Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

4

15.7K 924 16
                                    

Gadis itu menggeliat, merasakan mentari pagi mulai menggelitik tubuhnya. Vanessa beranjak dari tempat tidur, bersiap-siap untuk jogging. Ini adalah hari pertamanya menjadi pengangguran lagi. Ia sudah menyerahkan surat pengunduran diri kepada Zeyran kemarin, yang diterima Zeyran dengan berat hati.

Setelah melakukan aktivitas pagi seperti mandi dan sarapan, dengan segera ia keluar dari rumah. Vanessa tertegun melihat siapa yang kini berdiri tepat di hadapannya. Pria itu... setelah beberapa hari Vanessa tidak melihatnya, sekarang dia ada di depan rumahnya, tersenyum begitu lebar seolah sengaja memamerkan gigi-gigi yang berjejer rapi bagaikan kalung mutiara.

"Aku baru akan menekan bel."

Vanessa menunduk dan memutuskan kontak mata dengan Gilbert. Sungguh, menatap mata itu membuat jantungnya melompat-lompat girang. Mungkin terlalu berlebihan, tapi itulah yang ia rasakan sejak kali pertama bertemu dengan Gilbert. Berdegup tidak jelas, seperti tengah berada di pertandingan lari maraton.

"Aku tidak tahu kau libur kerja hari ini."

"Sejujurnya, aku sudah tidak bekerja."

"Maksudmu, kau dipecat?"

"Bukan!" jawab Vanessa spontan. "Aku mengundurkan diri."

Gilbert menautkan kedua alisnya. "Kenapa?"

Tetapi, Vanessa hanya tersenyum.

"Vanessa, aku ingin mengenalmu lebih jauh dan begitupun denganmu, jadi kau harus jujur padaku."

Vanessa menggigit bibir bawahnya, masih merasa gugup dan tak terbiasa dengan kedekatan ini.

"Tidak apa-apa kalau kau tidak bisa memberitahuku sekarang," ujar Gilbert penuh pengertian. "Kau mau jogging, ya?" tanyanya lagi.

Vanessa mengangguk.

"Kalau begitu, aku ikut denganmu."

Vanessa memindai penampilan Gilbert, pria itu mengenakan kaus putih dan jins biru pudar. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Gilbert kembali mengulas senyum. "Tadinya aku ingin mengantarmu kerja."

"Dari mana kau tahu rumahku?"

"Mudah saja kalau kau menyukai seseorang," katanya sembari menaik-turunkan alisnya, menggoda Vanessa.

Jantung Vanessa lagi-lagi bertingkah sangat agresif di rongga dadanya. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah pria ini benar-benar tertarik padanya?

Kedua matanya menangkap SUV hitam yang terparkir di halaman depan. Sebelum kegugupannya membuat dirinya kembali membisu, Vanessa dengan cepat mengunci pintu dan melangkah melewati Gilbert.

"Ayo!" ajaknya. "Di sini aman, tidak akan ada yang mencuri mobilmu."

Gibert tertawa pelan. "Apa itu yang kau khawatirkan?"

Vanessa merasa tersipu. Ia tidak menjawabnya dan memilih untuk mulai berlari. Gilbert mengikutinya, ia menyusul Vanessa dengan mudah hingga langkah mereka beriringan.

"Sejak kapan kau menyukaiku?" tanya Vanessa malu-malu. Ia bahkan tidak memandang Gilbert ketika sedang mengajukan pertanyaannya.

"Aku tidak ingat, yang jelas saat itu aku melihatmu sedang duduk di perahu di sungai Seine."

Vanessa menghentikan gerakan kakinya secara tiba-tiba, memandang Gilbert tak percaya. Sungai Seine ... itu terjadi setahun lalu, ketika ia baru mendarat di Perancis.

"Kau mengenakan sweater putih dan jins hitam. Rambutmu dikucir dan kau memegang buku Antoine De Saint-Exupéry."

Gilbert tidak salah orang, itu memang dirinya. Vanessa ingat ia membawa buku itu karena ayahnya dulu sangat menyukai buku Le Petit Prince. Ia membacanya berulang-ulang selama melakukan perjalanan dari Boston ke Paris, dan dari Paris ke Alsace.

SURVIVRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang