senga

965 159 14
                                    


"Yaudah si. B aja.", balasku sambil ngeroll eyes.
"Lu capek ya Cal? Kalo capek, gapapa deh gua aja yang nganter Nomi.", tambah Luke.
"Nope. Anyway, rumah lo belok kiri atau kanan sih? Gue lupa hehe.", Cal datar.

"Kanan.", jawab Luke. Setelah itu seisi mobil hening kecuali radio yang cuap-cuap sendiri.
"Eh, eh, disini. Ini rumah gue.", ujar Luke tiba-tiba. Cal ngerem ngedadak sampe kepalaku kejedot jok depan.
"Ish. Gua balik sama lu aja ah Luke. Mal--", belum selesai aku ngomong tiba-tiba Cal menatapku tajam lewat spion; spion yang didalem mobil itu loh yang ditengah-tengah antara jok supir sama jok sebelah supir.

"Okay. Thank you, Cal.", Luke tersenyum manis dan tulus.
"Naomi dianter lo aja?", tanya Luke setelah dia keluar dari mobil.
"Yo, sama gua. Gua balik ya.", jawab Cal sambil memencet klaksonnya sekali lalu meluncur pergi.

Sekarang posisinya Cal dijok supir dan aku di seat belakang. Cal sesekali melirikku sampai akhirnya dia menepi. Aku menatap Cal bingung.
"Pindah.", Cal masih belum menoleh.
"Gak ah. Disini aja.", jawabku. Cal kali ini menoleh.
"Lo kira gue supir taksi?", Cal menatapku dingin. Aku berdesis sebal.
"Yaudah. Iya.", kataku sambil ogah-ogahan melangkah ke jok sebelah Calum.
"Udah kan? Buruan lah. Pengen buru-buru tidur.", ucapku ketus. Calum masih diam seribu bahasa.

Ini Calum siapa sih? Kok gue udah gak kenal dia yang bawel, yang rusuh. Calum bukan yang pendiem dan cuek gini.

"Gak usah ngelamun dah lu. Tidur kalo ngantuk. Ntar kesurupan di mobil, gua yang repot.", Cal masih fokus mengendarai mobil.
"Ish kalo ngomong. Pake filter coba.", aku menatap Cal tajam.

Hening

"Kita sampe kapan mau kayak gini, nom?", tanya Cal dengan nada santai tapi menusukku tepat dijantung.
Aku masih belum berkutik.
"Semua yang gue omongin bener kan? Si Luke bajingan. Lo masih gak percaya sama gue?", Cal sedikit melembut.
"Iya lo bener.", aku mengakuinya. Cal benar.

Tiba-tiba aku teringat semua kata Cal waktu kita ribut dirumahku.

Waktu dia bilang kalo semua ini salah. Kalo dia sama Jean itu salah. Gue sama Luke itu salah.

"Dan semuanya gue yang salah. Iya kan? Maksud lo itu kan?", entah kata-kata dari mana tapi itu meluncur mulus dari bibirku.
"Maksud lo? Apaan dah?", Cal keliatan kebingungan.
"Nope. Lupain aja.", aku memalingkan wajah kearah luar jendela.
"Lo udah baikan sama Luke. Enak banget tu si banci. Sedangkan gue? Gue masih lo jauhin. Padahal Luke yang paling bajingan disini.", Cal tertawa sarkastik.

"Eh? Apaan sih?", aku mengernyitkan dahi.
"Kenapa sih apa apa disangkutin sama Luke?", tanyaku malas.
"Ya emang kenapa? Lah emang iya kan, Luke mulu yang lo utamain, gue mah apa.", Cal ketawa tanpa ekspresi.
"Cal, lo udah punya Jean, kita harus jaga jarak. Gue gak mau Jean nganggep gua pho lagi.", ujarku tanpa nada dan ekspresi yang pasti.
"Gue gak mau Jean jadi penghalang, nom. Harus gimana sih?", Cal menatapku bingung sekaligus sakit.

Ya harusnya sih putus. Eh.

"Rumah gue belok kesana, Cal.", aku mengalihkan pembicaraan.
"Nomi, gue harus gimana?", tanya Cal lagi.
"Gue gak tau, Cal.", jawabku seadanya.
"Lo mau gue putus?", tanya Cal spontan.

MAU MAU MAU!!!!!

"Enggak.", aku menggeleng pelan.
"Please, Naomi.", Cal melambatkan mobilnya. Dia mengulur waktu.
"Gue gak mau lo harus milih antara gue dan dia. Karena gue bukan pilihan, dan dia udah pasti prioritas lo kan. Gue gak mau jadi pilihan ataupun plan B buat semua orang. There's no other chance.", ujarku.

Wait, what? Gua ngomong apaan.

"Naomi... Lo sahabat gue. Yang lo maksud plan B apaan?", Cal ketawa kecil berusaha mencairkan suasana.
"Ya maksud gue, gue gak mau lo harus milih antara sahabat dan pacar. Gue gak mau ntar lo sedih-sedih ke gue, seneng-seneng sama Jean. Gue dijadiin plan B dan itu malah bakal nyakitin gue.", jelasku.
"Oh gitu. Lo lagi suka sama siapa sekarang?", Cal sepertinya mengalihkan pembicaraan.

JAKA SEMBUNG BAWA GOLOK AH

"Gak tau.", jawabku sambil terkekeh.
"Yaudah kalo lo mau terus diemin gue. Gapapa sih. Kalo lo mau ngediemin gue sampe putus juga gapapa, tapi gue sama Jean kayaknya bakal agak lama putusnya.", jelas Cal.

Lah gitu? Pacaran putusnya bisa diprediksi. Calum Corbuzier.

"Lah. Lucu lo. Pacaran kok direncanain putus enggaknya.", aku tertawa sarkastik.
"Ye serius hehe.", apaan sih Cal, kebanyakan main sama Jean nih, jadi jayus.

"Tapi, kalo gue masih sayang sama lo gapapa kan?"

••••••••••••

APAAN TUH ANJU ANJU

Btw icha mah ngasih judul ngasal aja. Mager mikir. Bising gelo mikir wae.

Mikiran doi ge geus gelo kumaha deui mikiran judul ojon.

Btw mulmednya pas y. HE HE HE EHE EHE EHE

O-Zone [ft. Calum Hood]Where stories live. Discover now