4

7.1K 777 15
                                    

4 : hanya tersenyum dan memperhatikan orang lain tidak cukup untuk membuatmu bahagia.

Yang mereka tahu adalah Jun yang selalu optimis dan the8 yang polos. Tapi mereka tidak seperti itu.

.
.
Seventeen Complex

Joshua sedang memainkan gitarnya di balkon dorm ditemani dengan sekotak susu dan setoples cemilan favoritnya. Ia begitu menikmati udara seoul pagi ini. Yang lainnya masih tertidur ,lelah sehabis latihan semalam. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih 10 menit, tapi dorm tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Sebelum akhirnya sebuah tepukan mengagetkannya.

"jun , kau mengagetkan ku" joshua berucap.

"Maaf hyung" gumamnya.

"Apa yang membawa mu menemuiku?" tanya joshua.

"Memangnya tidak boleh, lagi pula didalam seperti kuburan" jawab jun. Joshua melirik kedalam, ia bahkan melihat Soonyoung yang tidur sembarangan di ruang tengah dan pintu-pintu kamar yang masih tertutup.

Joshua kembali memetik gitarnya. Pagi ini benar-benar membosankan.

"Bagaimana kalau kita taruhan!" ucap Jun tiba-tiba.

"Taruhan itu tidak baik jun"nasehat joshua.

"Ah, maksudku, ayo kita menebak siapa yang akan bangun setelah ini" usul jun.

" menurut ku Jihoon" tebak joshua.

"Kalau menurut ku minghao" -jun

"Siapa yang benar , berhak mendapatkan seluruh isi toples ini" ucap jun lagi.

"Baiklah setuju!" - joshua.

Kalau begitu sama saja dengan taruhan , kan? Ckckc.

Waktu terus berlalu , hingga 20 menit lamanya barulah seseorang membuka pintu dan - "Minghao! Yes aku dapat cemilannya" pekik Jun senang.

Joshua menghela napas kecewa. Sedangkan minghao mengusap matanya masih sedikit mengantuk. "Kalian bertaruh?" ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur.

"Tidak, hanya main tebak-tebakkan"jawab jun asal meskipun memang itulah kenyataannya.

"Eoh, benarkah? Tapi aku tidak sebodoh itu jun-ge" minghao memutar matanya malas lalu berjalan menuju dapur mengambil segelas air lalu meneguknya.

"Hyung, bagaimana minghao menurutmu?" tanya Jun.

"Dia baik"jawab joshua singkat.

"Benarkan dia baik" gumam jun mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

"Bagaimana menurutmu?" tanya joshua .

"Dibalik wajah polosnya itu , dia sebenarnya pemuda yang dewasa" jawab jun.

"Kau tau dia dengan baik" ucap joshua.

"Karena keterbatasan bahasa, dia sering menceritakan masalahnya padaku" tutur jun.

"Dia juga punya masalah?"

"Bagaiman pun juga dia itu manusia hyung"ucap Jun.

"Habisnya ia selalu tersenyum dan tampak ceria, aku tidak menyangka dia juga punya masalah" tutur joshua, ia meletakkan gitar yang ada dipangkuannya diatas meja.

"Yah walaupun bukan masalah nya sendiri sih" ucap Jun.

Joshua melirik jun dengan tatapan bingung. "Maksudmu?"

"Kau tau , karena mereka seumuran. Mingyu selalu bercerita apapun ke minghao. Dia bingung bagaimana membantu mingyu. Karena dia sendiri tidak terlalu mengerti" ucap Jun.

"Kurasa tidak begitu" kali ini jun yang menatap joshua bingung

"Mungkin dia sedang mencari perhatian mu"ucap joshua.

"Hah, mana mungkin hyung." sanggah jun.

"Tidak ada hal yang benar-benar mustahil kan?dan Kau satu-satunya yang mengerti disaat ia tidak bisa mengungkapkan isi kepalanya dalam bahasa korea-" ucap joshua, ia sedikit menjeda kalimat terakhirnya.

"-dan kau juga menyukainya kan?" lanjut nya lagi.

"Dia tidak terlihat seperti menyukai ku lebih dari seorang gege,hyung" ada nada berharap didalam kalimat Jun.

"Eii, pesimis sekali bung" joshua menepuk pelan bahu jun memberi semangat.
.
.
"Hao-ya"panggil mingyu. Minghao melirik pemuda tinggi itu. Mingyu mendudukan dirinya di hadapan minghao yang sedang duduk dilantai.

"Apa?" tanya minghao.

"Kupikir aku akan menyerah"ucap mingyu. Minghao membulatkan matanya.

"Kau menyerah!?"

"Tidak ada tanda-tanda wonwoo hyung menyukai ku. Jadi ku pikir , aku akan mencoba move on" ucap mingyu lagi.

"Kau yakin!?"tanya minghao memastikan.
Mingyu mengangguk pasti.

"Kurasa kau akan menyesal nantinya"ucap minghao.

"Tidak hao-ya, aku sudah yakin. Kau mendukung ku kan ?" tanya mingyu.

Minghao menghela napasnya. Temannya ini, sudah berjuang dengan keras tapi melepaskannya begitu saja. Ah sudahlah.

"Ya aku dukung! Tapi kalau kau merindukan wonwoo hyung jangan menghampiriku."ucapnya.

"Terimakasih hao-ya" mingyu memeluk minghao erat lalu melepasnya ia langsung beranjak menuju kamarnya.

"Hanya itu saja, astaga" minghao menepuk jidatnya. Tidak penting sekali.

To be continue...

===========
Haiii, ini chapter 4!! Ff ini makin ga berbentuk :v makin membingungkan :v
Terimakasih yang sudah menyempatkan diri untuk sekedar baca maupun voment *bow

Seventeen ComplexWhere stories live. Discover now