Empat

1.5K 117 6
                                    

Empat : Rokok lagi, rokok lagi.

"Wildan?".

Ya, Wildan datang menghampiri Vellen. Vellen menghapus air matanya, lalu mencoba berdiri walaupun sulit.

"Lo ngapain disini?" Tanya Wildan. Vellen hanya menggelengkan kepalanya.

"Kalo ada masalah, cerita aja. Gue siap ngedengerin cerita lo" kata Wildan.

Vellen terdiam seketika. Tidak. Dia tidak akan menceritakannya pada Wildan. Selama ini, Vellen tidak pernah bercerita sama cowo.

"Gue mau pulang" kata Vellen. Vellen melangkah untuk keluar dari area halte, tapi, tangan Wildan mencegah kepergian Vellen.

"Masih hujan. Mending tunggu disini sampai hujannya reda" kata Wildan.

Vellen hanya bisa menurutinya, karena hujannya sangat deras. Tidak mungkin juga Vellen nekat menerobos hujan. Karena itu bisa membuat tas sekolahnya basah.

Vellen duduk di bangku halte. Lalu setelah Vellen duduk, Wildan mengikutinya, duduk berdampingan dengan Vellen.

"Kenapa lo nangis?" Tanya Wildan. Vellen hanya bisa terdiam. Vellen tidak mungkin memberitahu semuanya pada Wildan.

Susah kan, berusaha untuk tetap tegar dan kuat dihadapan banyak orang?

Ketika kita sedang mencoba menatap ke depan, meraih cita-cita dan masa depan, namun tiba-tiba kenangan di masalalu kembali datang dan menghancurkan semuanya. Menghancurkan semua yang sedang kita raih. Menghancurkan semua yang sedang kita wujudkan. Menghancurkan semua yang sedang kita kejar.

Kadang, melupakan masalalu itu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan.

Pernah ngerasain gak gimana rasanya ditinggal sama orang yang kita sayang? Pernah ngerasain gak gimana rasanya dikhianatin sama orang yang kita sayang?
Kita udah coba buat percaya sama dia. Kita kasih kepercayaan kita sepenuhnya ke dia. Tapi, dia malah menghancurkan semua kepercayaan yang udah kita kasih ke dia. Sakit gak? Gila, sakit banget.
Gue gak nyangka kalo cinta bakalan sepait ini. Awalnya gue pikir gue tegar, gue kuat. Tapi, kenangan masalalu itu selalu dateng dan selalu lewat di pikiran gue. Saat kenangan itu lewat, kadang itulah yang bikin gue lemah. Gue sayang tulus sama dia, tapi dia sayangnya cuma modus sama gue. Gue tau mungkin disini gue yang bego. Gue yang terlalu percaya sama dia. Gue yang terlalu cinta sama dia. Sampe-sampe dia bermain sandiwara aja gue gak tau,, batin Vellen. Perlahan, Vellen meneteskan air matanya.

Disisi lain, Wildan hanya bisa terdiam. Terdiam menyaksikan seorang perempuan yang dikenal dingin sama laki-laki itu, menangis dihadapannya.

Wildan bingung, apa yang membuat perempuan itu menangis?

Wildan tidak ingin mengganggunya. Wildan akan membiarkan dia menangis sampai dia benar-benar tenang.

Saat Vellen berhenti menangis dan merasa bahwa dirinya sudah sedikit tenang, Vellen menghapus air matanya. Mencoba mengatur nafasnya, dan menatap laki-laki yang ada disampingnya.

"Lo kok diem aja?" Tanya Vellen. Wildan pun menengok ke arah Vellen.

"Udah tenang?" Tanya Wildan balik. Vellen hanya mengangguk.

"Lo kenapa diem aja?" Tanya Vellen lagi.

"Kan lo gak bisa cerita sama gue lo kenapa. Karena lo gak bisa cerita sama gue, ya yang bisa gue lakuin cuma ngebiarin lo nangis. Gue mau ngebiarin lo melepas semua beban di otak lo. Nangis aja sepuasnya kalo itu emang bisa ngebikin lo tenang" kata Wildan. Dilubuk hatinya yang paling dalam, Vellen takjub sama Wildan.

Confused [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang