Episode 7 Part 2

3.9K 133 0
                                    

[Sinopsis] Descendants Of The Sun Episode 7 Part 2

Myeong Joo melanjutkan operasinya dibantu Min Ji dan satu suster lain. Gi Beom menyumbangkan darahnya langsung. Myeong Joo menyuruh Min Ji untuk menyediakan makanan bagi Gi Beom, jika pasiennya selamat.
"Apa dia bisa selamat?" tanya Gi Beom
"Bukannya kau sedang mencoba menyelamatkannya?" balas Myeong Joo.
"Aku yang menyelamatkannya? Prajurit Kim Gi Beom. Apa maksudmu, akulah yang bisa menyelamatkan dia? Apa aku bisa memberitahu ini pada Sersan Seo?"
"Tolong antri. Karena akulah yang akan duluan menemuinya."
Gi Beom pun diam.
Ri Hwa mengambil darah para wartawan. Wartawan yang satu protes, mereka datang ke Urk bukan untuk menyumbang darah. Ri Hwa menjawab mereka yang terluka juga tidak datang ke Urk dengan tujuan agar terluka.
"Tapi, kau akan menepati janjimu, kan? " tanya si wartawan.
"Tentu saja! Sebagai janji darah, A) Kepala Rumah Sakit Haesung. B) Kepala Pusat Listrik Mohuru. C) Kepala Unit Taebaek. Kau ingin mewawancarai siapa?"
"D) Daniel Spencer" jawab semua wartawan bebarengan.
Ri Hwa menegaskan kalau Daniel tak ada dalam daftar pilihan. Tapi bagi wartawan akan bagus jika mereka bisa mewawancarai orang yang berpengalaman dengan tempat bencana. Aku tahu, mereka pikir Daniel sangat terkenal dan cerdas, tapi semuanya tentang penampilan. dan Karena itulah para wartawan menginginkan Daniel, Tak hanya bisa bicara, tapi dia juga tampan.
"Dasar reporter majalah menyebalkan!" dalam bahasa korea.
Dae Young masuk ke dalam bangunan, dia memimpin di depan, dia terus memperingatkan anak buahnya kalau kondisi bangunan tidak stabil jadi harus extra hati-hati. Dan tiba-tiba Dae Young menginjak lantai yang rapuh, ia terperosok jatuh ke lantai bawah.
Gi Beom mendengar dari walkie-talkie kalau Dae Young menghilang, ia ingin ikut mencari dan meminta Myeong Joo untuk melepaskan perbannya.
"Prajurit Kim, duduklah!" Perintah Myeong Joo.
"Tapi.."
"Aku bilang, duduk! Apa kau mau membunuh pasien ini?"
Lalu Myeong Joo melanjutkan jahitannya. Dae Young melapor kalau ia baik-baik saja, lukanya tak parah karena ia jatuh dari jarak rendah, semuanya terdengar dari walkie-talkie Gi Beom.
Gi Beom memberitahu Myeong Joo kalau Dae Young baik-baik saja tapi Myeong Joo malah menyuruhnya diam karena itu mengganggunya.
Mo Yeon mencoba membersihkan tangannya dari darah tanpa air. Shi Jin mendekat, mengatakan kalau mereka sudah menyiapkan semuanya dan bertanya apa Mo Yeon sudah memutuskan?
Mo Yeon masih menunduk, ia menjelaskan kalau otot kaki manager Go mulai mengalamai nekrosis, saat beton diangkat, mungkin manager Go akan mengalami sindrom traumatis. Dan pekerja lokal satunya, besi memang mencegah pendarahannya, tapi jika besi dihilangkan akan terjadi pendarahan yang sangat parah.
Mo Yeon mengangkat kepalanya menghadap Shi Jin, dalam situasi seperti ini, ia ingin tahu siapa yang ingin Shi Jin selamatkan. Shi Jin kembali memberi kuasa itu pada Mo Yeon karena Mo Yeon yang sudah mendiagnosis jadi Mo Yeon bisa memutuskan dengan tepat.
"Tapi, kau lebih berpengalaman daripada aku. Mungkin, kau bisa membuat keputusan yang terbaik." Jelas Mo Yeon.
"Terbaik? Apa tindakan seperti ini yang kau bilang terbaik? Dalam gerakan penyelamatan, tak ada yang dikatakan dengan terbaik. Kita hanya perlu menyelesaikan masalah yang ada di depan kita."
Mo Yeon juga tahu itu, tapi... Sepanjang hari ini, ia menyelamatkan pasien tanpa protokol jelas. Ia tak tahu, apakah tindakannya ini benar atau...
