Bab 26

21.1K 1K 7
                                    

"Udah temukan apa yang kamu cari, sayang?" sapa Hazzi dengan santai pada adiknya yang berjongkok di balik meja kerjanya.

Saat Hara bangkit berdiri, bisa dengan mudah Hazzi tangkap ekspresi kikuk dan gugup di wajah Hara yang berubah pias.

"Ah, kak, maaf aku masuk waktu kakak gak ada. A-aku cuma mau lihat album foto kita," jelas Hara sewajar mungkin.

"Kenapa?" tanya Hazzi lagi kali ini menghampiri Hara dan berdiri tepat di hadapannya.

"Aku... Aku cuma kangen aja sama keluarga kita," yang dulu setidaknya terasa lebih normal dibandingkan sekarang, tambah Hara dalam hati.

Beberapa saat Hazzi hanya memakukan tatapan pada manik mata Hara. Mencoba menggali apa yang sesungguhnya dikubur Hara di dalam matanya.

"Hm, begitu? Tapi kakak pikir kamu punya hal lain yang mau kamu tanya ke kakak," kata Hazzi dengan ekspresi tenangnya.

Hara menurunkan pandangan dan menggerakkan bola matanya ke kanan dan kiri dengan cukup cepat. Menimbang haruskah ia menyuarakan pikiran yang terus bergelayut di kepalanya.

Hara takut akan ada perubahan lagi setelah mereka sama-sama menyadari situasi mereka saat ini. Perubahan ini saja sudah cukup membuatnya lelah dan bingung.

Namun akal sehatnya memberitahunya bahwa segala sesuatu yang hidup akan selalu mengalami perubahan. Tak terkecuali dirinya dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Perlahan Hara kembali menaikkan pandangannya menuju sepasang mata kelam milik kakaknya.

Sorot mata Hara di hadapannya memancarkan keberanian dan ketegasan yang diusahakan. Hazzi tak membiarkan tatapan mereka terputus bahkan ketika Hara tengah menuntut, "Kasih tau aku yang sebenarnya, kak. Semuanya."

"Apa yang mau kamu tau dari kakak?" pancing Hazzi membuat Hara sedikit kesal karena harus menyebutkan kenyataan tentang mereka.

"Tentang kakak bukan kakakku dan siapa kakak."

"Apa sekarang itu penting buat kita?"

"Apa maksud kakak?"

"Kita udah memutuskan untuk bersama dan dengan adanya fakta itu, bukannya bagus untuk kita?"

"Bagus untuk kita? Kakak gak berpikir gimana perasaanku waktu tau tentang ini? Rasanya aku seperti dibangunkan dari mimpi dengan keadaan hancur dan sadar kalau ternyata aku benar-benar sendirian."

"Jadi, setelah tau tentang itu, kamu melihat kakak sebagai bukan siapa-siapa? Terus, nantinya, setelah kakak kasih tau semuanya, kamu akan bisa membenci aku karena semua yang udah aku lakukan, begitu?" cecar Hazzi yang mencengkeram kedua lengan Hara.

"Setelah kamu sadar kalau aku bukan siapa-siapa, dengan begitu kamu akan membuang aku. Iya, kan?!" tanya Hazzi lagi.

"Kak, aku cuma mau tau yang sebenarnya. Udah banyak hal yang kakak sembunyikan dari aku! Kenapa kakak merasa aku gak perlu tau apa-apa? Apa salah kalau aku tau segala hal yang sebenarnya tentang kakak?" tanya Hara yang sama emosionalnya dengan Hazzi.

"Aku takut. Aku takut, sayang. Aku takut kalau kamu tau aku bukan kakakmu, kamu gak akan menganggap keberadaanku lagi. Aku takut kamu merasa jijik dan pergi dari aku kalau tau masa laluku yang gak ada bagus-bagusnya. Aku takut kamu gak sudi menerima aku setelah tau bagaimana aku yang sebenarnya. Aku takut kehilangan apa yang bikin aku merasa berarti."

"Kak, apa begini hubungan yang kakak mau? Dengan kakak yang terus-terusan merasa ketakutan karena menyembunyikan banyak hal dan berbohong demi dapat pengakuan dan kasih sayang palsu dari orang lain? Apa begini hubungan yang kakak mau? Dengan kakak yang terus menutupi kebenaran yang sesungguhnya dan gak mau jelasin tiap kali aku mau tau? Kenapa kakak gak bisa langsung mengutarakan isi hati kakak supaya aku tau apa yang kakak mau dan kakak pikirkan? Aku capek, kak. Aku capek dengan semua teka-teki yang kakak ciptakan. Aku--"

Sister PsychomplexWhere stories live. Discover now