Chapter 7

128K 8.2K 91
                                    

RULLY sedang sibuk mengukur sebuah meja kerja dengan alat ukur saat istrinya menghampiri dia dengan ponsel menempel di telinga kirinya. "Pah... ini kok si Alvan gak bisa ditelfon, sih?" tanya Adri, alias istrinya dengan gusar.

Rully menghentikan pekerjaannya mengukur ukuran meja demi menatap sang istri yang masih sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi anak sulung mereka, Alvan. "Kenapa emang, Ma?" tanya Rully tenang, sama sekali tidak terpengaruh dengan kegusaran Adri sama sekali.

Adri menggigit bibir bawahnya. "Ini, bentar lagi kan waktunya Mou main di Smaland abis. Mama mau nyuruh Alvan jemput Mou," jawab Adri sambil masih berusaha menghubungi anak sulungnya.

Rully nampak berpikir sejenak, mengingat-ingat kemana terakhir kali Alvan pamit padanya tadi. "Oh Ma, tadi Alvan katanya mau liat-liat displayroom apartemen. Katanya kali aja ada desain bagus buat ngere-design kamar dia yang di apartemen."

Adri merengut. "Ih tuh anak, kurang apalagi coba kamarnya yang di apartemen kan udah di design sesuai kemauan dia! Di sebelah mana emang Pah?" tanya Adri bersungut-sungut.

Rully memutar pandangannya ke sekeliling dan kebetulan matanya langsung menangkap sosok Alvan yang sedang mencoba sebuah sofa berwarna merah marun tidak jauh dari tempatnya dan Adri berada. "Tuh Ma, anaknya lagi nyobain sofa udah kayak ibu-ibu mau beli perabotan aja," ucap Rully meledek anaknya sendiri. Memang sih, ngapain juga Alvan nyobain sofa seolah dia mau membelinya saja.

Adri mengikuti arah pandang suaminya dan berdecak saat menemukan anak sulungnya itu sedang bergoyang-goyang di atas sofa seolah mengetes seberapa empuknya sofa tersebut. Benar-benar kurang kerjaan Alvan itu. Kadang Adri mikir sendiri darimana Alvan menuruni sifat kurang kerjaan dan tidak jelasnya itu. Sepertinya kalau dari Rully tidak mungkin deh, mengingat seberapa seriusnya seorang Rully saat belum berpacaran dengan Adri. Ini sih tujuh puluh persen kemungkinannya menurun dari Adri.

"Yaudah Pa, Mama mau nyamperin si Alvan dulu, ya!" ucap Adri sambil meninggalkan suaminya dan berjalan ke arah anak sulungnya yang masih asyik mengguncang-guncang sofa. Ini antara kurang kerjaan dan norak beda tipis.

Rully sendiri hanya bisa menggeleng sambil dalam hati berdoa semoga Alvan dilindungi Allah SWT dari ocehan dan omelan Adri sebelum akhirnya Rully kembali berkutat untuk mengukur ukuran meja dan menyamakannya dengan ruangan kerja di rumahnya.

Oiya, jadi Rully sekeluarga ini sedang berada di IKEA Alam Sutera dalam rangka Rully yang ingin mendekorasi ulang ruang kerja di rumahnya. Karena kebetulan hari ini hari Sabtu, baik Rully, Alvan dan Maura sama-sama libur maka Rully sengaja mengajak istri beserta anak-anaknya untuk ikut, sekalian jalan-jalan keluarga di hari weekend.

Memang meskipun Rully ini sibuk sekali di kantor dengan jabatannya sebagai direktur utama merangkap juga sebagai owner PT. Royal Cendana tidak membuat Rully kehilangan waktu bersama keluarganya. Sebisa mungkin seminggu sekali Rully akan mengajak istri dan anak-anaknya untuk pergi, entah itu belanja, ke tempat wisata atau hanya sekedar makan di luar. Dan maka itu, di sinilah mereka sekarang.

Maura, anak bungsu Adri dan Rully yang baru duduk di kelas dua SD saat mereka semua baru sampai di IKEA langsung merengek ingin main di Smaland, semacam tempat bermain atau penitipan khusus untuk anak-anak yang disediakan IKEA dan setiap anak mendapatkan jatah waktu satu jam untuk bermain di sana. Dan sebentar lagi waktu Maura akan segera habis, maka Adri akan memerintahkan Alvan untuk menjemput adiknya itu.

"Van!" panggil Adri saat dia sudah cukup dekat dengan posisi Alvan.

Alvan refleks menoleh saat mendengar suara ibunya memanggil. "Kenapa, Ma?" tanya Alvan sambil bangkit dari sofa menghampiri ibunya tersebut. Firasat Alvan sih ibunya itu mau mulai mengoceh, entah apa yang sudah Alvan lakukan sampai-sampai ibunya itu menghampriinya.

SomeWhere stories live. Discover now