Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

7

12.3K 852 21
                                    

Pernikahan yang diselenggarakan di sebuah gereja itu berjalan dengan lancar. Meskipun tidak dihadiri orang tua dari kedua pihak mempelai, namun hal tersebut sama sekali bukan kendala. Perihalnya, mereka sudah tak memiliki orang tua untuk mendampingi. Tapi sebetulnya, Gilbert masih mempunyai paman dan bibi untuk menjadi wali, hanya saja ia tidak berniat memberitahunya sekarang—apalagi mengundangnya. Pernikahan ini sangat rahasia, semuanya sudah diatur semaksimal mungkin oleh Constantin—asistennya—agar tidak menyebar luas. Ia sengaja mencari tempat strategis untuk menikah, yaitu Picardy. Gilbert sudah membeli rumah di sana untuk dijadikan tempat tinggalnya bersama Vanessa. Ia takkan sudi membawa gadis itu tinggal seatap bersama istri pertamanya di Paris.

Seminggu setelah lamarannya, Gilbert mengajak Vanessa pindah ke Picardy dan menikah di sana. Ia berbohong kepada Vanessa kalau dirinya telah dipindah-tugaskan ke Picardy. Vanessa ikut saja karena ia juga tidak punya alasan untuk menolak. Ketika gadis itu bertanya akan mengadakan resepsi di mana, Gilbert memutuskan untuk menundanya dengan alasan pekerjaan yang tak dapat ditangguhkan, padahal sebenarnya ia tak berencana mengadakan resepsi atau apa pun itu hanya untuk membuat Vanessa berada di bawah kuasanya.

Sementara Vanessa tidak memberitahukan pernikahannya kepada siapa pun selain Zeyran seorang. Awalnya, ia ingin pria itu menjadi walinya, tetapi Zeyran tidak datang dan itu membuatnya kecewa karena selama ini Zeyran selalu ada untuknya.

Mereka melaksanakan akad di sore hari. Setengah jam setelah keduanya disahkan menjadi suami-istri, Gilbert mendapat telepon yang mengharuskannya pergi sehingga pria itu meninggalkan Vanessa sendiri di rumah barunya.

Sekarang sudah pukul sebelas malam, dan Vanessa masih menunggu kepulangan pria itu. Namun, rasa kantuk yang menyergapnya tak dapat ditoleransi lagi. Ia ingin segera terlelap. Jadi, ia memutuskan masuk ke kamarnya. Merebahkan tubuh di atas ranjang. Cukup lama menikmati empuknya kasur itu sampai suara decitan pintu membuatnya kontan beranjak dari sana.

"Hei, sudah tidur?" tanya Gilbert di ambang pintu kamar, menatap Vanessa dengan ekspresi datar.

Vanessa menggeleng. "Astaga... aku menunggumu pulang. Kau telah selesai dengan pekerjaanmu? Apa itu sangat penting sehingga kau harus bekerja di hari pernikahanmu?"

"Apa kau sudah makan?" kejarnya tak menggubris rentetan pertanyaan Vanessa barusan.

"Ya, kau—"

"Bagus! Wajahmu terlihat sangat pucat, aku tidak ingin kau mati beberapa jam setelah kita menikah," kata Gilbert dingin. "Tidurlah! Jangan cerewet! Aku sedang lelah." Kemudian pria itu menutup pintu kamar, membiarkan Vanessa mencerna sikapnya yang berubah drastis.

***

Cahaya mentari menguak di balik gorden kamar bernuansa klasik itu. Vanessa menggeliat kala merasakan silau sang surya menyapa. Ia mengerjapkan kedua mata ketika menyadari hari sudah pagi. Vanessa melirik ke samping, tak ada Gilbert di sana. Apa Gilbert telah lebih dulu bangun darinya?

Dengan terburu-buru, ia beranjak dari tempat tidur. Mencari Gilbert dan mungkin setelahnya, ia akan membuatkan sarapan pagi untuk mereka berdua. Vanessa terus berjalan, namun langkahnya terhenti kala ia mendengar suara erangan dari kamar yang baru ia lewati. Dengan diselimuti rasa penasaran, Vanessa membuka pintu kamar tersebut. Gilbert berbaring di tempat tidur, tampak mengerang keras seraya menyebutkan sebuah nama di bibirnya.

"Karine?" Vanessa mengulang pelan nama yang disebutkan Gilbert barusan.

Keringat dingin bercucuran di dahi pria itu, membuat Vanessa makin penasaran mengenai mimpi buruk apa yang menghantui suaminya. Ia baru akan membangunkannya ketika Gilbert membuka kelopak matanya secara tiba-tiba sembari bangkit dan meneriaki nama 'Karine'.

SURVIVRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang