dont

991 156 11
                                    


[ maaf kalo ada typo atau ketidak jelasan seperti kepastian doi. narasi ini gak gue baca ulang dan tanpa editing. ]

Bulan berlalu, hari ini adalah h-3 perpisahan kelas 12; Ashton. Jadi sesuai rapat, Adinda harus datang hari ini untuk menyiapkan 'stuff' yang belum diselesaikan minggu kemarin. Tapi entah karena nasib atau apa, hari ini aku harus ikut terseret untuk melibatkan diri menyiapkan dekorasi; padahal aku bukan osis.

Karena siapa? Adinda. Adinda ngancem gue macem-macem kalo gue gak mau ikut ngebantu dia dekor.

"Nomi. Buruan dih, telat nih gua.", Adinda ngomel-ngomel diambang pintu rumah.
"Yauda pergi ae sono. Sapa juga yang mau ngikut.", aku duduk disofa sambil mengambil remote TV.

"Yaudah kalo gitu, gue ceritain ke Calum ya.", Adinda tersenyum miring. Aku menatapnya tajam.
"Jangan dong, din.",
"Da.", tambahnya seperti biasa.
"Yaudah gue ikut.", aku beranjak sambil mengambil hoodieku.

-skip-

"Ya, jadi ini dipasang diatas pintu masuk sana. Yang ini didinding panggung. Kalo yang balon-balon ini kayaknya lucuan di deket pintu masuk gitu biar pas masuk siswa bisa ngambil satu, sistem kita gak tukeran bunga kan? Tapi tukeran balon?", cerocos Luke yang bisa aku dengar dari ujung aula. Tiba-tiba perutku melilit.

Aku belum siap bertatap muka dengan Luke, apalagi Calum.

"Din.", panggilku.
"Da.", jawabnya.
"Gue ketoilet bentar ya, pengen pipis.", aku meringis.
"Luke semenakutkan itu ya? Sampe lo pengen pipis?", Adinda menatapku lucu.

Tai

"Bawel lu anjeng. Udah pernah ngerasain dicium sendal belum? Udah sono duluan aja.", aku berlari kearah toilet. Adinda tertawa lalu jalan meninggalkanku. Aku berlindung dibalik dinding toilet.
"Mampus, gue harus balik. Tapi naik apa.", bisikku panik sambil bolak balik.
"AH ANJENG DAH. GUE GAK MAU KETEMU MEREKA.", bisikku sedikit lebih kencang.

"Naomi?", sialan.

"Lo ngapain disini? Ada apaan? Lo mau balik kenapa? Mereka siapa?", Clara the explorer.

Nanya mulu kek Dora.

"Gapapa. Gue sakit perut nih hehe. Gue duluan ya.", aku berlalu. Sok asik lu anjeng.

Aku berjalan kearah segerombolan orang, aku melihat Adinda lagi meniupi balon.
"Iya, Da. Yang ini dipajang disebelah sono aja deh.", kali ini suara Luke.
Aku berjalan melewati Luke dan sengaja tak sengaja menyenggol lengan Luke.

"Naomi?", Luke keliatan kaget. Aku tidak menghiraukan Luke.

"Sini mana balonnya, gua niup 5 balon ya. Abis itu gua balik, naik taxi.", aku merampas balon biru yang ada dihadapan Adinda.
"Jangan pake taxi anjir, sekarang lagi jaman fake taxi.", Adinda mengernyit jijik.

Fake taxi apaan lagi anjeng. Perasaan taxi dari dulu gak ada yang fake fakean, adanya juga fake friends HEHEHEHEHHEHE.

"Yauda naik gojek.", aku kembali meniupi balonku.
"Jangan, ada yang fake juga sekarang.", tambah Adinda.
"Yauda naik apaan dong gua?!", aku mendengus kesal. Adinda tertawa lepas melihat wajah jengkelku.

Anjing dah punya temen

"Da, tadi paku dimana?", suara itu.
Aku mendongak. Hi, Calum.

"Diatas meja guru. Ambil aja.", Adinda sibuk meniupi balon.
"Ih sebelah mana anjir. Liat barang gue banyak gini, lu bantuin gue kek ambilin tu paku. Anterin gue.", Calum ngomel.

Rasanya pengen ketawa. Dulu dia suka ngomel gitu ke gue, dulu.

Nyesek lagi kan.

"Yauda ke yang laen kek. Gua lagi sibuk, ini termasuk usaha diet, Cal. Lo gak seneng amat sih gue ngelakuin usaha diet?", Adinda garang. Aku tertawa kecil sambil memukul lengannya.

Calum memutar kedua bolamatanya, typical Calum.

