Sepuluh

1.4K 122 14
                                    

Sepuluh : Masa lalu.








"Gue dimana?" Tanya Vellen.

"Lo di UKS" jawab Wildan.

Vellen berusaha bangun dan duduk, lalu memegang kepalanya. Wildan pun memegang tubuh Vellen, menjaganya agar Vellen bisa duduk dengan sempurna.

"Hati hati" kata Wildan.

"Kok lo bisa ada disini?" Tanya Vellen.

"Gue nemenin lo disini. Lo kenapa bisa pingsan?" Tanya Wildan.

"Gue belum makan" jawab Vellen.

"Lo mau minum atau gak? Gue udah bikinin buat lo, nih" Wildan memberikan segelas teh hangat---- yang mungkin udah gak terlalu hangat lagi karena sejak tadi dibiarkan begitu saja.

Vellen mengambil gelas berisi teh itu, lalu meminumnya.

"Makasih" kata Vellen. Wildan hanya tersenyum, lalu mengangguk.

"Lo udah membaik belum? Kalo udah gue anter lo ke kelas. Gue mau cabut ngerokok" kata Wildan.

Ngerokok lagi, ngerokok lagi. Yang namanya Wildan, gak jauh dari rokok.

"Berhenti ngerokok, Wildan" ucap Vellen.

"Gak mau" jawab Wildan santai.

"Sampe kapan lo mau ngerokok terus?".

"Gak tau. Selamanya mungkin?"

"Gue gak suka liat lo ngerokok. Berhenti, ya?" pinta Vellen. Kali ini, Vellen benar-benar tidak suka melihat Wildan yang terus-terusan merokok.

"Dapetin lo, gue berhenti ngerokok dan bakal jadi anak baik-baik" ucap Wildan.

Degg,,

Kenapa Vellen deg-degan saat Wildan berkata seperti itu? Kenapa juga Vellen harus peduli dengan Wildan? Apa perlahan lahan Vellen memendam rasa suka pada Wildan? Rasa cinta? Atau bahkan, rasa sayang? Tapi, Wildan bukan tipe cowo Vellen. Tapi, apa cinta butuh alasan?

Tentu tidak.

Cinta itu gak butuh alasan. Seburuk apapun orang yang kita cinta, kalau kita sudah merasa nyaman ada didekatnya, dan hati kita udah memilih dia, ya rasa cinta itu akan tumbuh.

Karena, yang baik belum tentu yang terbaik. Banyak orang orang diluar sana terlihat baik, tapi mungkin baik diluarnya aja. Dalamnya? Belum tentu baik, kan?

Wildan. Dia baik, hanya saja dia nakal. Tapi apakah yang nakal selalu jahat? Tidak, bukan?

Seseorang memiliki sifat nakal, itu mungkin ada alasan tertentu. Kadang yang nakal lah yang memiliki hati yang tulus.

"Tapi selagi gue belum dapetin lo, gapapa dong kalo gue nakal?" lanjut Wildan. Vellen mendengus kesal.

"Gue ke kelas sendiri aja. Kalo lo masih tetep mau ngerokok, gak usah deketin gue lagi. Kalo masih mau deketin gue, berhenti ngerokok dan balik ke kelas sekarang" kata Vellen.

"Hah? Gak. Lo gak boleh balik sendiri. Gue anterin" kata Wildan.

"Gak. Gue mau dianterin kalo lo juga balik ke kelas" kata Vellen.

"Yaampun, Vel. Tapi gue mau ngerokok, gue dari pagi belum ngerokok".

"Emang gak bisa ya, sehari aja gitu lo gak ngerokok?" Tanya Vellen. Wildan pun menggelengkan kepalanya.

"Gak. Rasanya hampa kalo sehari gak ngerokok" kata Wildan.

"Tapi rokok itu bahaya, Wil" kata Vellen.

Confused [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now