Sebelas : Penjelasan

2.2K 133 2
                                    

Rena menunggu bersama Aldi di ruang tamu rumah yang sangat besar tapi kosong ini. Sudah sejak satu jam yang lalu mereka berdua menunggu kedatangan Richard. Salah mereka memang, datang ketika masih jam sekolah.

Satu jam berlalu, dua jam berlalu dan kini Aldi mulai lelah menunggu. Sudah berulang kali ia mengajak Rena untuk pulang, namun berulang kali juga Rena menolaknya.

Berkali-kali Aldi bertanya apa yang akan Rena bicarakan dengan Richard hingga ia rela menunggu Richard sampai berjam jam. Tapi Rena hanya diam.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.15 waktunya anak sekolah pulang. Benar saja limabelas menit kemudian Richard sudah datang.

Richard sedikit terkejut dengan keberadaan Aldi dan Rena di rumahnya. Rena menatap Richard dengan berkaca-kaca. Ia memukulkan Amplop rumah sakit tadi ke dada bidang Richard. Sekuat tenaga Rena menahan air matanya agar tidak jatuh, tapi ia gagal. Air matanya kembali menetes. Tangisnya kembali pecah bahkan semakin menjadi.

"Lo tahu kan? Kalo abang gue sakit?"

Richard diam. Aldi bingung.

"Sakit? Rendi sakit apa?" Batin Aldi.

"Jawab bang!!" Teriak Rena.

Richard langsung menarik Rena kedalam kamarnya. Ia tidak mau apa yang ia bicarakan terdengar oleh orang lain, termasuk Aldi.

"Gue, bakal jelasin semuanya. Tapi gue mohon, tetap berpura-pura kalo lo nggak tahu apa-apa" kata Richard setelah di dalam kamarnya.

Rena mengangguk, mengiyakan perintah Richard.

"Waktu kita kelas 3 SMP, lo masih di Australi kan? Kata Rendi lo ikut nenek lo disana? Rendi sering sakit kepala. Bahkan dia sempat pingsan pas olahraga di sekolah. Guru udah nyuruh dia buat pergi kedokter. Tapi dia selalu nolak. Ternyata alasan dia menolak pergi ke dokter itu orang tua lo. Mereka terlalu sibuk. Nggak punya waktu buat merhatiin anaknya apalagi nganter ke dokter.

Akhirnya gue yang nganter dia kerumah sakit buat periksa. Setelah tiga hari hasilnya udah keluar. Awalnya cuma tumor. Mungkin kalau waktu itu di operasi Rendi bisa sembuh. Tapi dia nolak lagi. Abang yang lo banggain itu, orang paling bodoh yang gue kenal, asal lo tahu. Dia nolak karena masalah biaya. Padahal gue udah bilang kalau gue bakal biayain seratus persen buat pengobatan dia.

Pas lulus SMP, keadaannya makin parah. Yang tadinya tumor, sekarang dia divonis kanker. Waktu itu, dia berusaha ngebuat orang yang sayang sama dia pergi. Pacar, sahabat, cuma gue yang bertahan ada disamping dia. Kalo orang tua, mungkin karena dari awal dia udah ngerasa kalo nggak punya orang tua kali ya" kata Richard sambil tersenyum miris mengingat kejadian 3 tahun yang lalu itu.

"Pacar? Bang Rendi punya pacar?"

"Iya, namanya Alma"

"Alma? Siapa?"

"Alma itu adiknya Aldi. Rendi sayang banget sama dia. Dan gitu juga sebaliknya. Tapi lagi-lagi Rendi ngelakuin hal bodoh. Dia ngebuat semua orang menjauh darinya. Waktu itu Rendi nyuruh adik kelas yang suka sama dia buat pura-pura jadi selingkuhanya. tapi dia gagal. Alma nggak percaya sama semua itu. Yang dia tahu Rendi itu sayang banget sama dia.

Tapi, Aldi nggak terima lihat adiknya di mainin sama Rendi. Aldi nyuruh beberapa preman buat ngeroyok Rendi. Akhirnya Rendi di rawat di rumah sakit selama seminggu.

Alma marah sama Aldi dan merasa bersalah sama Rendi. Dia mutusin buat nggak ketemu Aldi. Katanya kalo dia ketemu Aldi dia bakal ingat wajah babak belurnya Rendi."

"sekarang Alma dimana?"

"Dia di Amerika. Dia sekolah disana. Dan sejak saat itu, Aldi belum pernah sekalipun ngomong sama Alma. Dan itu yang buat dia makin benci sama Rendi."

"Waktu itu lo juga kenal sama Aldi?"

"Gue sahabatan bertiga, sama Rendi juga Aldi. Tapi dia juga benci sama gue karena gue lebih memihak ke Rendi. Sejak saat itu dia berubah. Dia juga suka mainin perasaan cewek. Semacam balas dendam gitu. Udah jelas kan?"

Rena hanya mengangguk lemas.

****

Aldi yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka kini telah pergi meninggalkan rumah itu. Aldi sangat terkejut mendengar penjelasan Richard tadi.

Entah apa yang saat ini ia rasakan. Marah, sedih, syok, perihatin, semuanya bercampur menjadi satu. Ia marah karena menyesal tidak mendengarkan penjelasan Rendi dulu. Ia sedih mengetahui jika temanya kini sedang sekarat. Ia syok mendengar berita itu yang terlalu tiba-tiba. Ia juga perihatin atas apa yang menimpa temanya kini. Bagaimanapun Rendi akan tetap selalu menjadi teman Aldi.

Ia juga teringat akan Adiknya, Alma. Yang mungkin seumuran dengan Rena. Andai waktu itu ia tidak gegabah untuk menyerang Rendi, semuanya tidak akan seburuk ini.

sahabatnya yang sekarat, dan adiknya yang pergi.

****

Jika sudah terjadi pasti kita hanya bisa berandai. 'Andai saja waktu itu...' yah selalu saja begitu.

-MY BEST BROTHER
PART 11

My Best BrotherWo Geschichten leben. Entdecke jetzt