Sebelas

720 69 1
                                    

Sebelas :  Kemana?

***

Apa didalam hidup itu harus ada yang namanya melupakan dan melepaskan?

Vellen merasa bahwa cinta itu gak adil. Disaat kita tulus mencintai seseorang, orang yang kita cintai justru tidak pernah menghargai ketulusan kita.

Saat Vellen sedang memainkan handphonenya dikamar, tiba tiba ada telpon masuk dari...

Wildan.

Ngapain ini orang nelpon malem malem?,, batin Vellen.

Vellen terus menatap layar handphonenya, tanpa ada niatan untuk menjawab telpon Wildan.

Tut.

Vellen tidak menerima panggilan dari Wildan. Vellen merasa bahwa dirinya sedang tidak ingin di ganggu.

Vellen mendekati meja belajarnya, lalu mengambil sebuah buku, dan merobek buku bagian tengahnya. Lalu, Vellen menulis sesuatu di atas kertas itu.

Saat ini, aku hanya ingin diam. Diam dan menyesali semua yang telah terjadi.
Ya, aku tau, masa lalu itu ada bukan untuk dijadikan penyesalan, tapi untuk dijadikan pelajaran.
Tapi, apa yang bisa kulakukan, saat diriku sudah terlanjur menyesali semuanya?
Semua terjadi begitu saja. Tanpa diduga, hati ini hancur berkeping-keping, tanpa ada yang bisa menyatukannya kembali.
Disaat orang lain tertawa, aku hanya diam seribu bahasa.
Setiap orang pasti punya masa lalu. Dan jujur, aku tidak bisa melupakan masa laluku begitu saja.
Aku tau, aku bodoh. Bodoh karena selalu memikirkan masa lalu, walau aku tau masih ada masa depan yang indah menantiku.
Namun, apalah dayaku saat semua memori yang telah terjadi tak bisa kulupakan? Memori ingatan tentang masalah itu, selalu merekat di pikiranku.
Tuhan, kumohon. Izinkan aku jatuh cinta kembali. Dan jika aku jatuh cinta, tolong jangan letakkan hatiku pada orang yang salah (lagi).
Aku sudah lelah mencintai setulus hati, namun dibalas dengan perbuatan yang keji.
Aku lelah mengejar sesuatu yang tidak akan bisa aku raih.
Sekalinya aku bisa meraihnya, namun itu hanya membuatku sakit.
Kumohon, tuhan, berikan aku yang terbaik. Buat aku lupa akan masa laluku.

- Vellen.

Setelah itu, Vellen menyimpan kertas itu di lemari khusus tempat ia meletakkan kertas kertas yang berisi curahan hatinya.

Itu bukanlah sebuah diary, tapi Vellen hanya senang merangkai kata kata puitisnya di atas kertas. Kata kata yang menggambarkan isi hatinya.

***

"Gak diangkat? Kasian amat sih lo, bang, hahaha" kata Keyla sambil tertawa. Wildan menimpuk wajah adiknya itu dengan bantal. Mereka berdua kini sedang duduk di atas kasur di kamar Wildan sambil ditemani dengan beberapa cemilan.

"Sialan. Sakit tau" kata Keyla.

"Sakitan mana sama gue yang ngejar orang, tapi gak pernah direspon" kata Wildan.

"Lagian, udah tau gak direspon, masih aja dikejar" kata Keyla.

"Cinta itu emang butuh perjuangan. Untuk ngedapetin yang menurut kita tepat itu gak mudah. Bakalan banyak rintangan di setiap usaha kita" kata Wildan.

"Banyakan gaya lo. Nanti yang ada lo gak kesampean ngeraih dia, trus lo mewek mewek di kamar" kata Keyla.

"Sejak kapan gue mewek? Gue mah kuat ya. Dan satu, gue gak bakalan nyerah. Sebeku apapun dia, sejauh apapun dia, secuek apapun dia, gue bakalan ngejar dia, sampe gue bisa milikin dia sepenuhnya" kata Wildan.

Confused [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now