Chapter 17

102K 5.6K 221
                                    

ACARA SMA Bakti Siswa Cup yang akan diadakan kali ini mengusung tema Youth on the Move. Lomba yang diadakan juga tidak hanya dari segi olahraga tapi juga seni dan bahasa sampai sains. Tahun ini direncanakan akan menjadi acara cup SMA Bakti Siswa yang terbesar karena penutupannya akan bertepatan dengan hari ulang tahun sekolah. Para OSIS bahkan sampai membuka open recruitment volunteer bagi siswa yang bukan OSIS untuk menjadi panitia acara karena memang OSIS kekurangan tenaga.

Acara Cup ini akan berlangsung selama enam hari, dimulai dari hari Senin dan penutupan di hari Sabtu. Acara penutupan akan disambung dengan acara pensi dan bazar pada malam harinya. Semua siswa tampak sangat bersemangat menyambut acara ini. Tentu saja karena itu berarti tidak ada pelajaran berlangsung selama seminggu! Acara ini juga merupakan waktu bagi anak-anak kelas dua belas untuk bersenang-senang sebelum nantinya akan disibukkan dengan segala macam persiapan ujian.

Tara menatap formulir pendaftaran lomba cerpen yang tertempel di mading. Tara tertarik untuk mengikuti acara lomba cerpen, tapi Tara ragu apakah karyanya nanti akan layak diikutkan atau tidak. Pasalnya selama ini Tara hanya suka membuat cerita untuk dirinya sendiri. Belum pernah Tara memposting karya tulis buatannya di manapun termasuk sosial media. Maka Tara khawatir kalau tulisannya tidak layak dibaca orang lain, apalagi untuk diikutkan dalam acara lomba.

Pikiran Tara yang semula terfokus pada formulir tersebut buyar ketika hidungnya menangkap aroma khas seseorang bercampur cologne yang belakangan ini membayanginya. Yang diam-diam juga menjadi aroma yang Tara rindukan.

Iya, ini aromanya Alvan.

"Serius amat, Ra, lo mau ikutan lomba cerpen, ya?" tanya Alvan yang entah sudah sejak kapan berdiri di belakang Tara, ikut melirik ke kertas formulir yang sejak tadi dipandangi Tara dengan cara melongokan kepalanya lewat bahu Tara.

Tara terperanjat, tidak siap dengan jarak Alvan yang terlalu dekat dengannya.Karena kaget, Tara justru oleng ke belakang dan menubruk tubuh bagian depan Alvan membuat Alvan dengan sigap memegangi bahunya.

"Ih, Van! Jangan ngagetin gitu, dong!" seru Tara ketus sambil menegakkan tubuh membuat pegangan Alvan terlepas. Kali ini Tara bersikap ketus bukan karena sedang dalam keadaan badmood melainkan karena salah tingkah.

Alvan tertawa melihat tingkah Tara, namun sepertinya Alvan tidak terlalu peka untuk memahami bahwa Tara bertingkah seperti itu karena salting. Ya, namanya juga cowok.

"Hehehe, sori, abis lo serius amat sih ampe gak sadar daritadi gue panggil," kata Alvan sambil memamerkan senyumannya yang selalu berhasil membuat kaum hawa diabetes seketika. Manis banget!

Kuatkan Tara, Tuhan.

"Emang lo ngapain manggil-manggil gue?" tanya Tara untuk mengalihkan perhatiannya dari senyuman Alvan barusan.

Oke, sekarang gantian Alvan yang salah tingkah. Alvan menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Eh itu, Bu Siti yang jual minuman di kantin sekarang dagang gado-gado lho, Ra," kata Alvan.

Tara menatap Alvan bingung. "Terus?"

Alvan menggaruk sekali lagi kepalanya, matanya berputar mencoba mencari alasan. Ah, bodo amat dah, ngapain juga ngeles orang gue emang mau modus beneran kok. "Terus gue mau ngajak lo makan gado-gado di kantin, mau gak?" tanya Alvan terus terang.

Alvan tidak mau jadi cowok pengecut. Dia akan menunjukkan pada Tara kalau dia memang menyukainya.

Tara lantas tersenyum. "Yah, sayangnya gue gak suka gado-gado, Van," kata Tara membuat seketika wajah Alvan yang cerah berubah sendu.

Tapi Alvan tidak habis akal. Kan ada istilah 'tidak ada rotan akarpun jadi'. Kalau plan A gagal masih ada plan B sampai Z yang tersedia.

"Yaudah lo sukanya apa dong? Ayok deh yang penting makan sama gue!"

SomeWhere stories live. Discover now