Bab 17

22.9K 1.1K 30
                                    

Nikmala berjalan cepat memasuki lobby gedung pencakar langit milik IDea Group.

Saking terburu-buru karena emosi serasa ingin membunuh orang yang ingin segera ia temui, setibanya di pelataran gedung, Nikmala langsung melemparkan kunci mobilnya kepada petugas parkir valet.

Dihampirinya meja receptionist dan menanyakan keberadaan petinggi perusahaan mereka. Petugas receptionist menghubungi nomor extention Nalin dan memberi tahu Nikmala kalau saat ini pimpinan mereka sedang ada pertemuan dengan petinggi perusahaan lain di ruangannya.

Tanpa merasa perlu mendengar kalimat selanjutnya, Nikmala segera melesat menuju lift yang membawanya ke lantai paling atas gedung megah tersebut.

Tiba di lantai yang dituju, Nikmala mendorong pintu utama lantai tersebut, membuat seorang perempuan berparas cantik dengan nuansa khas Indonesia terperanjat dan refleks berdiri.

Nikmala melangkah cepat melewati Nalin yang bertanya akan kepentingannya kemari namun tak ia indahkan perkataan perempuan itu. Nikmala mendorong pintu kembar bergagang metal yang memisahkan ruangan itu dengan ruang kerja Hazzi.

Tanpa sempat Nalin cegah, pintu ruangan Hazzi terbuka lebar dengan hentakan keras hingga daun pintu membentur tembok dan menghasilkan suara yang menarik perhatian seisi ruangan itu.

Di sana Hazzi sedang duduk di mejanya bersama dua orang laki-laki paruh baya berpakaian formal yang terlihat licin dan mahal, di sisi Hazzi juga berdiri seorang lelaki yang membuat mata Nikmala membulat tak percaya.

"Syandanu?" gumam Nikmala saking terkejutnya.

Seisi ruangan masih menaruh perhatian pada Nikmala yang terdiam membatu di ambang pintu.

Syandanu berinisiatif mengambil alih situasi yang berubah menjadi canggung dengan menarik lengan Nikmala dan membawa perempuan yang masih shock itu keluar ruangan sebelum Nikmala kembali pada fokusnya dan menciptakan kegaduhan yang akan mempermalukan atasannya dan diri perempuan itu sendiri.

"Ayo kita bicara di luar, Nikmala," ucap Syandanu dengan suara rendah.

Dari balik tubuh Nikmala dan Syandanu, salah seorang dari tamu Hazzi terkekeh dan berkomentar, "Dasar, anak muda zaman sekarang. Kalau bertengkar suka gak bisa membaca situasi dan menahan diri."

Hazzi hanya membalas komentar koleganya dengan senyum maklum dan kembali melanjutkan perbincangan mereka, menganggap hal yang barusan terjadi bukanlah hal besar.

***

Syandanu berhasil menggeret Nikmala hingga mereka memasuki lift. Sepanjang jalan, Nikmala menghentakkan pergelangan tangannya yang digenggam erat oleh Syandanu.

"Lepas! Jangan sentuh gue!!!" jerit Nikmala sambil menghentakkan tangannya lagi, berusaha melepaskan tangan Syandanu darinya namun tak berhasil.

Tak mau menyerah, Nikmala membawa tangan mereka ke mulutnya dan menggigit tangan Syandanu dengan buas. Gigitan Nikmala tak juga mampu membuat Syandanu melepaskannya.

Lelaki itu malah membawa tubuh Nikmala ke depan tubuhnya dan melingkarkan lengannya di leher perempuan itu dengan tetap masih menggenggam salah satu tangan Nikmala dan menahan tangan yang lain di balik punggung perempuan itu.

"Tenanglah, saya gak akan melukai kamu. Kamu boleh bicara nanti, tapi bukan di sini tempatnya," kata Syandanu mencoba bernegosiasi.

"Persetan sama lo! Lepasin gue, berengsek! Gue ke sini bukan buat lo! Bos lo utang penjelasan ke gue! Lepas!!!" bentak Nikmala yang mencoba meronta dengan membabi buta.

Sister PsychomplexWhere stories live. Discover now