Episode 15 Part 1

5.3K 129 1
                                    

[Sinopsis] Descendants Of The Sun Episode 15 Part 1

Shi Jin mendengarkan sesuatu dengan headsetnya dan ia tersenyum.
Mo Yeon datang dan Shi Jin melepas headsetnya, Shi Jin bercanda, ia bertanya pada Mo Yeon, tidakkah ia terlihat seperti lukisan cantik?
"Ya, kau kerap kali begitu." Jawab Mo Yeon.
Mereka tertawa. Mo Yeon memberikan dokumen check out Shi Jin. Hari ini Mo Yeon akan menyupir untuk Shi Jin, ia akan berperan sebagai pacar bukan dokter.
"Wow... benarkah? kedengarannya menyenangkan. Ayo pergi." Ajak Shi Jin.
Mo Yeon mendorong kursi roda Shi Jin, ia membahas cuaca hari ini yang sangat indah tapi Urk lebih indah lagi, Urk memiliki awan yang indah.
"Apa kau ingin kembali bersama?" tanya Shi Jin.
"Bersama?" Ulang Mo Yeon.
"Kenapa? Kau akan kesana dengan pria lain?"
Mo Yeon menjawab kalau itu tidak mustahil. Lalu Mo Yeon bertanya, apa yang didengarkan Shi Jin. Shi Jin menjawab kalau itu kesukaannya dan ia memperdengarkannya ke Mo Yeon.
Ternyata itu adalah rekaman pengakuan Mo Yeon. Mo Yeon kesal dan melepaskan kursi roda Shi Jin. Shi Jin meluncur, secara mereka di ketinggian.
Mo Yeon terkejut dan mengejar Shi Jin. Kursi roda menabrak pembatas jalan dan Shi Jin terjatuh.
"Apa kau baik-baik saja? Bagaimana ini?" Mo Yeon panik.
"Aku baik-baik saja, aku hanya..."
Mo Yeon melewati Shi Jin, ia menuju kursi roda yang rusak, ia lebih khawatir akan kursi roda dari pada Shi Jin.
Shi Jin berdiri, ia protes pada Mo Yeon. Ia hampir mati setelah 10 menit keluar dari RS tapi Mo Yeon malah lebih khawatir pada kursi roda,
"Lalu, Kenapa kau mendengarkannya?! Sekarang bagaimana dengan kursi roda ini?!"
"Wanita ini benar-benar. Sekarang kau bahkan merusak kursi roda. Jangan gunakan transportasi publik mulai saat ini, demi keselamatan banyak orang (karena Mo Yeon selalu merusak)."

Myeong Joo menyuruh Dae Young untuk segera mengatakan apa yang ingin dikatakan karena ia akan pergi setelah selesai makan dan sekarang ia hampir selesai.
"Tidak ada yang ingin ku katakan."
Myeong Joo bertanya lagi, lalu kenapa Dae Young mengajaknya makan siang? Dae Young menjawab kalau Myeong Joo kurusan, makanya ia traktir makan.
"Aku bertanya karena aku bingung, kita ini bagaimana? Kita putus atau hanya bertengkar? Status kita apa? Apa kita akan putus, sedang putus atau sudah putus?"
Dae Young menjawab kalau ia dalam proses menuju Myeong Joo dan ia mohon agar Myeong Joo mengijinkannya untuk melepas seragam.
"Aku ingin meninggalkan militer lalu bekerja di perusahaan pamanku.. dan hidup sebagai menantu ayahku? Apa kau pikir kau bisa menahannya?"
"Tapi kau disampingku."
"Ya... Kau terlihat sangat bahagia."
Dengan mengejutkan Myeong Joo mengatakan kalau ia yang akan berhenti, ia tak akan menemui ayahnya lagi. Ayahnya memiliki kehidupannya dan ia juga. Ia sudah bilang kalau ia bisa hidup tanpa ayahnya.
"Berhenti. Kau bisa dipromosikan manjadi Letnan Mayor, Letnan Kolonel, Kolonel dan mungkin... tidak, kau pasti akan menjadi Brigadir. Ayahmu memiliki putri dengan kemampuan baik. Kau tidak akan disetujui."
Myeong Joo tahu maksud Dae Young tapi ia tetap benci karena Dae Young yang mengatakannya.
"Apa kau pikir aku bahagia denganmu? Kau sudah selesai, kan? aku benar-benar kesini untuk memberimu makan. Aku pergi sekarang." Ujar Dae Young.
"Lain kali jangan bawa uang tapi jawaban, kita putus atau tidak."
Dae Young tak menjawabnya, ia tetap pergi.

