Wonwoo serius tentang mengantarku pulang. Aku bahkan tak membangunkannya jam setengah sepuluh seperti yang dipesankannya. Dia bangun dengan sendirinya tepat di saat aku baru ingin kabur agar Wonwoo tidak ikut denganku. Dan sekarang, dia tepat berada di sampingku. Dengan topi serta masker yang menutupi wajahnya. Mata tajamnya saja yang terlihat.
"Wah, kau tinggal di daerah sesepi ini?"
Aku mengangguk, "Daerah ini tidak sebahaya yang kau bayangkan. Aku sudah tinggal di sini empat tahun dan belum pernah ada kejadian apa-apa..."
"Mungkin belum..."
"Ya! Jadi kau berharap sesuatu terjadi padaku?"
Wonwoo cekikikan, "Bukan seperti itu!" protesnya. "Baik. Bagaimana jika setiap hari, jika aku tidak ada jadwal aku mengantarmu pulang?"
Aku menghentikan langkahku dan menatapnya serius. Aku menghela nafas panjang, "Wonwoo-ya..."
"Ya?"
"Kita sampai..."
Wonwoo berbalik. Ia memperhatikan gedung bangunan tempat aku tinggal. Aku pun mendahuluinya masuk ke gedung itu. Ia menyusul di belakangku, bahkan ikut masuk ke dalam kamarku.
"Maaf kamarku berantakan..." gumamku.
"Haha... kau membersihkan kamar kami setiap hari tapi kau tidak membersihkan kamarmu sendiri?" katanya. Aku tak menanggapinya dan hanya mengemas beberapa benda yang tergeletak tidak pada tempatnya.
Aku sampai tidak memperhatikan Wonwoo yang matanya mengelilingi kamar sederhanaku ini. Sungguh suasana yang sangat awkward. Wonwoo tidak banyak bicara. Dan aku juga tidak bisa memulai pembicaraan karna aku sangat malu untuk bicara dengannya.
Wonwoo pun melangkah mendekati jendela. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Wonwoo tidak boleh mendekati jendela itu karna...
Sret!
Terlambat.
Wonwoo membuka tirai jendela dan kulihat ia mematung sambil menatap apa yang terjadi pada jendela kamarku itu. Sebuah lubang retakan yang cukup besar menyambutnya.
Aku pun segera menghampirinya lalu menutup kembali tirai itu, "Ada anak nakal yang tinggal di daerah sini. Ini perbuatannya..." seruku panik. Aku menarik Wonwoo menjauh dari jendela dan memaksanya duduk di kursi. "Aku akan membuatkanmu teh hangat..."
Aku pun beranjak pergi. Namun seketika itu juga langkahku tertahan karena Wonwoo menahan tanganku. Tubuhku reflex berbalik, Wonwoo menyambutku dengan menarikku ke pelukannya.
Sungguh. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang terjadi pada diriku saat ini. Wonwoo memelukku? Apa maksud dari pelukan ini?
"Maafkan kami..." ucapnya pelan. Masih memelukku. "Aku pastikan mereka tidak akan menganggumu lagi..."
Dan ternyata Wonwoo tahu, jika jendela kamarku pecah karena ulah penggemarnya. Ya, aku berbohong. Aku tak ingin membuat mereka merasa bersalah.
"Y/N..." panggil Wonwoo. Dan masih memelukku. "Aku menyukaimu..."
Deg!
Kurasakan aliran darahku mengalir begitu cepat ke sekujur tubuhku. Tadi jantungku sudah berdebar sangat kencang saat Wonwoo memelukku dan sekarang... apa yang dikatakannya? Dia bercanda?
"Haha... terimakasih atas hiburanmu, Wonwoo-ya..." ucapku melepaskan pelukan Wonwoo.
Tapi aku gagal karena Wonwoo malah mempererat pelukannya, "Aku serius... aku menyukaimu. Sejak kau memberikanku bekal di saat skandalku menyebar..."
Wonwoo pun akhirnya melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua lenganku dan menatapku dengan serius. Anak ini... sungguhkah dirinya serius? Ba...bagaimana bisa... dia menyukaiku?
"Dan aku tahu kau juga menyukaiku..." lanjutnya.
Lidahku keluh. Aku tak bisa mengatakan apapun.
"Karna itu aku sangat khawatir dengan dirimu..."
"Kau tidak bisa menyukaiku, Wonwoo-ya..." kataku dengan lirih. Aku sudah tahu apa yang harus aku katakan padanya. "Dan aku juga tidak bisa menyukaimu..."
Aku menghela nafas, "Sama seperti lirik yang kau buat... kau tak bisa bersamaku, dan aku juga tidak bisa bersamamu. Jangan bertanya kenapa karna bukankah kau sendiri yang menulis kata-kata itu?"
Aku bisa melihat wajah kecewa Wonwoo saat ini. Ekspresinya saat ini sama seperti ekspresinya saat ia sedang menghadapi skandalnya. Ekspresi sedih, kecewa, dan takut. Sekalipun aku tak tahu apa yang mungkin sedang ditakuti anak ini sekarang.
"Kau benar. Aku memang menyukaimu. Bukan sebagai seorang fans. Bahkan jika kau bukan seorang idol aku yakin aku juga akan jatuh cinta padamu... tapi..." di saat inilah aku tak bisa lagi menahan rasa sesak di dadaku. Aku mulai menangis. Apalagi di saat Wonwoo kembali menarikku ke dalam pelukannya.
"Jadi... kita tidak bisa saling mencintai?" tanya Wonwoo membisik ke telingaku.
Aku menganggukkan kepalaku di dada bidangnya. Kunaikkan tanganku dan melingkarkannya ke pinggang Wonwoo. Aku balas pelukan Wonwoo, namja yang begitu aku cintai.
Yang tak akan pernah bisa aku miliki.
SVT
Alasan kenapa Wonwoo dan Y/N tidak bisa saling mencintai, Author yakin jingu-deul bisa menyimpulkannya masing-masing. Wonwoo adalah idol, sedangkan Y/N adalah gadis biasa. Akan sangat sulit bagi mereka berdua untuk bersatu.

YOU ARE READING
Live With Seventeen
Fanfiction[COMPLETED] Aku, seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tak menggemari satu pun Kpop Idol di negaraku. Seluruh hidupku kuhabiskan untuk bekerja, kuliah dan bekerja lagi. Aku tak punya waktu untuk menikmati hidup sebagai seorang fans, ya...