"Tindakanmu sudah benar. Dalam situasi seperti ini, kau hanya perlu melakukan apa yang kau bisa, ataukah hanya diam saja dan membiarkan mereka mati. Pilih salah satu. Tak ada waktu untuk merengek. Kami tak memintamu untuk membuat sebuah keajaiban. Kami tak mengharapkan dokter sempurna yang bisa menemukan anti virus, tapi, kami hanya mengharapkan diagnosis dari seorang dokter. Jadi, tolong beritahu aku hasil diagnosismu sebagai seorang dokter."
"Urutan penyelamatannya..."
setelah itu kita melihat kalau pasien dengan besi tertancap dilarikan ke ruang operasi medicube.
Mo Yeon memberikan aba-aba, Dadanya tertancap besi, tapi ia tak yakin apakah tulang belakangnya juga terluka. Tapi, respon tubuhnya masih bagus. Sediakan antibiotik dan lakukan X-ray.
"Aku sudah tahu. Kau sudah memberitahuku tadi." balas Dr. Sang Hyun.
Dr. Sang Hyun akan mengoperasinya dan ia menyuruh Mo Yeon minum sedikit. Mo Yeon tidak mau, ia yang akan mengoperasinya. Lalu bertanya, Portable x-ray sudah siap, 'kan?
"Film-nya sudah habis. Sterilisasi juga sudah rusak. Kita kekurangan banyak sekarang." jawab Dr. Sang Hyun.
"Kita harus tetap melakukannya dengan alat seadanya. Sunbae, kau harus menemaniku, aku tak bisa melakukannya sendiri."
Lalu mereka membawa pasien masuk ke ruang operasi.
Anestesi sudah selesai. Mo Yeon mengatakan kalau pasien tidak akan meninggal karena mereka akan mengoperasinya dengan cepat dan akurat. Lalu dimulailah proses operasi.
Foto korban yang meninggal diambil satu persatu sebelum dimasukkan ke kantong jenazah. Termasuk foto manager Go.
Shi Jin membuka dompet manager Go, disana ada foto keluarganya. Shi Jin meletakkan dompet tersebut di dada manager Go dan menahannya dengan tangan manager Go. Lalu kantong jenazah akan ditutup oleh tentara yang lain. Shi Jin memberi hormat pada manager Go.
Ri Hwa mengambil jam dinding yang terjatuh akibat gempa, jamnya mati. Daniel merebutnya lalu memperbaikinya, tak lama kemudian jamnya sudah bisa jalan lagi.
Pasien Myeong Joo pun berhasil melewati operasi dan tanda vitalnya bagus. Myeong Joo menyampaikan kalau Gi Beom sudah bekerja dengan baik. Lalu Gi Beom menghormat padanya dan dibalasnya.
Ketua Park membawa pasukan baru ke lokasi bencana, ia mengatakan kalau Shi Jin dan tim-nya sudah bekerja keras, sekarang saatnya mereka untuk istirahat dan pekerjaan mereka akan digantikan oleh tentara yang baru datang.
Dan mereka pun kembali ke markas Mowuru naik truk.
Ayah Shi Jin menemui Ayah Myeong Joo. Ayah Myeong Joo menjelaskan kalau mereka (tim di Urk) sedang dalam tugas penyelamatan dan tim medis tak ada yang terluka termasuk Myeong Joo.
Ayah Myeong Joo tahu kalau ayah Shi Jin pasti mengkhawatirkan puteranya makanya ia meminta ayah Shi Jin untuk datang. Tapi ayah Shi Jin tak khawatir karena mamang itulah tugas tentara.
"Aku malu mengatakan ini, tapi... aku bisa sedikit tenang karena Kapten Yoo bisa menjaga putriku. Aku sangat mengandalkan Kapten Yoo. Shi Jin mampu mendapatkan 4 bintang, aku sangat mengharapkan hal itu."
"Aku tak yakin, apakah dia bisa."
"Dia adalah prajurit yang sangat mengagumkan. Banyak tentara yang mengidolakan dia, baik itu bawahan maupun atasannya."
"Shi Jin sepertinya sangat beruntung."
Pindah ke RS Haesung di Seoul. Ketua Han menyampaikan pada yang lain kalau tim medis di Urk tak ada yang terluka dan sekarang mereka sedang melakukan penyelamatan, jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan.
Hee Eun langsung terduduk, ia lega dan bersyukur. Ibu mertuanya khawatir, tapi ia memastikan kalau ia baik-baik saja.
