.
.
.
.
Aku mempercepat langkahku menuju dorm. Layar ponselku masih menyala, menunjukkan sebuah artikel di salah satu fan café yang baru saja kubaca. Berita terbaru pagi ini sungguh sangat mengejutkan. Dan itulah alasan kenapa aku ingin sekali segera tiba di dorm Seventeen.
Begitu aku sampai ternyata tak ada siapapun di dorm. Aku memasuki satu per satu kamar member dan mereka tidak ada. Di lantai dua pun sama, tidak ada siapapun. Kulirik jam yang baru menunjukkan pukul delapan pagi. Ke mana mereka? Seharusnya mereka tidak ada jadwal pagi ini bukan?
Aku pun diriku di sofa ruang tengah. Kuraih ponselku, kembali membaca artikel yang sama.
"Apa dia akan baik-baik saja?" gumamku dalam hati.
.
.
.
.
Aku menunggu cukup lama di dorm ini sendirian. Aku sudah membereskan tugas-tugasku, kecuali memasak, dan ini sudah jam tiga sore. Kenapa mereka belum juga pulang? Aku ingin sekali menghubungi Joshua dan menanyakan di mana mereka. Selain itu, aku sangat khawatir dengan keadaan seseorang.
Dddrrttt!!!
Dddrttt!!!
Panjang umur.
Manajer mereka meneleponku.
"Hallo, Manajer-nim?" jawabku dengan cepat mengangkat telepon itu.
"Kau tidak sedang kuliah kan? Anak-anak sedang syuting dan mereka ingin makan masakanmu..."
"Ten... tentuu saja!!"
"Aku akan mengirimkan alamat lokasi syuting. Gomawo, Y/N..."
Syuting?
Syuting apa yang mendadak begini? Aku semakin khawatir. Bagaimana dirinya bisa syuting jika dia sedang menghadapi skandal pertamanya?
.
.
.
.
.
.
Sebuah gedung teater di Incheon, itulah lokasi syuting Seventeen malam ini. Dengan petunjuk petugas keamanan aku pun memasuki ruang auditorium utama pada gedung itu. Di kedua tanganku, aku sudah membawakan tiga belas kotak makanan untuk Seventeen. Karena kudengar mereka sangat lapar, aku hanya membuatkan mereka nasi goreng kimchi dengan sausage goreng.
Di saat aku memasuki auditorium utama, aku melihat Seventeen sedang duduk berjajar di atas panggung dan melakukan perform. Mereka sedang menyanyikan "Love Letter", salah satu track yang ada di album terbaru mereka. Aku melirik ke seorang crew yang sedang menonton Seventeen dari laptop, ah, ternyata mereka sedang syuting V Live "Dear Carats".
"Nan ajikkkajido... neoege kkeutnae haji mothaetdeon... geu manhatdeon maldeuri namatjiman..."
Aku melihat Jeonghan yang sedang menyanyikan bagian bridge lagu ini. Kemudian dilanjutkan dengan suara penuh power milik Dokyeom. Sampai akhirnya, seseorang yang duduk tepat di tengah mereka, dengan sweater berwarna pink mengangkat microphone-nya dan mulai bernyanyi.
"Neowa nal sarangjjokjie da damaseo... umm... jeo haneure ollimyeon..."
Ck, ada apa dengan ekspresi wajah seperti itu? Bukankah lagu yang kau nyanyikan adalah lagu yang penuh dengan keromantisan? Tapi nyatanya si pemilik suara berat itu menyanyikan part-nya dengan dingin, bahkan ia menutup matanya seperti tidak ingin kamera menangkap sorot matanya yang sedang sedih.

YOU ARE READING
Live With Seventeen
Fanfiction[COMPLETED] Aku, seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tak menggemari satu pun Kpop Idol di negaraku. Seluruh hidupku kuhabiskan untuk bekerja, kuliah dan bekerja lagi. Aku tak punya waktu untuk menikmati hidup sebagai seorang fans, ya...