what the

707 137 2
                                    


"Maksud lo apaan?", aku berdiri disamping bangku Adinda. Adinda keliatan terkejut.
"Cmon. Gak usah sok kaget.", aku tertawa sarkastik.

"Wow. Calm down. Whats wrong?", Adinda mengernyit bingung.
"Gak usah sok polos. Maksud dari ini apaan!?", emosiku mulai meluap. Aku menaruh kertas itu didepan Adinda. Adinda terbelalak.

"Naomi, i-",
"BENERKAN!?", aku meluapkan emosiku.
Adinda menarikku keluar. Aku menghempaskan tangannya.
"Jangan sentuh gue, gue kira lo temen gue, Din.", aku menatap Adinda kesal.

"Kenapa sih? Gue gak tau salah gue apaan sama lo, Din.", kataku dengan suara lebih rendah.
"Gue gak tau masalah lo ke gue apaan, lo ada unek-unek sama gue? Lo benci sama gue? Selama ini? Kenapa sih? Gue bingung. Kenapa lo neror gue?",

"Gue--",
"Gini deh, lo malem itu dateng kerumah gue, lo ngebuntutin Mikey kan?", Adinda terbelalak.
"Lo ngumpet-ngumpet, lo nyenggol pot gue sampe pecah, lo ngasih surat dikesetan rumah gue, lo nulis 'everything will getting worse, i promise you. get ready.' maksudnya apaan? Dan sekarang lo ngasih surat lagi tulisannya kayak gini. Maksudnya apaan?", aku menatapnya bingung.

"Kenapa sih? Kenapa orang-orang jadi jahat sama gue?", aku sedikit meluap, hampir menangis malah.
"Luke, Cal, Jean dan sekarang elo. Abis ini siapa lagi?", aku membuang muka.

Aku sangat lelah dengan semuanya.

"Sekarang, gue gak peduli lo mau ngirim surat lagi atau apa. Gue gak peduli. Cukup, gue capek sama semua permainan dan drama.", aku melangkah melewati Adinda. Tapi dia memegang tanganku.

"I SAID DONT TOUCH ME!", aku mendorong Adinda. Adinda malah memegangnya lebih keras.

"I DONT DO THAT THINGS! GUE GAK NGASIH LO SURAT! GUE GAK MECAHIN POT! GUE GAK NGIKUTIN MIKEY! GUE IKUT STELLA KE FREMENTLE. Gue gak neror elo.", jelas Adinda dengan nada yang makin lama makin turun.

Aku seperti terhempas jauh.

"Gue orang yang selalu ada buat lo, gue orang yang always be there buat lo disaat lo sedih ataupun senang. Tapi kenapa lo nuduh gue?", Adinda bergetar.
"Gue disini, Nom. Gue gak tau apa-apa.", Adinda menggeleng.
"Kenapa sih?", tanyanya lagi.

Aku menggeleng pelan sambil meringis.

"Kenapa gue?", tanya Adinda.
"Kenapa bukan Nezza? Kenapa lo nuduh gue?", tambah Adinda lagi. Kali ini aku mendongak.
"Nezza gak tau apa-apa, Din. Dan gue yakin orang ini diantara squad kita.",
"Who knows.", Adinda bergidik.

"Sorry.", ujarku pelan tapi sungguh-sungguh.
"Its okay, we will figure it out.", Adinda tersenyum manis sambil mengusap bahuku.

Sekali dalam sejarah, aku cekcok dengan Adinda. Itupun kurang dari 15 menit.

Seharusnya aku tau, sudah pasti bukan Adinda.

Lalu siapa?

-skip-

Hari berlalu, surat itu masih datang, dengan pesan yang berbeda setiap harinya. Aku sekarang memegang 5 surat. Dan aku masih belum menemukan siapa orangnya.

Ohiya, malam besok kita bakal ngumpul lagi, maksudku, squad. Rasanya aku mau izin gak dateng aja tapi disatu sisi aku juga kangen ngumpul dan kangen sama Ash.

Semoga gak ada kekacauan disana.

O-Zone [ft. Calum Hood]Where stories live. Discover now