CHAPTER THREE : The Dazzling One

1.3K 105 7
                                    

Author                  : @Aoirin_Sora

Summary:

Tendensi Kompulsif yang ia derita nyaris menyeretku dalam api kebencian. Berkobar begitu besar, membakar setiap nadiku yang berdenyut. Tapi entah sejak kapan namanya selalu di sana, di sudut hatiku yang terdalam, menunggu saat-saat dimana pertahanan diriku akan runtuh lalu ia akan tertawa puas. Aku tidak mengerti, apakah tangan yang menarikku ke dalam mimpi buruk ini benar-benar nyata, ataukah aku terlalu sinting untuk mempercayai dunia?

***

CHAPTER THREE: The Dazzling One

Pintu lift berdenting dan membuka di hadapanku. Suasana lantai satu 208 Rodeo Restaurant sedikit sepi, hanya beberapa meja yang terisi oleh orang-orang yang datang berpasangan. Tiba-tiba tertangkap olehku gerakan tangan Chad yang berada di meja terujung. Ia menyuruhku mendekat dan aku segera menghampirinya.

“Ayo makan. Kata bos kita boleh memesan apapun yang kita mau.” Ujarnya saat aku duduk di kursi kayu berukir.

“Benarkah? Kapan bos bilang begitu?”

“Dia menelponku barusan.”

Sebenarnya hatiku tidak perlu mencelos seperti ini, tetapi aku merasa sedikit terluka. Kenapa Donghae tidak menghubungiku saja? Dan mendadak ingatan akan perkataan Donghae pada Marven menyeruak dalam kepalaku. “Dia sekretarisku, Marven. Hal apa lagi yang bisa kuharapkan darinya?” Kata-kata itu menggema, menyisakan perasaan sedih yang tak kumengerti. Apakah Donghae memandangku serendah itu?

Chad kemudian memesan risotto isi ayam pada pelayan yang membawakan kami menu, dan aku yang sudah kehilangan nafsu makan hanya memesan salad buah. Ia melirik ke piringku dan memutar bola matanya dengan mengesankan, membuatku nyengir malu.

Kami makan tanpa berusaha terlihat kaku, tetapi lebih memilih berdiam diri dan menyantap makanan kami dengan santai. Aku melirik ke arah Chad yang sudah hampir menghabiskan risottonya lalu mengamatinya sebentar. Rambut hitam Chad yang di potong pendek tertata rapi, cocok sekali dengan bola matanya yang kehijauan. Chad sebenarnya bisa dibilang menarik, tetapi ia jarang terlihat di depan umum dan lebih senang berduaan dengan Mercedes Donghae. Pembawaan pria itu juga santai, dan menurutku ia juga tidak terlalu ambil pusing dengan apapun.

Ia menggeser piringnya yang kosong sedikit ke kiri dan mengelus perutnya dengan gaya kekenyangan. Tangannya merogoh saku dan membuka bungkus sebuah permen karet. Aku tahu Chad selalu mengunyah permen menjijikan itu ketika mengemudikan mobil, tapi ia jarang menunjukkannya di depan Donghae. Dan aku penasaran kapan ia membuang permen itu.

“Chad?” Panggilku sambil memainkan salad buahku dengan garpu.

“Yeah?”

“Bolehkah aku bertanya beberapa hal padamu?”

Chad mengangkat alisnya. “Yeah, tentu. Silakan saja, Youva.”

“Kenapa kau selalu memakan itu?”

Ada jeda beberapa detik dan Chad mengangkat bahunya. “Karena.. Yah, aku berhenti merokok.”

“Kenapa kau berhenti merokok?”

“Err.. karena bos tidak menyukai baunya.”

Aku menatapnya dan ia balas menatapku. “Menurutmu.. bagaimana pendapatmu tentang bos kita?” pertanyaan ini membuat alis Chad terangkat lebih tinggi. Ia mengamati wajahku lebih lama, bertanya-tanya apakah ada maksud lain di balik pertanyaanku barusan.

“Dia, well—dia cukup baik.”

“Apakah dia memang selalu se-menjengkelkan itu? Maksudku, aku kan Cuma mengobrol dengan sahabatku.” Saladku kini sudah terlihat terlalu menyedihkan untuk di makan, jadi aku menggesernya ke samping.

SCARLETWhere stories live. Discover now