Bab 24

20.4K 1.1K 60
                                    

Pukul delapan malam, di atas beranda rumah, semilir angin membelai mesra kulit wajah Hara, serta membuat helaian rambut panjangnya menari dibuai oleh tiupannya yang semakin kuat.

Hara menumpukan kedua sikunya pada pembatas beranda yang terbuat dari besi dan dibentuk sedemikian rupa layaknya tanaman rambat sewarna tembaga.

Rasa dingin pada permukaan besi pembatas tersebut yang sedikit menusuk kulit Hara dengan setia menemani kesendiriannya saat ini yang sedang memikirkan satu dan lain hal.

Setelah Hazzi mendeklarasikan cintanya dan Hara memutuskan untuk mencoba menerima apa yang Hazzi berikan padanya, mereka memutuskan untuk bersama dan sejauh ini--sudah empat bulan lebih kurang berlalu--semuanya berjalan lancar dengan situasi yang berangsur tenang dan damai.

Untuk saat ini mereka cukup bahagia dengan Hara yang bisa menghentikan kakaknya dari berbuat hal buruk karena dirinya dan Hazzi yang bisa menumpahkan seluruh cintanya pada Hara tanpa perlu menahan diri.

Ketenangan ini terlihat begitu sempurna, namun sayangnya, di dunia ini tidak ada yang benar-benar sempurna. Meski sudah sepakat untuk bersama, tapi tak ada satu orang pun yang tahu akan hal itu.

Hara yang meminta demikian walau pun sebenarnya Hazzi tak keberatan dan tak masalah akan perubahan status ganda mereka. Hara hanya tak ingin mengambil risiko ketahuan dan menciptakan kegaduhan serta membuat skandal yang bisa mempengaruhi nama baik keluarganya, terutama nama baik kakaknya menyangkut pekerjaannya.

Hara menarik napas kemudian menghelanya penuh penekanan. Helaan napas yang ia loloskan seakan mewakili sebesar apa beban yang terkandung di dalam dadanya.

Ditegakkan tubuhnya, lalu sepasang lengan besar melingkupi tubuhnya yang sedikit kedinginan karena cukup lama menghabiskan waktu bersama terpaan angin.

Dengan suara sedikit berbisik, Hazzi berkata di telinga Hara, "Kamu ngapain di sini, sayang?"

"Lagi mikirin sesuatu aja."

"Ayo masuk, badan kamu terasa dingin," ajak Hazzi.

"Nanti, kak. Aku masih mau di sini sebentar lagi."

Hazzi mengetatkan pelukannya pada tubuh Hara yang membelakanginya, "Kalau begitu biar kakak di sini juga, menghangatkan kamu," katanya sambil mengistirahatkan dagunya pada bahu Hara.

Selagi Hara menimbang sesuatu yang ingin ia katakan dan sudah berada diujung lisannya, dibiarkannya suara gesekan dedaunan pada pohon yang digoyangkan angin mengisi kekosongan di antara mereka.

Setelah merangkai kata yang tepat dalam kepalanya, Hara berucap, "Kak, boleh aku minta sesuatu dari kakak?"

Hazzi diam sejenak lalu bertanya, "Apa itu?"

"Kita udah mutusin untuk bersama, dengan aku jadi milik kakak seorang dan begitu juga sebaliknya. Udah gak ada yang perlu dikhawatirkan atau ditakutkan lagi. Jadi, boleh, kan, aku tetap berteman dan dekat sama orang-orang lain yang aku sayangi?" tanya Hara hati-hati.

Hazzi yang masih bersandar pada bahu Hara meliriknya tajam sebelum memberikan jawaban, "Boleh aja, kalau memang ternyata kehadiran kakak gak bisa bikin kamu merasa cukup."

Jawaban yang Hazzi berikan membuat Hara serba salah dan Hara mengerti kalau kakaknya sengaja melakukan itu.

Hara melepas pelukan Hazzi pada pinggangnya lalu memutar tubuhnya menghadap lelaki jangkung itu tanpa melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Hazzi.

"Bukan begitu maksudku, kak. Tapi aku juga butuh bersosialisasi sama orang lain dan dunia luar. Aku memang gak merasa cukup hanya dengan kakak seorang dalam lingkup pergaulanku, tapi kakak harus tau kalau kakak tetaplah yang paling penting dan yang paling utama buatku. Kakak mau memahami itu, kan?"

Sister PsychomplexWhere stories live. Discover now