangannya di dada dan mendesah keras. "Aku tak butuh sampah, Chad. Apakah kau bahkan membacanya sebelum menyerahkannya padaku?"

Chad mengangkat bahu. "Calvin yang mengantarkannya ke sini pagi-pagi sekali, Sir. Bukan salahku kalau anda mengatakan bahwa laporan itu tak boleh disentuh siapapun. 'That is a very confidential report and no one should touch it before i do.'" Chad menirukan ucapan Donghae tiga hari yang lalu.

"Aku tahu, aku tahu." Donghae menyerah, mengangkat tangannya ke atas. "Tapi aku tak tahan membacanya. Siapa yang akan membaca laporan anak prasekolah? Demi Tuhan, Chad. pecat Calvin sekarang juga kalau kau tak mau mengajarkannya bagaimana membuat laporan yang layak untuk kubaca."

Chad nyengir. Ia mengangkat bahu lagi. "Aku pikir aku tak berbakat untuk mengajar, Sir. Aku tak punya banyak kesabaran untuk menghadapi seorang anak prasekolah."

"Pecat dia."

"A-ye,Sir." Chad membeo patuh. Pria itu setengah berjalan menuju pintu sebelum Donghae memanggilnya kembali.

SCARLETWhere stories live. Discover now