Tiga : Who is he?

3.2K 171 5
                                    

Setelah upacara selesai, aku segera menuju ke ruang kelasku. Sebelumnya, aku pergi ke toilet terlebih dahulu.

Di dalam toilet aku dapat mendengar beberapa cewek si tukang gosip sedang asyik bercerita. Mungkin mereka sedang berkaca di wastafel di luar bilik toilet.

"Eh, tadi itu lo lihat nggak? Anak SMAbinmar yang datang ke sini?" Tanya salah satunya.

"Nggak kenapa emang?" Tanya yang lain dengan santai.

"Dia itu ganteng banget!"

"Iya! Tapi nih ya, dia itu genggaman tangan sama si Rena"

"Rena? Anak kelas X-3?"

"Iya, si lugu babu nya Mila"

Eh, bentar? Itu lagi ngomongin gue? Kurang ajar banget. Babu? Apaan!

Aku mengepalkan tanganku sangat keras. Hingga buku jemariku memutih. Mereka tidak tahu bahwa bahan pembicaraannya ada di salah satu bilik toilet.

Aku pun memutuskan untuk keluar dari bilik toilet itu. Ternyata tukang gosip itu ada tiga orang. Mereka semua langsung menganga lebar ketika melihatku.
Aku segera meninggalkan mereka dan langsung pergi ke kelas. Aku duduk di samping Hilda.

"Tadi siapa sih? Pacar lo ya?" Tanya Hilda penasaran.

"Nggak, bukan kok" jawabku.

"Ngaku aja kali. Nggak usah malu kalo sama gue" kata Hilda mencoba membujukku.

"Nama nya siapa?" Tanyanya.

"...." aku hanya diam.

"Umur berapa?"

"17"

"Kelas XI ya?"

"Hmm"

"Kok lo bisa kenal dia? Gue denger dia anak SMABinMar ya? Itu SMA nya banyak cogan jeniusnya kan?"

Aku melihat ada Mila duduk dibelakang Hilda. Aku pun mencoba untuk mengerjainya dengan memamerkan bang Rendi.

"Iya, Lo bener banget! Badboy nya SMA dia itu tetep aja menangin medali emas di olimpiade nasional. Ada nih ya namanya Ricki, dia itu atlet basket, ganteng, kalo sama cewek tuh lembut banget, baik, tajir, pemenang medali perak di olimpiade Internasional. Idaman banget kan?" Kataku dengan suara yang agak ku keraskan agar sampai di telinga Mila.

Benar saja, Mila langsung menggebrak mejanya.

"Eh lo! Nggak usah pamer deh! Mentang-mentang punya pacar ganteng aja!" Mila kalap sendiri.

Dia abang gue kali! Nggak usah sok tau deh.

"Mana handphone lo?" Tanyanya.

Kedua anak buah Mila langsung menggeledah isi tasku dan mencari handphone ku.

"Gue mau minta nomor hp-nya pacar lo sekaligus temennya" kata
"Lo mau ngapain?" Tanya salah satu kacungnya si Mila.

"lo mau ngegebet mereka?" Tanya yang lain.

"Whoopps! Murahan banget lo! Masa cewek yang ngejar" kataku. Aku tahu di depan pintu sudah ada bu Rika sehingga aku berani mengatainya.

Ketika Mila hendak menjambak rambutku lagi, Bu Rika masuk kedalam kelas. Mila dan geng nya langsung bergegas menuju ke tempat duduk masing-masing.

Yes! Gue selamat lagi!

****

Jam istirahat selalu aku gunakan untuk pergi ke taman belakang. Aku tidak pernah pergi ke kantin. Jika aku kesana, Mila pasti akan memperbudakku.

Aku duduk dibawah pohon yang sangat besar. Mendengarkan musik sambil memejamkan mata. Tiba-tiba aku dapat merasakan ada deru nafas di dekatku. Aroma rokok terciun jelas. Aku langsung membukakan mata ku. Aku melihat seorang cowok yang sedang duduk di sampingku.

Dia siapa?

Aku mencoba untuk melihat badge namanya. Tapi tidak ada di bajunya. Bahkan badge kelas juga tidak ada.

'Berandal' pikirku.

"Eh? Kok... lo.. nge.. ngerokok di sekolah?" Tanyaku gugup.

"Lo, anak kelas berapa?"

Aku hanya diam. Aku segera membereskan barang-barangku dan pergi meninggalkan taman itu.

Sesampainya di kelas Hilda mentapku bingung.

"Lo kenapa?"

"Tadi di taman, gue ketemu sama cowok, nggak tahu siapa. Trus masa iya dia ngerokok di sekolah? Bukannya nggak boleh ya?"

"Siapa?"

"Gue nggak tahu namanya"

****

Jam pelajaran terasa sangat lambat. Aku ingin segera pulang dan menceritakan semua kejadian hari ini kepada Bang Rendi.

Teett... teeettt

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku segera keluar dari kelas bersama Hilda.

Aku melihat cowok yang tadi bersamaku di taman sedang berbicara kepada seseorang. Aku memperhatikannya dari kejauhan. Ternyata lawan bicaranya itu Bang Ricki. Temannya Bang Rendi.

Apa yang mereka bicarakan sepertinya serius.

"Eh, Hilda! Itu tuh yang tadi ngerokok di taman belakang"

"Oh, itu? Itu namanya Aldi, kelas XI-IPS-2. Orangnya emang berandal gitu. Terkenal gara gara ulahnya yang sering keluar masuk ruang BK"

Aku mencoba untuk mendekat dan mendengar percakapan mereka. Karena lokasinya yang berada di depan gerbang, anak-anak lain terpaksa berhenti. Mereka takut untuk melewati Aldi dan memilih untuk menonton. 'Menarik' pikir mereka.

"Udah lama nggak ketemu ya? Teman lama" kata Bang Ricki sambil menepuk bahu Aldi.

"Nggak usah sok akrab sama gue" kata Aldi yang langsung menepis tangan Bang Ricki.

"Bukanya gitu ya?" Kata bang Ricki sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kalo ngajakin ribut jangan di sini deh" balas Aldi dengan menatap tajam ke arah Bang Ricki.

"Santai aja, gue nggak ngajakin ribut kok. Gue cuman ada urusan bentar disini" kata Bang Ricki sambil menunjukku dengan dagunya.

"HAHH?? KOK GUE SIH?" Teriakku dalam hati.

Reflek aku menunjuk diri ku sendiri. Bang Ricki mengangguk dan memberiku isyarat agar mendekat.

Ketika aku melewati Aldi, tiba-tiba ia menarik tanganku.

"Lo, kenal sama dia?"

****

My Best BrotherWhere stories live. Discover now