Ji Soo bertanya kapan tim medis akan kembali ke korea. Ketua Han menjawab kalau Pesawat akan dikirim setelah kondisi bandara kembali normal.
"Kapan? Apa kau bisa menelepon Chi Hoon? Aku harus mendengar suaranya agar aku bisa kembali tenang." perintah Ibu Chi Hoon.
Ketua Han menjelaskan kalau Panggilan pribadi masih belum bisa dilakukan. Panggilan hanya bisa dilakukan melalui telepon satelit. Dan Sekarang, teleponnya..
"Yaa! Aku memiliki saham besar dalam satelit itu. Sambungkan aku, cepat!"
Ji Soo berjalan dengan Hee Eun. Mereka membahas soal ibu mertua Hee Eun yang memanggil Ketua Han dengan "Yaa!". Hee Eun menjawab, Karena tanah rumah sakit memang milik keluarga Chi Hoon.
Ji Soo langsung menghentikan kursi rodanya, ia memegang tangan Hee Eun," Nyonya, aku tak pernah membuatmu marah, 'kan?"
Hee Eun hanya diam dengan muka penuh tanya, ia tak tahu apa maksudnya.
Chi Hoon merenung sendirian,
"Aku yakin dia akan meninggal." Gumamnya.
Lalu ia memeluk kedua lututnya, menangis..
Dr. Sang Hyun menghampiri Chi Hoon, ia akan merokok. Chi Hoon bertanya apa pasiennya masih bertahan. Dr. Sang Hyun mengiyakan untuk saat ini. Dr. Sang Hyun menerogoh sakunya mencari sesuatu tapi tak ketemu lalu ia menatap Chi Hoon.
"Aku tak punya korek." Jawab Chi Hoon.
"Aku hanya mau bertanya, apa kau baik-baik saja?"
Dr. Sang Hyun melihat Chi Hoon yang masih memegang pita hitam.
"Aigoo.. Pertanyaan macam apa itu, ya?" tanya Dr. Sang Hyun.
Chi Hoon minta sebatang rokok. Tapi Dr. Sang Hyun melarangnya merokok karena dokter tak boleh merokok. Lalu Dr. Sang Hyun menyenggol lengan Chi Hoon. Chi Hoon membalasnya dengan senyum.
Mr. Jin datang ke medicube, ia minta bertemu dokter. Min Ji sudah mencoba menghalanginya tapi Mr. Jin tetap memaksa masuk, padahal Medicube sedang sangat sibuk. Akhirnya Mr. Jin melihat Ja Ae, ia tahu pasti Ja Ae mengenalnya.
Mr. Jin mengatakan kalau ia berdiri sepanjang hari jadi gula darahnya menurun, lalu ia berbaring minta disuntik glukosa atau vitamin, ia juga minta dibawakan bawang putih.
Min Ji menjelaskan pada Ja Ae kalau ia sudah melarang Mr. Jin tapi tidak mempan. Ja Ae mengerti dan menyuruh Min Ji untuk kembali bekerja. Ja Ae berhubungan dengan walkie-talkienya.
"Ini, aku dari bangsal. Ada pasien yang sedang sekarang membutuhkan vitamin. Jika ada dokter yang sedang tidak ada kerjaan sekarang, tolong ke sini dan obati pasien ini, over."
"Benarkah? Bagaimana kondisi pasien itu?" Jawab Dr. Sang Hyun dari seberang.
"Sepertinya, dia membutuhkan pengobatan pada mata. Mungkin dia mau buta, karena dia tak bisa melihat keadaan gawat pasien lainnya, dan dia terus merengsek sedang sekarat. Mulutnya sangat sehat.
"Dia hanya pasien RSJ. Over."
Mr. Jin bangun, ia berdiri lalu merebut walkie-talkie Ja Ae lalu melemparnya ke ranjang yang ia gunakan untuk berbaring tadi. ia bertanya dengan Bahasa informal, siapa nama Ja Ae.
"Ha Ja Ae. Dan kau, siapa namamu tadi?" balas Ja Ae juga dengan Bahasa informal.
Mr. Jin tak terima Ja Ae bicara informal padanya. Ja Ae menjawab kalau ia pikir Mr. Jin mau berteman karena Mr. Jin duluan yang bicara informal padanya. Lalu Ja Ae menanyakan berapa umur Mr. Jin, karena mereka sudah tahu nama masing-masing.
"Yang benar saja. Kau! Tunggu dan lihat saja."
"Ya, ya, ya. Aku akan menunggunya." jawab Ja Ae kembali menggunakan Bahasa formal.
Lalu ia pergi mengajak Min Ji untuk bekerja karena alat strerelisasinya rusak.
