Dua Belas

1K 81 10
                                    

Dua Belas :  Ily.

"Kalo ada masalah tuh cerita. Jangan lari dari masalah" kata sebuah suara yang tiba tiba mengagetkan Wildan.

Seketika jantung Wildan seperti berhenti berdetak. Melihat seseorang yang kini berdiri dihadapannya sambil menenteng kantong plastik yang entah berisi apa.

"Vellen?" Wildan sungguh terkejut melihat kedatangan perempuan yang dia tunggu daritadi. Seketika, Wildan langsung menghampiri Vellen dan memeluknya.

"Lo ngapain di depan rumah gue? Kenapa lo gak masuk? Katanya sakit, tapi kayaknya sekarang keliatan biasa biasa aja" kata Vellen. Wildan tersenyum malu.

"Surat izin gue itu adek gue yang nulis, dan gue yang malsuin tanda tangan bokap gue. Makanya pada gak tertipu sama gue".

"....Gue sakit, Vel" lanjut Wildan. Vellen pun melepas pelukan Wildan lalu menatapnya.

"Sakit apa? Lo gak tau kalo gue tadi nyariin lo? Gue khawatir. Ngapain bolos sih?" kata Vellen.

"Cie nyariin. Tumben perhatian sama gue. Udah mulai ada rasa ya? Cieee" Ledek Wildan. Vellen memutar bola matanya, dan melangkah perlahan menjauhi Wildan.

"Lo kenapa gak sekolah?" Tanya Vellen. Wildan berdiri, dan berjalan menghampiri Vellen.

"Males" jawab Wildan.

"Kapan lo rajinnya, sih? Males mulu kerjaannya" kata Vellen.

"Kenapa lo peduli banget sama gue? Kan terserah gue mau rajin apa males" kata Wildan.

"Tadi bilang sakit sakit apa? Lo ada masalah ya?" Tanya Vellen.

Seketika, Wildan terdiam.

Apa harus Wildan mempercayai Vellen? Perempuan dingin yang kadang cuek kadang asik kadang nyebelin? Perempuan yang gak jelas apa maunya, perempuan yang gak jelas sebenarnya ada apa dengan dirinya. Buat nyelesain masalah yang ada di hidupnya aja dia gak bisa, apalagi Wildan harus meminta bantuan sama perempuan itu.

"Gue bisa aja cerita sama lo, tapi gak sekarang" kata Wildan.

"Tapi gue maunya lo cerita sekarang" kata Vellen.

Wildan menatap Vellen. Vellen pun menatap Wildan.
Vellen menepuk pundak Wildan pelan.

"Lo bisa percaya sama gue kok. Kali aja kan gue bisa bantuin lo" kata Vellen.

"Tapi gue gak yakin kalo lo bisa bantuin gue" kata Wildan.

"Yaudah. Kalo gitu gak usah dipaksa. Oh iya, gue bawa makanan nih, sama minumannya. Buat lo" Vellen memberikan kantong plastik yang daritadi ia tenteng kepada Wildan. Dia sudah membeli makanan itu tadi pas dijalan pulang. Tadinya, dia membeli makanan itu untuk dirinya, namun, sepertinya Wildan lebih membutuhkannya.

"Buat gue?".

"Iya".

"Tumben lo baik sama gue. Lo kesambet setan apaan?" Tanya Wildan.

"Emang kalo gue mau berbuat baik itu harus kesambet setan dulu ya?" Tanya Vellen.

"Gak juga sih. Yaudah, makasih ya".

Vellen hanya tersenyum. Dan Wildan mengambil kantong plastik yang Vellen berikan.

"Masuk yuk, gak enak ngobrol di depan rumah gini" Vellen mengajak Wildan untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Gak usah, di dalem pasti ada ibu lo. Gue mau disini aja" jawab Wildan. Lalu Wildan duduk di depan gerbang rumah Vellen. Vellen pun mengikutinya, duduk di samping Wildan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Confused [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now