Dua

1.6K 128 3
                                    

Dua : Surat

***

Vellen berjalan menuju pintu kelasnya. Berharap kelasnya belum terlalu ramai, karena memang Vellen datang sedikit pagi hari ini.

Saat Vellen memasuki kelas, ternyata teman-temannya sudah ada dikelas terlebih dahulu. Saat Vellen meletakkan tasnya dibangkunya, semua mata temannya sekaligus sahabat dekatnya menatapnya.

"Kenapa? Kok kalian natap gue gitu?" Tanya Vellen.

"Ada hubungan apa?" Tanya Tasya. Vellen mengangkat alisnya.

"Hubungan? Sama siapa? Dan maksudnya apa?" Tanya Vellen.

"Kemarin lo pulang sama siapa?" Tanya Reyna.

"Eh- hm, se--sendiri" jawab Vellen.

"Yakin? Trus yang kemarin boncengan sama Wildan anak baru itu, siapa?" Tanya Bella.

Ah, mati. Gue ketauan. Gila, yakali mereka ngeliat gue boncengan sama Wildan? Kemarin kan mereka udah pulang duluan, batin Vellen dalam hati.

"Kita kemarin liat lo pulang boncengan sama Wildan, Vel. Buat apa lo bohong? Bilang aja napa sih, gausah bohong gitu" Kata Tasya.

"Oke oke! Gue emang pulang bareng Wildan kemarin..."

Belum selesai Vellen bicara, Tasya sudah memotong pembicaraan Vellen.

"Kalian ada hubungan apa? Kenapa gak pernah cerita sama kita?" Tanya Tasya.

"Hubungan? Yaampun, gue juga baru kemarin kenal sama dia" kata Vellen.

"Kalo baru kenal, gak mungkin udah pulang bareng gitu. Apalagi lo tipe cewe yang gak gampang akrab sama cowo. Apalagi cowonya yang kayak Wildan gitu. Sebenernya lo sama Wildan itu..."

Belum sempat Tasya bicara, kini Vellen memotong pembicaraannya.

"Gue baru kenal kemarin sama Wildan. Kita ketemu saat di toilet, saat gue mau ke toilet perempuan, dia ada di toilet laki laki.  Disitu pertama kali gue kenal sama dia. Dan kemarin, saat kalian semua udah pulang ninggalin gue sendirian, Wildan nyamperin gue. Dia minta gue buat dia yang anter gue pulang. Gue udah nolak, sumpah. Tapi dia maksa. Karena dia maksa, gue gabisa nolak karena dia lebih keras kepala, jadi ya itu. Kita pulang bareng" jelas Vellen.

Tasya, Bella, dan Reyna tertawa.

"Kemarin kita masih nunggu angkot di halte depan sekolah. Kita belum bener bener pulang. Dan kita ngeliat lo keluar sekolah diboncengin Wildan" kata Bella.

"Lagian, tumben lo mau deket deket sama cowo. Apalagi sampe di anterin pulang gitu. Lo kan alergi cowo semenjak put----"

Belum sempat Angel melanjutkan kata-katanya, Vellen memotongnya.

"Gak usah bahas masalah yang itu. Gue juga gak tau kenapa gue bisa ngobrol lama sama Wildan. Lagian juga dia yang bawel, nyebelin, maksa gue ini itu. Padahal dia anak baru disini" kata Vellen.

Tidak lama kemudian, Mila yang juga sahabat Vellen, menghampiri Vellen. Lalu Mila memberikan selembar kertas yang digumpal pada Vellen.

"Apaan nih?" Tanya Vellen.

"Buka aja" jawab Mila.

Vellen membuka kertas yang digumpal itu. Ada tulisan disana...

Nanti pas istirahat makan dikantin dong, temenin gue.

Vellen terlonjak kaget. Dia tidak tau siapa yang menulis surat ini. Mila? Tidak mungkin Mila yang menulis surat ini. Kalaupun dia mau mengajaknya makan di kantin, ya Mila tinggal bilang langsung saja, tidak perlu menulis surat seperti ini.

Confused [TAHAP REVISI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz