Two Hearts Voices

3.5K 274 128
                                    

~Shadow Tamer~

By: TsubasaKEI

Don't try to make it yours!

Enjoy~

-------------------------------------------------

Chapter 5: Two Hearts Voices

Gema Jam bertendang. Kamar tidur itu didiami oleh dua orang bocah. Sembari bersilang tangan, yang satu menatap dengan kesal bocah lain yang sedang duduk di kasur. Sementara bocah yang ditatapnya hanya bisa menciut di bawah pandangan mematikan itu. Baru kali ini rivalnya memberikan tatapan sebegitu menakutkan.

Fang membenarkan kacamatanya sebelum berdeham, berusaha—dan gagal—mengurangi ketegangan di antara mereka.

"Boboiboy, Aku bisa jelaskan—"

"Jelaskan. Sekarang." Boboiboy menekankan setiap ucapannya. Fang semakin menciut. Apalagi saat ini Boboiboy masih dalam mode halilintar. Mata merahnya menatap tajam dan tidak pergi dari Fang.

Fang menghela lelah dan menggaruk kepalanya. Kenapa ia bisa di posisi ini? Terkurung dalam kamar tamu di kediaman Boboiboy pada tengah malam. Oh, ya, karena secara tidak sengaja Boboiboy menemukan dirinya sedang bertarung melawan gagak—beruang—sialan itu. Dan Boboiboy juga membelah si beruang dengan pedang halilintarnya. Kebetulan yang menyeramkan, bukan?

"Oke, aku akan jelaskan. Tapi nggak dengan kau dalam mode halilintar. Aku nggak ingin kesetrum." Ujar Fang dan menunjuk tangan kanan Boboiboy.

Bocah bertopi itu melihat kebawah dan mendapati tangannya memercikkan kilatan merah. Ia menggerutu dan menghilangkan mode halilintar.

"Sudah. Puas? Sekarang jelaskan," Boboiboy menarik kursi dari belakangnya dan menghempaskan dirinya di sana. Manik madunya—yang sedikit berwarna merah, mungkin efek dari halilintar masih tersisa—terkunci pada Fang.

Fang menarik nafas dan memainkan jemarinya, berharap mendapat ketenangan sebelum kembali menatap si pengendali element.

"Aku...sebenarnya.. Aagh! Aku sendiri nggak ngerti! Makhluk itu, mereka selalu muncul setiap malam. Aku nggak tahu kenapa mereka bisa muncul. Ochobot juga..." Fang mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia Lebih memilih untuk menatap kakinya daripada menatap Boboiboy.

Surai ungu Fang menjadi tirai untuk wajahnya. Untuk sekilas Boboiboy menangkap mata amethyst terlihat lelah dan kusam di balik surai-surai kusut itu. Pastinya akibat berurusan dengan bayangan.

Suara helaan nafas Boboiboy membuat Fang menaikan kepalanya. "Jadi ini yang kau lakukan sampai kau babak belur begitu? Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami? Kami itu sahabatmu, tahu. Jangan seenaknya berlaga pahlawan sendiri. Seharusnya paling tidak kau memberitahu ku..." Boboiboy mengusap dahinya yang mulai pening.

"Huh, nggak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri,"

"Oh, ya? Kalau aku tidak mengejarmu mungkin kau sudah jadi makanan beruang itu," Timpal Boboiboy emosi. Kilatan merah sekilas mewarnai iris madunya.

"Aku sudah memegang situasi itu di bawah kendali!" Balas Fang tidak kalah emosi. "Kamu nggak perlu menolongku! Lagian untuk apa kau mengejarku segala? Seperti kau peduli saja."

"Aku memang peduli!"

Luapan emosi Fang mendadak berhenti begitu saja. Samahalnya dengan Boboiboy. Bocah bertopi merasa kaget dengan ucapannya sendiri. Boboiboy berusaha memasang wajah datar saat ia mengatur nafasnya yang memburu. Tapi ia tetap memiliki ekspresi yang sama seperti Fang. Terkejut.

"... Iya... Aku memang peduli..." Lantur Boboiboy. Wajah dipalingkan, tidak mau menatap mata amethyst yang terbelak itu.

"...oh..begitu," Fang tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Ia tahu, seorang teman pasti peduli dengan kawannya. Tidak terkecuali Boboiboy. Bocah bertopi itu rela berkorban demi sahabat-sahabatnya. Suatu kualitas yang Fang rasa sudah jarang ada di masyarakat.

Shadow TamerWhere stories live. Discover now