.
.
.
.
Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Seharusnya aku sudah pulang. Besok aku punya kelas pagi yang harus kuhadiri. Tapi, entah kenapa aku merasa tidak bisa meninggalkan tempat ini.
Di tengah lamunanku, aku mendengar suara seseorang membuka password pintu dormitory Seventeen. Beberapa saat kemudian pun Seungcheol muncul dari pintu masuk dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah.
"Kau tidak pulang?" tanyanya begitu melihatku.
Aku menggeleng.
.
.
.
.
.
"Gomawo..." ucap Seungcheol begitu aku membuatkannya teh ginseng. Aku pun duduk di sampingnya, berharap Seungcheol mau menceritakan apa yang ada di pikirannya. Sekalipun aku tahu jika aku tak akan bisa banyak membantu.
"Aku adalah member Seventeen yang paling lama trainee..." Seungcheol pun mulai berbicara. Aku membetulkan posisi dudukku bersiap untuk mendengar apapun yang Seungcheol ingin ceritakan padaku.
"Bahkan aku memulai trainee-ku bersama-sama dengan member NU'EST. Tapi, aku harus melihat mereka debut terlebih dahulu..."
"..."
"Bagi seorang idol, masa trainee adalah masa yang paling berat. Kau harus berjuang menunjukkan dirimu layak untuk debut. Kau tidak akan pernah tahu bagaimana agensi bisa mencari anak trainee lain yang mungkin bisa lebih cepat debut darimu..."
"..."
"Lalu aku digabungkan dengan Seventeen... ditunjuk menjadi seorang leader... aku harus mengurus dua belas teman dan adik-adik yang tiba-tiba menjadi tanggung jawabku, di saat aku sudah terbebani dengan waktuku yang tak kunjung debut..."
"..."
"Ada masa di mana aku ingin mengakhiri kesusahanku... hati nuraniku berulangkali memintaku untuk berhenti dan jangan memaksakan diri. Tapi, berada di Seventeen ternyata memberikan sebuah semangat baru di hidupku. Hingga akhirnya kami berhasil debut... tapi sekarang..." air mata Seungcheol mulai membasahi pipinya.
"..."
"Tapi sekarang... aku merasakan hal yang sama kembali merasuki pikiranku. Sesuatu menyuruhku untuk menyerah, berhenti... bahkan mengatai diriku yang sama sekali tak pantas menjadi seorang leader... hanya saja..." tangisan Seungheol mulai terpecahkan. "Aku sudah berusaha semampuku menjadi seorang leader yang baik... yang bisa memimpin Seventeen untuk menjadi grup terkuat yang pernah ada..."
Aku merasakan sesuatu yang basah mengalir turun ke pipiku. Aku segera menyekanya. Aku sama sekali tidak berniat untuk menangis di hadapan seseorang yang seharusnya kuhibur.
Di sisi lain, aku sama sekali tidak sadar dengan Woozi yang sedang melihat kami dari lantai atas. Dia juga sedang menangis. Begitu pula dengan Hoshi yang berada di dalam kamar. Leader tim performance itu sedang berusaha menahan isak tangisnya agar tak membangunkan member lain. Sekalipun sebenarnya member lain sejak tadi tidak tidur karena permasalahan yang dihadapi tim mereka saat ini.
For now, no comment :)

ESTÁS LEYENDO
Live With Seventeen
Fanfic[COMPLETED] Aku, seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tak menggemari satu pun Kpop Idol di negaraku. Seluruh hidupku kuhabiskan untuk bekerja, kuliah dan bekerja lagi. Aku tak punya waktu untuk menikmati hidup sebagai seorang fans, ya...