Ignore

3.4K 91 3
                                    

Minggu depan adalah minggu yang sibuk bagi anak-anak kelas 12 di SMA Trinity. Alasannya adalah karena minggu depan adalah minggu ujian bagi anak kelas 12, sedangkan minggu ini adalah minggu persiapan untuk ujian. Tentu saja seluruh siswa siswi kelas 12 belajar dengan sungguh-sungguh minggu ini, karena tidak ada yang ingin tidak lulus, mereka semua ingin cepat-cepat lulus dari sekolah ini. Meskipun semua orang belajar dengan sungguh-sungguh, masih ada saja murid yang bermalas-malasan karena mereka mengandalkan contekan. Tentu saja tidak semua anak kelas 12 mengandalkan contekan, hanya orang-orang "tertentu" yang seperti itu.

"Will, gak mau gabung nih lo bikin contekan?" tanya Ken yang sedang berkumpul dengan dua orang murid di pojok kelas, sedang menyalin jawaban untuk contekannya nanti ketika ujian.

"Nggak deh, bro. Ntar kalo Skylar tau gue nyontek, habis gue," jawab William.

"Bagus deh, kalo lo sadar!" ucap Skylar yang tiba-tiba sudah muncul ke dalam kelas.

"Ye... jangan ngambek dong, gue kan udah punya niatan nih buat gak nyontek kayak mereka," ucap William. Setelah mengucapkan itu, William langsung mendapat lemparan penghapus yang mendarat di kepalanya.

"EH ANJIRR, SIAPA NIH LEMPAR PENGHAPUS?!" teriak William.

"Ye... Lo sih Dav, pake lempar-lempar segala, singa ngamuk tuh," ucap Ken.

"OH, GITU LO YA DAV, LIAT AJA PULANG SEKOLAH, HAB-" tiba-tiba saja ucapan William terpotong oleh kehadiran Bu Ina yang siap dengan buku Kimia di tangannya, "Duduk kamu William! Tidak usah teriak-teriak, kita tidak sedang di hutan! Cepat buka buku kalian, yang tidak bawa berdiri di luar kelas!" perintah Bu Ina.

Murid-murid di kelas itu pun langsung saja menuruti perkataan Bu Ina. Mereka dengan serentak mengeluarkan buku Kimianya dan bersiap untuk mencatat apa saja yang dijelaskan oleh Bu Ina.

***

William berjalan keluar dari kelas bersama Skylar. Sekarang adalah waktunya pulang bagi murid-murid SMA Trinity.

"Gila kali ya tuh Pak Sutono, tangan gue serasa mau lepas nyatat banyak begitu," keluh William sambil merenggangkan jari-jari tangannya karena menjadi kaku akibat mencatat dengan super cepat dan tanpa berhenti selama 2 jam.

"Santai kali, Will. Itutuh demi kebaikan lo juga," ucap Skylar.

"Iyain aja deh biar cepet," ucap William.

Ketika mereka melewati lapangan basket, mereka berpapasan dengan Ashley dan Gavin. Mereka adalah dua orang yang Skylar selalu paling hindari selama beberapa minggu terakhir ini. Ia sedang tidak ingin bertengkar dengan mereka karena ia sekarang sudah kelas 12, gadis itu ingin fokus belajar tanpa adanya gangguan-gangguan. Tetapi bukan Ashley kalau tidak bisa membuat Skylar emosi. Oleh karena itu selama beberapa bulan terakhir ini, Skylar selalu mencoba mengontrol emosinya kalau ia tidak mau kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

"Wah, wah, wah, sekarang udah ada yang dapat mangsa baru nih," ucap Ashley ketika mereka berpapasan. Sementara itu, Gavin hanya diam, karena ia tahu jika ia menbuka nulutnya, itu hanya akan memperburuk keadaan. Lebih baik Gavin diam seperti apa yang sudah ia lakukan beberapa minggu terakhir ini. Ia tidak lagi mencari Skylar dan berusaha untuk berbicara dengan gadis itu. Gavin bukannya menyerah, tapi ia takut konsentrasi belajar Skykar terganggu oleh karena tindakannya. Mungkin setelah semua ujian selesai, ia akan berusaha lagi mendekati Skylar, walaupun ia tahu tidak akan mudah.

"Kalian gak bisa bicara, ya? Biasanya kalau orang ketemu tuh sapa kek, apa kek," ucap Ashley dengan angkuhnya.

"Sky, udah deh kita pergi aja dari sini, gak usah ladenin orang gak jelas ini," ucap William. Lalu William pun menarik tangan Skylar untuk pergi dari hadapan Gavin dan Ashley.

***

Dua minggu kemudian, seluruh siswa-siswi kelas 12 SMA Trinity pun dapat bernapas lega. Pasalnya, hari ini adalah hari terakhir mereka melaksanakan ujian. Selebihnya mungkin mereka hanya dapat berharap nilai mereka tidak merah dan dapat lulus dari SMA itu.

Saat ini, kelas Skylar tengah melaksanakan mata pelajaran ujian terakhirnya. Dan seperti hari-hari sebelumnya, Kenneth, Dava, Justin, dan William selalu selesai paling pertama. Sehingga mereka dapat keluar dari ruang ujian lebih awal dari murid-murid lain. Banyak yang beranggapan bahwa mereka hanya mengisi soal dengan sembarangan, tapi ada juga yang beranggapan bahwa mereka membawa contekan. Sudah bukan hal biasa lagi jika keempat orang itu menjadi pusat perhatian kelasnya. Bahkan Skylar pun keheranan melihat William selesai paling cepat bersama Kenneth.
Setelah menyelesaikan seluruh soal-soal ujian dan mengecek ulang jawaban, Skylar pun berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas. Ternyata sedari tadi William sudah menunggu Skylar di luar kelas. Lelaki itu sedari tadi hanya menyandarkan badannya pada tembok kelas.

"Will!" panggil Skylar.

"Eh, udah selesai lo? Lama banget," ucap William.

"Lo kali yang kecepetan!" protes Skylar.

"Ye... Yaudah-yaudah gue mah ngalah aja kalo udah berdebat ama Skylar," ucap William.

"Eh, UN kan udah kelar nih, lo mau ikut kamping gak?" tanya William.

"Hah? Ngapain lo pergi kamping sendirian?" tanya Skylar kebingungan.

"Siapa bilang gue pergi sendirian? Enak aja lo!" protes William, "Anak seangkatan pada ngomongin kali, jadi lo mau ikut gak? Ntar gue daftarin," ucap William.

"Ikut aja deh, lumayan juga sebagai penghiburan, lagian untuk terakhir kali juga, sayang kalo gak ikut," ucap Skylar.

"Oke deh, ntar gue daftarin. Alicia gak sekalian mau didaftarin juga?" tanya William.

"Daftarin aja juga, ntar gue paksa," ucap Skylar.

Kedua anak muda itu pun melanjutkan perbincangan mereka tanpa terganggu dengan orang lain yang berlalu-lalang di koridor itu. Mungkin jika dilihat dari sudut pandang orang lain, maka mereka akan mengira bahwa Skylar dan William adalah sepasang kekasih. Nyatanya tidak, Skylar hanya menganggap William sebagai salah satu temannya, sama dengan Alicia. Meskipun William menyukai Skylar, tetapi bagaimana jika Skylar hanya menganggap William sebagai teman tidak lebih. William juga tidak bisa memaksa Skylar.

***

Ketua OSISWhere stories live. Discover now