By The Fire We Sing

3K 250 80
                                    

~Shadow Tamer~

By: TsubasaKEI

Don't try to make it yours!

Enjoy~

-------------------------------------------------

Chapter 6: By The Fire We Sing

Gelap. Ia kembali berada di ruang kosong; tidak berujung dan melayang. Fang menghela lelah saat menyadari ia kembali berada di mimpi yang sama.

Fang berdiri sendirian di sini, dan ia mulai merasa jengkel. Kenapa mimpinya tidak bisa lebih kreatif? Bukan kah lebih bagus jika sekali-kali ia diberi mimpi yang lebih berwarna? Tidak lagi hitam, gelap, dan menyedihkan. Sayang pencipta mimpi tidak punya selera yang sama dengannya.

Fang memutuskan untuk mulai berjalan—yah, mungkin berjalan–setengah–melayang lebih tepatnya. Walau Fang tidak melihat ada lantai di bawahnya ia bisa merasakan fondasi kokoh menopang dirinya. Lebih baik ia melakukan sesuatu, apapun dibandingkan diam saja. Waktu tidak berjalan sama di mimpinya. Bisa saja sehari sudah berlalu di sini tetapi di dunia nyata sejam saja belum.

"Huf, aku harus nunggu berapa lama? Sampai tua apa?" Geram Fang. Ia yakin ia bisa mati kebosanan di sini. Ia bahkan tidak bisa memainkan bayangan dengan kuasanya. "Lebih baik kalau ada sesuatu yang terjadi.." Harapnya dalam hati.

Tapi mungkin seharusnya Fang tidak berharap demikian.

Si pengendali bayang tengah memindai kegelapan, mengharapkan sesuatu mendadak muncul mengganti hitam. Tampaknya penguasa mimpi mengabulkan permintaannya. Di tengah hitam sepercik cahaya mekar dalam kegelapan. Berkedip layak bintang di langit malam dengan hangat.

Api. Ada api kecil melayang di depannya.

Oke, harapannya sudah dikabulkan. Sesuatu sudah terjadi. Lalu apa? Apa gunanya sepercik api yang bahkan tidak bisa menerangi ruangan sekitarnya?

'Coba sentuh?' Saran benaknya. Fang menggerdikan bahunya. "Kenapa nggak?" Lagi pula ia tidak akan rugi apa-apa di sini.

Fang menjulurkan tangan kirinya. Melangkah hati-hati menuju sumber cahaya. Api kecil itu berkedip. Menanti agar telunjuk Fang menyentuhnya. Hawa panasnya sudah terasa walaupun belum disentuh. Fang memperhitungkan kemungkinan jarinya dapat terbakar. Tapi hei, ini mimpi. Yang terjadi di sini tidak terjadi di luar sana.

"Whoa!" Fang melompat mundur sembari menarik kembali tangannya. Mendadak api itu berubah bentuk. Memilinkan dirinya, bergerak layaknya ular merah mencari mangsa namun tampaknya tidak menganggap Fang sebagai salah satunya.  Tak lama kemudian satu ular api berubah menjadi dua, terbelah saat bergerak di udara. Yang kemudian menjadi empat, delapan—Fang merasa kewalahan disini, sudah terlalu banyak untuk ia hitung. Melata—menari—di udara. Pita jingga dan kuning melikuk membuat tarian di hadapan Fang. Mengajaknya untuk ikut bergerak mengikuti irama khayalan.

Untuk sesaat Fang tampak tergoda, namun ia berpikir lebih baik mengapresiasi tarian mereka daripada ikut bergabung. Fang membayangkan sebuah melodi untuk mengiringi gerak elegan mereka; Lembut dan ringan, seperti lantunan gitar yang dimainkan saat bercerita di depan api unggun.

Fang menutup matanya. Dari dalam kelopak matanya ia masih bisa melihat para api menari, dan suara gitar itu terdengar semakin jelas seolah ada pertunjukan di depannya.

Suara lain ikut muncul di telinga Fang. Suara tawa yang familiar.

Ah, ini suara Boboiboy.

Fang menautkan alisnya bingung, mata masih tertutup. Kenapa bisa ada suara Boboiboy dalam mimpinya? Namun sebelum ia bisa melakukan apapun mendadak telinganya di mekakkan oleh jeritan seseorang—seorang gadis. Lantunan gitar menghilang. Secara reflek Fang menutup kedua telinganya rapat, namun hal itu tidak mengecilkan suaranya.

Shadow TamerWhere stories live. Discover now