Bab 5

40.7K 2K 17
                                    

Lagu Fur Elise milik Beethoven mengalun merdu memasuki telinga lalu turun menyentuh hatinya. Setiap dentingan nada indahnya bagaikan sayatan belati yang menggores hati.

Sebelah tangan lelaki itu bersandar pada kusen jendela. Kepalan tangannya mengerat hingga kuku-kukunya yang menusuk meninggalkan bekas pada kulit telapak tangannya.

Bukan rahasia umum bahwa lagu Fur Elise diciptakan untuk mengekspresikan rasa sedih si penciptanya, Ludwig van Beethoven.

Namun bukan karena kisah di balik lagu tersebut yang membuat lelaki itu merasa pilu. Ia merasa pilu karena kini dirinya dalam posisi yang serupa dengan si pencipta lagu itu.

Diambilnya sebuah bingkai foto yang terpajang di mejanya. Potret yang menggambarkan kehangatan tersimpan dalam bingkai tersebut, berlawanan dengan sensasi dari permukaan bingkai bermaterial perak yang terasa dingin, sedingin hatinya saat ini.

Di dalam potret itu semuanya terasa sempurna seperti apa yang ia harapkan. Tapi ternyata semua itu hanya dalam imajinasinya saja karena kenyataannya banyak hal yang telah berubah.

***

Usai memarkirkan Toyota Harrier-nya ke dalam garasi, Hazzi turun dari tunggangan kesayangannya itu sambil melepaskan jas yang sebelumnya ia kenakan ke acara pesta koleganya.

Ya, akhirnya Hazzi pergi sendirian menghadiri undangan pesta tersebut karena Hara harus menjemput kekasihnya di bandara.

Ketika memasuki rumah, telinganya menangkap sebuah suara berat yang jelas bukan milik Hara. Siapa yang datang malam-malam begini? pikir Hazzi.

Di ruang tamu, Hara tergelak mendengar pengalaman konyol yang dialami Valdi saat menangani project bisnisnya di Hongkong.

"Kamu bayangin deh, gimana sulitnya aku negosiasi sama mereka sedangkan nangkap kalimat bahasa Inggris mereka yang beraksen itu aja susah. Akhirnya aku end up kayak anak SD yang baru belajar listening bahasa Inggris! Semoga mereka gak ilfeel sama aku dan cancel kerjasama."

"Hahahaha! Pasti tampang linglung kamu ngegemesin banget deeeeh!" ledek Hara sambil mencubit manja kedua pipi Valdi.

Candaannya pada Valdi terhenti ketika melihat Hazzi memasuki ruang tamu hendak menuju lantai atas.

Hara langsung berkata pada Valdi, "Nah, itu kakakku."

Mendengar perkataan Hara, sontak membuat Valdi berdiri dari duduknya, bermaksud menyapa kakak dari kekasihnya.

Valdi menyapa Hazzi yang masih berjarak beberapa meter dari dirinya dan Hara, "Selamat malam, kak. Saya Valdi, pacarnya Hara. Senang bisa ketemu kakak."

Perkataan Valdi dibalas anggukan singkat oleh Hazzi.

Lalu ketika jarak mereka sudah cukup dekat, Valdi mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Hazzi, namun yang ia dapatkan hanyalah hembusan angin yang ditimbulkan oleh Hazzi yang melengos melewati dirinya.

Tanpa bisa dihindari, kecanggungan langsung mengambil alih situasi mereka saat ini. Valdi pun menarik jabatan tangannya yang tak berbalas.

Melihat sikap kakaknya, membuat Hara mengerutkan kening.

"Kak?" tegur Hara.

Hazzi pun menoleh dan menyahut, "Ya?"

"Kenalin, ini Valdi, pacarku. Tadi dia mau salaman sama kakak, malah dicuekin!"

"Oh, maaf. Kakak gak sadar." ujar Hazzi sambil mengamati Valdi dari kepala hingga ujung kaki. "Kalau gitu kakak ke atas dulu." lanjutnya dengan wajah datar.

Sister PsychomplexWhere stories live. Discover now