Komandan Yoon memandangi surat pengunduran diri Dae Young.
Shi Jin mengirim pesan ke Mo Yeon, sedang apa? Mo Yeon akan mandi. Langsung deh Shi Jin Video call-an.
"Kau segitu rindunya ya sama aku?" tanya Mo Yeon.
"Katanya mau mandi tapi kok masih memakai pakaian lengkap."
"Jadi, itu alasanmu menelfon? Bukan kerana merindukanku?"
"Aku ingin melihatmu. Di banyak cara."
Mo Yeon menjawab kalau ia akan melepas pakaiannya setelah menutup telfon dan ia menutupnya.
Bel pintu rumahnya berbunyi. Shi Jin datang, ia protes, kenapa Mo Yeon bohong, padahal ia pikir, Mo Yeon beneran mau lepas baju.
Mo Yeon bertanya, kenapa Shi Jin datang, apa pekerjaan Shi Jin sudah selesai. Sambil mengeluarakan keleng minuman Shi Jin mengatakan kalau lukanya masih sakit makanya ia datang untuk mendapatkan diagnosis tertulis.
"Kau harusnya ke rumah sakit." Mo Yeon meluruskan.
"Aku harus mendatangi dokterku untuk mendapatkan diagnosis tertulis."
Mo Yeon bertanya lagi, untuk apa semua minuman itu? Kan Shi Jin lagi sakit. Shi Jin berpikir sebentar sebelum menjawab lalu berucap, pereda rasa sakit?
"Oh, sebelum aku mendapatkan diagnosis tertulis, Ayo lakukan sesuatu yang lain dulu. Isi bathup nya!" Ajak Shi Jin
"Jangan bermimpi ya."
"Ini mimpiku, jadi terserah dong."
Lalu Shi Jin menyuruh Mo Yeon mandi, ia akan menunggu. Mo Yeon menjawab seperti Shi Jin, ini kan tubuhnya jadi terserah dong mau mandi atau tidak. Mo Yeon menghitung kaleng minuman, ia memperingatkan agar Shi Jin tak minum semua, ia sudah menghitung jumlahnya. Lalu Mo Yeon pergi mandi.
Mo Yeon selesai mandi dan udah ada lilin dimana-mana. Mo Yeon bertanya, untuk apa lilin-lilin itu? Shi Jin menjawab kalau itu adalah hadiah agar Mo Yeon kelihatan cantik dari segala sisi.
"Wow.. kau sangat cantik."
"Baru tahu ya?"
Mo Yeon bertanya lagi, bagaimana Shi Jin tahu lilin kesukaannya. Shi Jin menjawab kalau ia melakukan observasi di rumah Mo Yeon (setelah melihat-lihat).
"Hanya sekali lihat?"
"Apa kau pikir aku kesini hanya sekali?"
"Tidak."
"Lalu berapa kali?"
"Kenapa? Aku tak penasaran kok."
Mo Yeon akan membuka kalengnya, Shi Jin melarangnya. Mo Yeon ingat, waktu ia mabuk kan. Shi Jin tanya, kapan pastinya.
"Dulu sekali." Jawab Mo Yeon.
Shi Jin kembali melarang Mo Yeon untuk minum dengan lelaki lain. Mo Yeon balik bertanya, memangnya kenapa? apa Shi Jin akan menjemputnya dengan helikopter?
"Apa kau pikir aku tidak bisa?"
Mo Yeon jadi ingat. Ia tanya, waktu ia diculik Argus dulu, kenapa mereka bisa naik Helikopter Arab?
Shi Jin pura-pura sakit karena jatuh tadi tapi ia keliru, letak sakitnya bukan sebelah kanan tapi kiri dan Mo Yeon yang menunjukkannya. Mo Yeon menyuruhnya jujur, ia tidak akan marah kok.
"Beneran ya?"
"Jujurlah, kau gunakan kartu itu atau tidak?"
"Ayo minum."
Mo Yeon kesal karena Shi Jin menggunakan kartu mereka untuk helikopter. Shi Jin beralasan kalau helikopter itu menyelamatkan hidup Mo Yeon. Tapi bagi Mo Yeon tak ada gunanya hidup tanpa kartu itu.
"Jujur lah! Apa benar tidak ada apa-apa dalam helikopter? Seperti dokumen perusahaan minyak atau uang tunai. Pikirkanlah baik-baik. Apa tidak ada sesuatu seperti tas kantor warna hitam?"
Shi Jin dari tadi ngorek kuping mendengar Mo Yeon, ia pura-pura haus dan akan mengambil minuman di kulkas, namun Mo Yeon menghalanginya. Mo Yeon masih kesal karena Shi Jin menggunakan kartu itu untuk transportasi lagi.
Shi Jin mencubit pipi Mo Yeon, Aigoo...

Drama Korea Descendants of The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang