WELCOME BACK

15.2K 1K 11
                                    

Alex merasa tubuhnya seperti melayang. Ia merasa tenang. Ia berada disebuah ruangan putih. Semuanya serba putih. " Dimana?" gumamnya. Ia berdiri berputar. Yang ia ingat, adalah ia berbicara dengan Kanit. Ia ingin membicarakan tentang hubungan mereka. Ia ingin kembali. Ia menyesal karena menceraikan Kanit. Sahabatnya juga memberitahukan bahwa seharusnya ia mengalah waktu itu, tidak malah membuat masalah menjadi rumit. 

Ia masih ingat dengan jelas kejadian 4 tahun yang lalu. Bahkan tiba - tiba, seperti ada pintu yang terbuka. Ia berjalan mendekati pintu itu dan...

Ia mendapati dirinya berada dalam rumah kecil impiannya dengan Kanit waktu itu. Ia berjalan mendekati kamar mereka dan, tubuhnya tiba - tiba menembus pintu itu, mendapati Kanit menangis sesegukan dikursi dekat jendela.

" Kanit.. Kanit sayang.. Kau kenapa?" tanya Alex sambil terus berjalan mendekati Kanit. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh bahu. 

" Kenapa jadi begini Alex.." ucap Kanit gemetar.

" Apa yang terjadi Kanit?" tangannya tiba - tiba menembus bahu Kanit. " Apa yang terjadi. Apa aku sudah mati?" ucapnya pada diri sendiri. 

Lalu tubuhnya seperti melayang dan kini ia berada di ruangan. Alex menyipit dan mengamati ruangan tersebut. Ia ingat ruangan ini. Ruangan dimana ia mengalami kekalahan kontrak besar. Yang sudah ia persiapkan jauh - jauh hari. Bersama John ia sudah mempersiapkan semuanya. Bahkan ia masih ingat dengan jelas, saat itu ia meninggalkan Kanit demi berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Diruangan inilah ia kalah. Saat itu dirinya murka dan John tidak bisa melakukan apa - apa. 

Malamnya ia mabuk - mabuk.kan. John bahkan tidak bisa menghentikannya.

" Alex, hentikan!" teriak John.

" Apa!!!" balas teriak Alex limbung.

" Aku akan mengantarmu pulang." John merangkul Alex dan membawanya keluar dari tempat hiburan itu. " Dimana, Donna?" tanya John pada Alex yang sudah limbung didalam mobil.

"Aku tidak tahu.." ucapnya sembarangan lalu muntah di mobil John.

" Kau menjijikkan Alex." John langsung menyalakan mesin mobilnya dan melaju masuk ke jalan raya. " Apa yang harus ku katakan pada Kanit?"

Setibanya Dirumah Alex. John memapah Alex yang sudah setengah sadar, karena tadi John sempat memutar - mutar mobilnya dan mampir ke supermarket untuk membeli sesuatu untuk meredakan mabuk Alex.

" Pergilah." usir Alex dan melepaskan diri " Aku bisa sendiri.." ucapnya sambil melangkah gontai menuju pintu rumahnya.

John tidak tega dan segera merangkul sahabatnya itu dan menekan bel. Kanit membuka pintu dengan raut wajah marah, namun setelah melihat siapa yang bersama suaminya, raut wajahnya berubah. John yakin itu.

" Kak John?"

" Maaf. Aku tidak bisa menjaganya.." ucap John sangat menyesal. " Dimana aku bisa meletakkannya?"

Kanit menatap John dan ia memperlisahkan John masuk, " Kakak bawa ke kamar saja.."

John dengan segera membawa Alex ke kamar mereka.

" Aku sudah memberinya obat tadi. Besok pagi ia akan segera baikan.." ucan John menenangkan hati Kanit.

Alex melihat semuanya, dia bisa melihat dirinya sendiri yang sudah terkapar tidak berdaya diatas tempat tidur. Ia langsung menatap Kanit dan mendekat. " Kanit sayang.. aku disini. jangan tatap aku seperti itu.."

" Baiklah aku pamit dulu.." ucap John 

Kanit mengangguk.

Alex melihat John pergi. Dan kini pandangannya kembali pada Kanit. " Astaga.. besok adalah hari petaka.." gumam Alex, seketika tubuhnya melayang lagi dan ada didalam sebuah ruangan, pengadilan..

ia ingat, ini hari dimana ia dan Kanit bercerai.

" Permintaan penggugat, Rafe Alexander Dominic, kami kabulkan.." hakim mengetuk palunya dua kali.  " Selamat siang.." lanjut sang Hakim.

Alex berjalan dan menatap dirinya sendiri yang murung dan juga Kanit yang meunduk terus menerus. 

" Seperti inikah dirimu saat itu sayang?" tanya Alex pada Kanit yang tertunduk. Tapi kanit tidak dapat mendengarnya. 

" Alex?" Alex langsung menoleh kearah suara. Disitu ada Alvin, pengacaranya sekaligus sahabatnya. "Ayo kita pergi.." ajaknya.

" Pergilah terlebih dahulu.." ucapnya lalu berdiri dan mendekati Kanit.

" Ini yang kau inginkan bukan? puas? puas?" ucapnya berteriak. " Aku mempercayaimu Kanit, kau menuduhku tanpa alasan dan membuatku melakukan semua ini.."

Kanit hanya tertunduk. Alex yang melihat kejadian itu langsung mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana dulu ia begitu sekasar pada Kanit, perempuan yang sangat cintai. Apa yang merasukinya waktu itu.

Tubuhnya melayang lagi dan kembali kedalam kamarnya. Disini Kanit mengemasi barang - barangnya. " Jangan sayang.. jangan pergi. Jangan tinggalkan aku oke? aku disini.." ucap Alex sambil terus mengikuti kemana Kanit bergerak di kamar mereka.

" Kanit kumohon jangan pergi..!" Alex mengikuti dan berusaha menggapai bahu Kanit, tapi tangannya menembus. " Sial.." umpatnya. Lalu Kanit pergi...

Alex bingung bagaimana ia bisa melihat semua kejadian beberapa bulan lalu. Saat dirinya bukanlah dirinya sendiri. Ia berjalan mendekati tempat tidur mereka yang kosong dan menemukan sebuah amplop coklat besar diatas nakas. " Semoga ia bisa memegangnya.." ucapnya lalu mengambil Amplop coklat itu, namun amplop itu hanya tersenggol dan jatuh, menumpahkan semua isi amplop yang tidak lain adalah foto - foto dirinya yang sedang bercumbu mesra bersama Donna sekretarisnya di klub malam. " ARRRRGGGGGGHHHHHHHHHH..." ucapnya mengacak - acak rambut. 

" Maafkan Aku Kanit.. Kanit maafkan aku.. tolong kembali sayang, aku membutuhkanmu.." Alex ambruk dan masih saja meneriakki nama Kanit

$$$

Kanit baru tiba dari membeli sarapan dan masuk ke dalam ruang rawat Alex saat dirinya melihat tangan Alex bergerak dan kelopak mata pria itu bergerak, serta suara erangan dari mulut Alex.

Kanit langsung meletakkan barangnya diatas nakas samping tempat tidur Alex. " Alex kau sudah sadar? Alex kau bisa mendengarku?" ucap Kanit disamping tempat tidur Alex.

Perlahan - lahan Alex membuka matanya. " Syukurlah." ucap Kanit lega. " Ini aku Alex..Alex?"

Mata Alex sudah sedikit terbuka dan tangannya tiba  - tiba terulur untuk meraih pipi Kanit. Kanit menggenggam tangan Alex dan membawanya ke pipi halusnya, ia mendengar Alex memanggilnya, "K-aa-niiitt"

" Iya Alex ini aku.." ucap Kanit menahan airmatanya. Akhirnya kau sadar juga Alex. Kami membutuhkanmu. Aku dan Bayi kita, sangat membutuhkanmu..

$$$

Baby Wedding [TAMAT]Where stories live. Discover now