Dua : Sekelebat Ingatan

4.5K 213 3
                                    

Waktu itu, aku masih duduk di bangku kelas 10. aku sedang berangkat ke sekolah. Jarak yang di tempuh dari rumah ke sekolah tadi begitu jauh. Sekolahku berbeda dengan Bang Rendi. Bang Rendi sekolah di SMA unggulan yang sebagian besar muridnya pandai semua. Sedangkan aku hanya bersekolah di SMA negeri biasa.

Sinar mentari yang begitu cerah menemaniku di sepanjang jalan. Biasanya aku tidak pernah mau berangkat ke sekolah bersama. Tapi sejak pagi itu aku selalu berangkat ke sekolah bersama bang Rendi.

"Lo kenapa sih nggak mau gue anterin?" Tanya bang Rendi penasaran.

"Teman-teman gue nggak ada yang tahu gue punya kakak" jawab ku asal-asalan.

"Yah, punya abang ganteng gini nggak diakuin" celetuk bang Rendi.

Aku tertawa mendengar lelucon sederhana bang Rendi. Aku yakin suatu saat aku pasti akan merindukanya.

"Teman sekelas lo masih sering maksa minta contekan ke lo?" Tanya bang Rendi mengalihkan pembicaraan.

"Masih. Apalagi yang namanya Mila. Nggak cuman minta di contekin tapi apa-apa tinggal merintah. Orangnya bossy gitu deh" cerocosku panjang lebar.

"Hahaha, lo itu dipancing dikit pasti langsung cerita macem-macem" kata Bang Rendi.

Iya juga sih. Tapi aku cuma cerita ke bang Rendi. Rasanya nyaman banget curhat sama dia. Masalah sekecil apapun pasti aku ceritakan ke bang Rendi.

Ketika sudah sampai disekolah, aku langsung turun dari motor Ninja berwarna merah milik Bang Rendi.

"Duluan ya bang!" Kataku sambil berjalan masuk.

***

Sesampainya dikelas, aku mencari topi yang akan di gunakan untuk upacara. Tetapi entah mengapa topi itu tidak ada di dalam tas. Aku kebingungan mencari topi itu.

"Heh! Upik abu! mana topi lo?" Tanya Mila.

"Hah?" Tanyaku bingung.

"Ck! Si Mila itu nggak bawa topi, jadi topi lo buat dia! Bego banget sih"

"Tapi gue juga nggak bawa. Tadi malam udah gue masukkin, tapi sekarang nggak a-" kataku yang langsung berhenti karena Mila mulai menjambak rambutku.

"Alasan aja lo! Lo nggak tahu gue siapa huh?" Tantang Mila.

"Eh itu siapa? Kok ganteng banget"

"Nggak tahu, kayanya bukan anak sini deh"

"Iya seragamnya aja beda"

"Apa mungkin murid pindahan ya?"

Suara lirih itu terdengar olehku dan Mila. Kami berdua langsung menoleh ke arah pandangan anak-anak yang lain. Mata ku menatap seseorang cowok berbadan tegap dan berwajah tampan. Siapa lagi kalo bukan abang tercintaa??

"Oh! Thanks God! Bang Rendi malaikat penyelamat! Nggak kaya si Mila! keturunan iblis" batinku.

Seketika itu juga Mila melepaskan jambakkannya di rambutku. Aku menatap bang Rendi bingung.

"Eh tapi kok bang Rendi disini?" batinku lagi.

"Hai! Lo anak SMABinMar ya? Kok kesini ngapain nyariin gue ya?" Tanya Mila dengan percaya diri.

Bang Rendi hanya tersenyum miring.

"Jadi ini yang namanya Mila? Cantik sih" kata bang Rendi.

Maksudnya apa coba bang?? Adek nggak kuat!

Aku dapat melihat wajah Mila yang memerah karena pujian bang Rendi.

"Iya, gue Mila. Lo siapa?" Tanya Mila dengan lembut. Sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya.

"Tadi lo ngapain jambak rambutnya Rena?"

"Eh? Huh?" Tanya Mila kebingungan.

bang Rendi menarik tubuh mila ke dinding dan menghimpitnya denga kedua tangan bang Rendi.

"Nggak usah pura-pura nggak tahu, gue lihat sendiri kok"

Ekspresi wajah Mila langsung berubah ketakutan. Mila yang tadi nya nyerocos terus kini langsung kiceup seketika.

Aku langsung melerai bang Rendi. Agar tidak tambah ribut. Masih pagi juga, udah cari gara-gara.

"Udah, lo ngapain sih kesini? Udah sana kesekolah, nanti telat lagi" bujukku kepada bang Rendi.

Bang Rendi pun melepaskan Mila. Aku dapat melihat Mila yang menarik napasnya lega.

Bang Rendi tersenyum lembut kepada Mila.

"Gue bercanda kok, nggak usah ketakutan gitu. Tapi kalo gue tahu lo macem macem sama Rena, yang tadi itu bakal terjadi lagi dan bukan bercanda." Kata bang Rendi sambil menatap tajam ke arah Mila dan menepuk bahu Mila.

Aku segera menarik lengan bang Rendi. Tiba-tiba bang Rendi memindahkan tanganku yang tadinya di lengan sekarang berada di genggamanya. Hal itu langsung membuat cewe-cewek yang melihatnya berteriak histeris.

"Apaan sih bang!" Kataku lalu melepas genggamanya.

"Gue suka lihat cewek cewek teriak histeris kaya gitu" jawab bang Rendi.

Aku mendengus kesal mendengar jawabanya.

"Lo ngapain disini?"

"Nih topi lo, tadi gue lihat ada topi jatuh. Pas gue lihat namanya Rena. Punya lo kan?"

"Ha-ha-ha" aku tertawa hambar.

"Lo kenapa?" Tanya bang Rendi heran.

"Nggak. Lo masih aja jadi malaikat penolong gue ya bang" jawabku.

Tiba-tiba bang Rendi memelukku.

Sambil berkata "gue bakal selalu jadi malaikat penolong lo. Tapi gue nggak tahu sampai kapan"

"Lo kenapa jadi melow gini sih bang?" Tanya ku sambil mencubit perut bang Rendi.

"Awww! Sakit tau" kata bang Rendi yang langsung melepaskan pelukannya.

Setelah itu, bang Rendi pergi menuju ke sekolahnya. Aku pun kembali kekelas dan mengikuti upacara.

****

My Best BrotherOn viuen les histories. Descobreix ara