"Pada sibuk anjir. Lu liat. Pada asik sendiri. Udah ah bodo, buruan.", ketus Calum.
"Yaudah, Nom. Anterin.", Adinda santai.

"KOK GUA?!",
"KOK NAOMI!?",

....................

Aku dan Calum saling bertatap lalu mendengus malas.
"Bisa gitu ya.", Adinda tertawa lepas.
"Anterin, sebelum...", Adinda menatapku jahil sambil menaik turunkan alisnya.
"Apaan si, jijik. Iya iya!", aku beranjak dari kursi.

Aku jalan didepan Calum. Calum sibuk dengan barang-brang yang ada ditangannya. Pengen gua bantuin, tapi nawarinnya malu. Gak gue bantuin, kasian.

Eh ini ruang guru mana ya? Aku berhenti berjalan.

BRUK!!!!!

Aku meringis sambil memegangi punggungku.
"Lu tuh-! Ngapain sih?!", Calum meringis sambil mengusap kepalanya.
"M-maaf gue gak tau ruang guru yang mana.", aku memunguti barang-barang yang tadi dijatuhkan Calum. Gak sengaja dijatuhkan soalnya dia nubruk punggung gue.
"Makanya jangan sok tau, jangan sok jalan didepan, kalo gak tau gak u- sebelah mana ya?", Calum memicingkan mata.

Anak setan.

"Yauda periksain aja satu-satu ruang gurunya.", ujar Cal sambil menaruh barang-barang disalah satu meja.
"Gue periksa ruang guru ini, lo cari di TU. Ntar gue nyari di ruang BK juga.", ujar Cal. Aku hanya mengangguk.

Aku berlari kecil kearah ruang TU yang tak berpenghuni ini (ih najis bahasa gua). Tiba-tiba gue ngedenger suara kresek kresek. Aku sedikit terkesiap.

"Halo?", aku sedikit kencang.
Tiba-tiba ada kepala muncul.

INI FIX KEPALA SETAN!

"Ngapain lo disini, Luke?", tanyaku.
"Eh elo, gue nyari paku.", jawabnya sumringah.
"Oh.", balasku.
"Naomi, you know I can explain everything. Rasanya aneh hampir setengah taun ini kita gak tegur sapa? Gak kerasa ya? Lama banget.", Luke terkekeh pelan.

Apasi kamu, GGB, ganteng ganteng basi.

"Clara apa kabar? Kalian jadian bulan apa? Um, Desember? Apa September? Lupa gue.", aku tertawa sarkastik.
"Nom, gue gak bermaksud nyakitin elo.", aku sekarang merasa Luke mendekatiku. Tapi aku terus fokus mencari sesuatu yang gak ada.

Gue juga gak tau gue nyari apaan.

"Seriously?", aku membalikkan badan dan Luke udah ada didepan mataku.
"Udah jelas, Luke. Lo nyakitin gue.", aku tertawa lagi.
"Gue gak ngarepin jadian sama lo sebenernya. Cuma atleast just be honest with me. Kalo lo sayang sama gue, tunjukin. Kalo lo gak sayang, lo bisa bilang dan jujur sama gue. Gue gak akan marah.", aku menatap Luke sayu.

Oh tidak. Jangan sekarang.

"Tapi lo? Lo dan semua tipu muslihat dan semua topeng yang lo pake. Gue ketipu. Lo bertingkah kayak lo sayang dan serius sama gue, tapi lo enggak. Dan itu yang nyakitin gue, Luke.", aku menahan airmataku sedangkan otakku memutar memori memori indah dan abu-abu bersama Luke.

"Semua rasa sayang yang lo kasih dan lo ucapin ke gue, semuanya bohong. Iya kan? Gue cuma kayak Icha, gue cuma lo mainin. Itu kenyataannya, Luke.", aku menunduk sambil mengusap airmataku.

Sialan, gue makin keliatan lemah dimata Luke.

Tiba-tiba gue merasakan pelukan hangat dari Luke, Ya Tuhan. Aku merindukan kepalaku didadanya, aku merindukan Luke. Tapi dia seorang bajingan.

Aku meronta sambil mendorong Luke berkali-kali. Aku berjalan keluar ruang TU sambil menundukkan kepala.

Anjir, kapan sih gue berhenti nangis dan galau? Lama-lama ikut casting Drama Hikmah Indosiar nih.

Aku terhenti saat melihat sepatu boots didepanku. Aku mendongak.
Calum menatapku geram sambil menyenggol bahuku. Dia berjalan kearah Luke.

BUG!!!!

••••••••

1069 words ayey. Boompart is coming bitches

O-Zone [ft. Calum Hood]Where stories live. Discover now