Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

3

20.5K 1K 22
                                    

Vanessa berbalik dan mendapati bosnya tengah membukakan pintu untuk dua pengunjung terakhir yang baru saja meninggalkan meja. "Merci, de visiter Sargent!"

"Monsieur Zey, Anda sudah kembali?" tanya Evariste menengadahkan kepalanya dari balik meja kasir.

Ya, Zeyran baru kembali dari Paris karena ada urusan mendadak yang membuatnya harus pergi selama tiga hari. "Kau tahu, aku tidak pernah bisa meninggalkan tempat ini lebih lama lagi," jawab Zeyran bergabung bersama Evariste di balik meja kasir.

Pria berkacamata persegi itu melirik Vanessa yang hendak berjalan menuju dapur, dan hal tersebut tidak luput dari perhatian Zeyran. Ia meringis secara dibuat-buat. "Mungkin memang itu alasanku." Kemudian menyeringai lebar sebelum menghampiri Vanessa.

"Hai, Vanes! Kau lupa menyambutku atau bagaimana?"

"Oh... salut, Monsieur! Comment ça va?" sambut Vanessa terlambat.

Zeyran tersenyum gemas. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang!"

"Kalau begini terus, kau akan menjadi sopir pribadiku alih-alih atasanku."

"Aku tidak masalah kau menganggapku apa, selagi aku bisa melihatmu pulang dalam keadaan selamat."

"Tapi orang-orang belum pulang."

"Tapi ...." Zeyran menjeda kalimatnya untuk mencolek hidung Vanessa. "Bosmu sudah menyuruhmu pulang, Mademoiselle."

Vanessa mencubit perut Zeyran, membuat pria itu mengaduh. "Kau menyakitiku!" gerutunya pura-pura kesakitan. Padahal baik dirinya maupun Vanessa sama-sama tahu cubitan tersebut tidak cukup keras.

"Jangan menggunakan kekuasaanmu, Zeyran Diori Sargent!" ingatnya.

"Aku tidak menggunakan kekuasaanku," elaknya membela diri. "Kalian memang sudah harus pulang setengah jam lalu, dan semua orang telah mengetahuinya terkecuali kau."

Vanessa paham mengenai perkataan Zeyran barusan, apalagi melihat Isaak dan tiga orang patissier lainnya sudah hendak bergegas meninggalkan dapur.

"Baiklah, aku akan menemuimu di parkiran."

"Tidak. Aku akan menunggumu di sini."

Vanessa mendengus. "Terserahlah." Lalu melangkah ke lorong loker. Tahu betul dirinya tidak akan menang jika berdebat dengan Zeyran.

Sepuluh menit kemudian, gadis itu keluar dari ruang loker dan menemukan Zeyran masih berdiri di dapur bersama Evariste. Menyadari kehadiran Vanessa di sana, keduanya menoleh.

"Sudah selesai?" tanya Zeyran.

Vanessa mengangguk. "Tunggu sebentar, aku harus mengambil sepedaku dulu."

"Tidak perlu, tadi aku sudah memindahkannya dan menyimpannya di bagasi mobilku."

Vanessa tak bisa protes. Bukan Zeyran namanya kalau tidak sering membuatnya merasa tak bisa melakukan apa pun sendirian.

Karena tak ada lagi yang perlu diperbincangkan, Zeyran menepuk-menepuk lengan atas Evariste. "Aku pulang duluan. Selamat malam."

"Permisi, Monsieur," tutur Vanessa sebelum menyusul Zeyran keluar dari dapur.

"Oui, sampai jumpa!"

Sepanjang perjalanan, tak ada perbincangan apa pun di antara keduanya, tak seperti biasa. Hal tersebut tentu saja menarik perhatian Zeyran, entah kenapa ia merasa Vanessa menjadi sangat tertutup dan pendiam belakangan ini.

"Ada apa?"

Vanessa menoleh ke samping sembari mengulas senyum tipis. "Hanya mengantuk."

Zeyran merasakan ketidakjujuran dalam jawaban gadis itu. Ia tampak berpikir sebelum akhirnya bertanya, "Apa kau berusaha menghindariku?"

SURVIVRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang