Tiga Belas : Merindukan Dia

2.2K 112 1
                                    

Hari ini Rendi sudah di pindahkan ke kamar sudah tidak lagi di ruang ICU. Hari ini juga Rena sudah berada di rumah sakit setelah kemarin Aldi memberitahunya. Awalnya Rena ingin langsung pergi ke rumah sakit, tapi Aldi melarangnya karena sudah malam. Lebih baik dia istirahat dirumah.

Kedua orang tua Rendi juga perlahan mulai terbiasa dengan kondisi saat ini. Kondisi di mana anaknya itu berada dalam bahaya.

Rendi sadarkan diri. Ia melihat semua orang yang ia sayangi berkumpul. Mama, Papa, Rena, Richard dan Aldi. Minus Alma tentunya.

Rendi tersenyum. Seperti senyum yang di paksakan. Senyum dari bibirnya yang pucat pasi itu malah membuat orang-orang yang berada di sana menatapnya kasihan.

Mama Rendi langsung menyambut Rendi ketika ia sudah sadar.

"Kalian ada disini semua?" Tanya Rendi.

"Kita semua ada disini buat lo Ren, cepet sembuh ya" kata Richard.

"Thanks, Chard"

Aldi yang mungkin merasa canggung, hendak meninggalkan ruangan tersebut. Rendi pun buru-buru mencegahnya.

"Aldi, Makasih" kata Rendi.

Aldi hanya diam. Ia masih di ruangan tersebut. Tidak jadi meninggalkannya.

"Ma, Pa, aku mau ngomong sama Aldi berdua,"

Mereka semua pun keluar dari kamar itu. Kini hanya tinggal tersisa Aldi dan Rendi.

"Di,"

"Gue udah tahu Ren,"

Rendi bingung mendengar jawaban Aldi. terlalu ambigu. Apa coba maksudnya.

"Dulu, gue sayang banget sama Alma. Sekarang pun masih. Padahal udah hampir 2 tahun nggak ketemu. Di, makasih buat semuanya. Gue tahu gue bukan orang yang pantas buat bilang maaf dan makasih. Terlalu banyak kesalahan di masa lalu yang udah gue lakuin,"

Aldi, cowok yang terkenal playboy di sekolahnya, cowok cool yang keren abis, sekarang tidak bisa menahan rasa sedihnya. Matanya memerah, ada selaput bening yang melapisinya. Sekuat tenaga Aldi berusaha menahan tangisnya.

"Ren, kenapa sih? Kita udah hampir 2 tahun nggak ketemu, dan disaat lo muncul lagi di hidup gue, lo udah sekarat kayak gini?" Kata Aldi lumayan membentak Rendi. Dia marah. Sangat marah dengan apa yang terjadi.

"Di, gue, minta, gue mohon, ini permintaan terakhir gue ke lo"

"Apa?"

"Gue pengen ketemu Alma, Di. Gue kangen sama dia, bisa?"

"Enggak. Gue nggak mau Alma sedih gara-gara lihat keadaan lo sekarang."

Rendi tersenyum kaku.
"Segitu menyedihkanya ya gue?"

"Nanti gue usahain" jawab Aldi dengan berat hati ia merubah pikirannya.

"Tapi jangan kasih tahu dia kalo gue sakit" pinta Rendi lagi.

"Nggak bakal" jawab Aldi.

Karena memang itu yang dia inginkan saat ini. Bertemu Alma. Dan mejelaskan semuanya. Rendi tidak peduli jika Alma sudah punya pacar atau dia sudah tidak peduli lagi dengannya. Yang Rendi mau dia bertemu dengan Alma.

Aldi keluar dari kamar Rendi dirawat. Tatapanya kosong. Ia hanya terus berpikir, bagaimana cara dia bisa bertemu dengan Alma yang selama ini tidak mau bertemu dengannya. Bahlan ia menhiraukan panggilan Rena.

Aldi duduk di sebuah bangku yang ada di lobi rumah sakit. Ia berpikir keras bagaimana cara untuk mengabulkan permintaan Rendi.

Lapisan bening yang sedari tadi ia tahan kini sudah mulai pecah. Aldi menangis. Dia seorang cowok, manusia yang seberapa brengseknya dia tetap punya perasaan.

Rena menghampiri Aldi. Ia duduk di sampingnya. Kini ganti Aldi yang menangis di pelukan Rena.

Tidak ada yang bisa menyembunyikan perasaan sedihnya ketika melihat seseorang yang kita sayang tiba-tiba jatuh sakit.

Untunglah lobi rumah sakit sedang sepi, hanya ada beberapa orang yang lewat.

***

"Almaaa, jangan hujan-hujanan, nanti lo sakit" pinta Rendi.

"Kak Rendi cemen ah, masa sama air hujan aja takut" balas Alma.

Waktu itu, sedang hujan deras. Rendi dan Alma sedang pulang sekolah. Aldi sedang mengikuti latihan basket, karena minggudepan akan ada pertandingan. Aldi tidak bisa mengantar Alma pulang, dan akhirnya ia meminta bantuan Rendi.

Mungkin inilah awal mereka saling jatuh cinta. Rendi baik. Rendi pengertian. Rendi ganteng. Bisa buat Alma nyaman. Mungkin itu beberapa penilaian Alma tentang Rendi. Sedangkan Alma di mata Rendi itu cewek yang manis, dan ngangenin.

Awalnya Rendi yang terlebih dulu memiliki perasaan kepada Alma. Ia sempat curhat ke Aldi,dan Aldi pun menentangnya.

"Bagaimana kalau nanti mereka pacaran lalu putus? Apakah pertemanan Aldi dan Rendi juga akan putus?" Pemikiran Aldi saat itu.

Tapi ketika melihat Alma juga jatuh cinta kepada Rendi, dia tidak bisa melarangnya. Mereka pun jadian. Kurang lebih satu tahun mereka pacaran, mereka putus.

Dan benar pemikiran Aldi. Pertemanan antara keduanya juga ikut putus. Mungkin jika masalahnya tidak serumit itu semuanya akan baik-baik saja. Mungkin jika mereka berdua putus dengan cara baik-baik pertemanan mereka akan bertahan lebih lama lagi.

*****

Wanita memang berbahaya. Persahabatan antara dua pria bisa saja hancur karena seorang wanita. Entah itu karena saling memperebutkan hatinya, atau sama-sama menyayanginya.

MY BEST BROTHER

PART 13

My Best BrotherWo Geschichten leben. Entdecke jetzt