Dark

9.8K 402 1
                                    

Bukan rahasia lagi jika saat yang paling dinanti oleh siswa-siswi SMA Trinity adalah ketika bel pulang sekolah berbunyi. Bel pulang sekolah ini sangat ampuh menyembuhkan penyakit para pelajar, buktinya murid yang tertidur di pojokan kelas langsung bangun seketika, dan para siswa yang sedang malamun langsung tersadar. Bukan hanya itu, di kelas 11 IPA 2 ketika bel berbunyi, murid-muridnya secara spontan langsung teriak girang dan heboh sendiri. Suasana seperti itu sudah biasa Skylar alami.

"Gais, gue pulang duluan ya, sori gak bisa bareng soalnya Dylan ngajak gue pulang bareng." ucap Alicia yang sudah bersiap memakai tas ranselnya di pundaknya.

"Gak pa-pa kali, santai aja." balas Skylar.

"Yaudah, gue duluan ya, Dylan udah nungguin di parkiran. Bye..." Alicia berjalan cepat sambil melambaikan tangannya ke arah dua temannya itu.

"Bye..." ucap Skylar dan Bella serempak sambil melihat punggung Alicia yang semakin lama semakin menjauh.

"Sky, lo gak pa-pa kan kalau gue tinggal? Nyokap gue baru ngirim pesan, katanya dia udah di depan." ucap Bella sambil memasukkan alat tulisnya ke dalam tasnya.

"Gak pa-pa kok. Yaudah sana, ntar nyokap lo lama nungguin."

"Yaudah bye, Sky!"

"Bye, Bel!" ucap Skylar sebelum Bella benar-benar meninggalkannya.

Tidak lama setelah itu, Skylar juga keluar dari kelas dan melangkahkan kakinya di koridor yang biasa dilewati oleh siswa-siswi. Suasana koridor sudah tidak seramai saat jam istirahat karena sebagian besar murid sekolah sudah pulang atau nongkrong bersama temannya di lantai bawah.

Skylar terus menyusuri koridor sampai sebuah suara tiba-tiba memanggil namanya, membuat si empunya berhenti melangkah dan membalikkan badan secara spontan. Di sana sudah ada Dinda, anak kelas 11 IPA 3 yang merupakan mantan wakil ketua OSIS. Dinda ini terkenal dengan gayanya, setiap hari dia selalu memakai make-up ke sekolah, memakai baju seragam yang pas di badan agar orang-orang bisa melihat lekuk tubuhnya, dan memakai rok sekolah yang hanya menutupi setengah paha.

"Kenapa, Din?" tanya Skylar begitu Dinda sudah berdiri di hadapannya.

"Lo di panggil Bu Nia di perpus, katanya dia pengen ngomongin soal nilai lo." Kentara sekali dari cara berbicaranya, gadis itu seperti ogah-ogahan berbicara pada Skylar. Tapi Skylar memakluminya, karena kata orang-orang sikap Dinda memang seperti itu.

"Oh, yaudah, makasih ya," ucap Skylar lalu memutar langkahnya menuju perpustakaan.

Skylar langsung memasuki ruangan perpustakaan sekolahnya yang sudah sepi itu, bahkan terlihat seperti tidak ada orang. Penjaga perpustakaan, Pak Jono, juga sudah terlihat di dalam perpustakaan.

"Bu Nia?"

"Ini saya Bu, Skylar," lanjut Skylar ketika tidak menemukan keberadaan gurunya itu. Tapi hasilnya sama saja, tidak ada jawaban. Sampai tiba-tiba, suara pintu yang ditutup dengan kencang berhasil mengagetkannya.

Skylar yang mendapat feeling buruk spontan berbalik dan berjalan cepat menuju pintu perpustakaan. Ia mencoba membuka pintu itu, tapi tidak bisa. Sepertinya ada orang yang sengaja menguncinya dari luar.

Skylar yang mulai panik langsung berteriak meminta pertolongan, "TOLONG!"

Tiba-tiba lampu di perpustakaan ikut mati, membuat suasana perpustakaan semakin menyeramkan.

"DISINI MASIH ADA ORANG!!!" teriak Skylar lagi sambil menggedor-gedor pintu itu. 

Tak kunjung mendapatkan pertolongan, Skylar pun berusaha untuk mendobrak pintu itu, tapi ia tidak memiliki tenaga yang cukup kuat. Alhasil, gadis bertubuh mungil itu terjatuh ke lantai.

Kepala Skylar mulai terasa pusing, bukan karena panik, tetapi karena dia memiliki phobia pada gelap, apalagi kalau sendirian. Lama-kelamaan, kesadaran Skylar mulai menghilang dan matanya menjadi kabur.

Lalu, gelap.

Dan dia tidak merasakan apa-apa lagi.

***

Ketua OSISWhere stories live. Discover now