Dae Young dan Shi Jin keluar dari gudang penyimpanan makanan dan ternyata makanan mereka tinggal sedikit, mereka bingung bagaimana memberi makan semuanya sekarang.
Kemudian si sexy dari restaurant datang membawa makanan untuk 100 orang.
"Sempurna. Kau memang yang terbaik." Puji Dae Young.
Shi Jin mengatakan akan membeli minuman si sexy untuk 100 orang sebagai balasannya dan tentu saja Dae Young yang mentraktir karena gajinya dipotong. Dae Young hanya bisa memelototinya.
Para tentara pun menikmati makanan pemberian si sexy.
"Kalian sudah berusaha keras dan tak tidur selama 2 hari. Kami sudah menghubungi orang tua kalian, jadi jangan khawatir. Saat, jaringan kembali normal, kita akan melakukan video-call, jadi bersabarlah sedikit."
"Ya, kami mengerti." jawab semuanya.
Shi Jin menambahi kalau mereka akan tetap melakukan gerakan penyelamatan besok. Dan gerakan itu akan sangat sulit, jadi, setelah selesai makan, langsung bisa pergi tidur. tak perlu memikirkan apapun saat ini, dan tidurlah saja. Hanya perlu mengikuti perintah. Karena ia akan selalu siap memberikan perintah kapanpun.
Mereka semua mengerti.
Dae Young mencuci mukanya, ia memijit tangannya yang sakit akibat jatuh tadi. Myeong Joo muncul tiba-tiba mengambil handuk di leher Dae Young untuk membantunya mengelap muka.
"Kau datang ke sini. Apakah karena atas keinginan sendiri ataukah perintah ayahku?" tanya Myeong Joo.
"Tanggung jawabku adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya."
Myeong Joo tak tahu kenapa Dae Young bisa memutuskan untuk datang. Tapi, yang perlu Dae Young tahu, ia tak suka sikap Dae Young ini.
"Telepon dia (Ayah Myeong Joo). Dia pasti sangat khawatir." pinta Dae Young.
"Bagaimana denganmu? Bagaimana jika kau terluka?"
"Maaf... karena aku selalu menghindarimu."
"Lalu, kenapa kau tak menggenggam tanganku?"
tapi bukan genggaman yang ia dapat, melainkan pelukan hangat dari Dae Young.
Ja Ae sedang merebus peralatan operasi karena alat sterilnya rusak. Dr. Sang Hyun datang untuk menggantikannya. Ia bertanya, apa Ja Ae tidak ketakutan?
"Sudah kubilang, 'kan? Kita harusnya lari saat hari pertama sampai di sini. Aku bisa menggunakan anak dan juga istriku sebagai alasan." lanjut Dr. Sang Hyun.
"Kau bisa saja kabur. Kenapa kau bertahan di sini?"
"Bagaimana denganmu?"
Lalu Dr. Sang Hyun minta Ja Ae mengulangi angka 1030. Itu adalah password notebooknya. Jika ia mati di sini, ia ingin Ja Ae membuka drive C di notebook-nya Dan cari dokumen rumah sakit, dan cari lagi folder zip. Kemudian hapus folder itu. Ia meminta bantuan Ja Ae sebagai teman.
Ja Ae tanya, folder apa itu.. tapi kemudian ia ingat dan menyuruh Dr. Sang Hyun untuk segera menghapusnya. Dr. Sang Hyun tak bisa sebelum ia mati.
Mereka selesai. Dr. Sang Hyun mematikan apinya dan berjalan masuk. Ja Ae memukulinya sambil jalan menyuruhnya untuk segera menghapus folder tersebut.
"Kau ini! Dasar jorok! Jorok!" kata Ja Ae.
Mo Yeon melakukan cek pada pasien. Pertama pasien besi yang baru saja dioperasi. Dr. Sang Hyun menjelaskan kalau pasiennya belum sadar, mungkin mereka bisa mengetahui hasilnya besok.
Kedua, pasien yang hampir meninggal di depan pembangkit listrik. Dokter yang merawatnya mengatakan kalau pasien itu sudah sadar. Mo Yeon mengeceknya kemudian mengganti pita merah menjadi hijau karena keadaan si pasien sudah semakin membaik.
Ketiga, pasiennya Chi Hoon, seorang ibu hamil. Chi Hoon menjelaskan kalau ibu itu mengalami fraktur tibialis dan karena dia sedang hamil maka Chi Hoon mengobatinya tanpa anestesi, tapi walaupun sakit si ibu bisa menahannya.
Mo Yeon memeriksa kondisi bayi dan berkata kalau bayinya sangat kuat. Tapi perhatian Mo Yeon tertuju pada ponsel Chi Hoon yang diletakkan disebelah Ibu tadi.
"Itu adalah musik klasik kesukaanku. Aku khawatir jika bayinya takut." jelas Chi Hoon.
"Kau sudah menjadi dokter dan juga ayah sesungguhnya sekarang."
Semua juga kagum dengan Chi Hoon.
Mo Yeon melihat pasien yang meminjamkan sepatu padanya. Mo Yeon mendekatinya dan mengembalikan sepatu itu.
"Aku sudah memakainya. Terima kasih."
pasien membalasnya dengan senyum.
Mo Yeon menyalakan lilin sebagai penghormatan untuk korban yang meninggal. Total korban yang meninggal adalah 18 orang dan yang terluka 41 orang.
Lalu Mo Yeon menuju ke arah pembangkit listrik yang runtuh. Shi Jin muncul dibelakangnya.
Mo Yeon membayangkan semua pasiennya sebelum kejadian, pasien yang tertusuk besi serta yang meminjaminya sepatu bertugas untuk mengangkat semen.
Kemudian si Ibu hamil datang untuk mengirim makanan pada suaminya.
Dan yang terakhir dilihatnya adalah manager Go yang sedang menghukum pria muda yang kerjaannya cuma tidur.
"Dokter. Kau sudah bekerja keras." Ucap manager Go lalu menyunggingkan senyum untuk Mo Yeon.
Mo Yeon menangis tersedu. Shi jin menatapnya dari belakang.
Kemudian seorang tentara menghampiri Shi Jin. Ia bertanya apa yang Shi Jin butuhkan. Shi Jin menjawab kalau ia hanya lihat-lihat saja.
Tentara itu melihat bahu Shi Jin berdarah. Shi Jin meminta bantuannya untuk memeriksa bahunya.
"Anda bisa menahan sakitnya? Sepertinya harus dijahit." ujar si tentara.
"Pantas saja, bahuku sangat sakit."
Tentara akan memanggilkan tim medis tapi Shi Jin melarangnya karena ia akan pergi sendiri.
Kemudian Mo Yeon datang, ia minta Shi Jin mengikutinya.
Mo Yeon mulai menjahit luka Shi Jin. Ia bertanya, bagaimana Shi Jin bisa terluka. Shi Jin menjawab ia terluka saat penyelamatan reruntuhan tadi. Mo Yeon tersenyum.
"Aku baik-baik saja." Ujar Mo Yeon.
"Kau mendengarnya? Aku bertanya sangat pelan tadi."
"Ya. "Pelan" yang "keras"."
Padahal Shi Jin tadi tidak bertanya apa-apa.
Shi Jin senang Mo Yeon bisa ada di sana. Ia berterimakasih pada Mo Yeon yang mau berjuang di sana bersamanya.
"Aku juga, terima kasih, Kapten." balas Mo Yeon.
Shi Jin tak berniat jahat pada Mo Yeon tadi. Mo Yeon tahu hal itu. Shi Jin penasaran, kok Mo Yeon tahu.
"Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi dokter? Seseorang yang melihat lebih banyak kematian dari seorang tentara adalah seorang dokter yang memegang pisau." jelas Mo Yeon
Jika kata-katanya tadi tidak berguna, Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk melupakannya saja. Tapi... ia sungguh tak ingin Mo Yeon terluka. Itulah yang ia rasakan.
"Kalau begitu, tak perlu menyemangatiku lagi, dan kau bisa melakukan keahlianmu saja, Kapten."
"Keahilianku? Apa maksudmu?"
"Melawak. Karena sepertinya, aku membutuhkan lawakanmu sekarang ini."
Shi Jin berkata kalau Mo Yeon sangat cantik sekarang. Mo Yeon membalas kalau Shi Jin tak sedang melihatnya sekarang. Shi Jin sudah melihat Mo Yeon tadi, Mo Yeon selalu saja cantik.
"Matamu itu bagus sekali." balas Mo Yeon.
"Aku hanya bercanda."
Mo Yeon tersenyum. ia sudah selesai menjahit luka Shi Jin.
"Aku sangat merindukanmu."
Mo Yeon membeku,
Shi Jin melanjutkan, "Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja memikirkanmu. Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanya. Tapi, percuma karena aku masih merindukanmu. Apa kau tak menyangka aku akan mengatakan ini? Kalau begitu, dengarkan aku. Karena aku sedang tidak bercanda sekarang."

Drama Korea Descendants of The SunWhere stories live. Discover now