Dinner

5.7K 218 0
                                    

Cermin besar itu memantulkan pantulan diri Skylar yang sedang berdiri tepat di depan cermin. Skylar terlihat cantik memakai dress selutut berwarna hitam yang ibunya siapkan untuknya. Tadi siang, ibunya memberitahu kalau mereka akan pergi makan malam di rumah rekan bisnis ayahnya. Gadis itu bahkan tidak tahu kenapa ia harus ikut.

Skylar memoleskan liptint di bibirnya, membuatnya berubah warna menjadi pink kemerah-merahan. Dia itu juga memakai riasan wajah agar terlihat cantik malam ini. Walaupun sebenarnya ini semua adalah perintah ibunya.

"Skylar, kamu sudah selesai belum? Cepat," perintah ibu Skylar yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Iya Ma, ini udah," jawab gadis itu lalu mengambil tasnya di atas meja rias dan berjalan ke arah ibunya.

Ibu Skylar mangamati anaknya dari atas sampai bawah. "Kamu cantik sekali, sayang. Kenapa gak dari kemarin-kemarin kamu seperti ini?" puji ibunya.

"Tapi itu gak penting, yang penting sekarang kita berangkat. Papa kamu tidak ingin kita terlambat. Kamu tahu sendiri kan, dia selalu ingin tepat waktu," lanjut ibunya lalu berjalan keluar dari kamar dan Skylar mengikutinya berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

Ayahnya sudah menunggu mereka sejak tadi. Pria paruh baya itu sudah duduk di kursi pengemudi ketika Skylar baru masuk ke dalam mobil.

***

Mobil yang Skylar dan orangtuanya tumpangi berhenti di pekarangan rumah yang cukup mewah. Mereka bertiga keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju pintu masuk utama rumah itu. Karena Skylar tidak tahu apa-apa, jadi ia hanya berjalan di belakang ayah dan ibunya, mengikuti mereka jalan.

Ibunya memencet bel rumah itu. Tidak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan menampakkan seorang laki-laki dan perempuan yang tampak seumuran dengan ayah dan ibunya. Skylar hanya memperhatikan nereka diam-diam. Tiba-tiba, perhatian mereka teralih pada gadis itu sehingga membuat Skylar menampilkan senyumnya, tidak tahu harus berbuat apa.

"Ini Skylar?" tanya perempuan yang sebaya dengan ibunya itu.

"Iya," jawab ibunya.

"Wah, sudah besar ya? Masih ingat om dan tante tidak?" Kali ini laki-laki yang seumuran dengan ayahnya itu bersuara.

Skylar yang diberi pertanyaan seperti itupun berusaha untuk mengingat-ingat. Tapi dia tidak mengingatnya, sehingga Skylar dengan tidak enak hati pun menggeleng sebagai jawaban.

"Tidak ingat ya? Kalau begitu kamu pasti ingat Gavin dong, teman kecil kamu. Nah, kami adalah orangtua Gavin," ucap perempuan yang mengaku sebagai ibu Gavin itu.

Skylar tentu saja terkejut. Sekarang ia baru ingat, mereka adalah teman ayah dan ibunya. Dulu saat ia dan Gavin masih kecil, mereka sering berkunjung ke rumah satu sama lain. Tentu dia sudah pernah bertemu dengan orangtua Gavin sebelumnya. Bisa-bisanya dia melupakan wajah mereka.

Sudah lama sekali Skylar tidak bertemu dengan orangtua Gavin, padahal dulu dia setiap hari pasti akan bertemu dengan mereka. Hubungan mereka menjadi renggang karena peristiwa itu, peristiwa yang terjadi dua tahun yang lalu. Dan karena peristiwa itu, Skylar mulai membenci mereka. Tapi tidak lama gadis itu sadar bahwa membenci seseorang tidak akan ada gunanya. Peristiwa itu juga sudah terlanjur terjadi, untuk apa masih mengingat yang sudah berlalu?

"Eh, kok kita malah ngobrol di sini? Masuk, masuk! Kami sudah menyiapkan makan malam," ucap ibu Gavin mempersilakan mereka bertiga masuk.

Skylar  hanya mengikuti ayah dan ibunya dari belakang, dia masih merasa canggung di situ.

"Ma, kamu panggilin Gavin sama Emily gih, mereka tidak tahu saja kalau ada tamu spesial yang sedang menunggu," ucap ayah Gavin. Mendengar perintah suaminya, ibu Gavin pun langsung meminta izin untuk meninggalkan mereka sebentar untuk memanggil Gavin dan Emily di lantai atas.

Sekarang Skylar dan kedua orangtuanya sudah duduk di meja makan persegi panjang keluarga Gavin. Tentu Skylar was-was, jantungnya berdegup kencang mengingat dia akan bertemu Gavin.

"Oh iya, om dengar kamu satu sekolah ya sama Gavin?" tanya ayah Gavin.

"Iya, om," jawab Skylar seadanya.

Skylar tidak menyangkap ayah Gavin tahu kalau dia dan Gavin bersekolah di sekolah yang sama. Bahkan selama mereka satu sekolah, gadis itu tidak pernah bertemu dengan ayah Gavin atau keluarga Gavin di sekolah. Apa mungkin Gavin yang memberitahunya?

Tidak lama kemudian, ibu Gavin kembali ke meja makan diikuti oleh seorang perempuan yang kelihatan lebih muda dari Skylar dan seorang laki-laki yang seumuran dengannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Gavin dan Emily.

"Skylar, kamu masih ingat kan sama Gavin dan Emily?" tanya ibu Gavin.

"Mama ini gimana sih? Jelas-jelas Skylar dan Gavin satu sekolah, bagaimana bisa mereka tidak mengingat satu sama lain?" balas ayah Gavin.

"Oh iya, tante lupa," Ibu Skylar memasang cengirannya.

Skylar hanya tersenyum menanggapi ucapan ayah dan ibu Gavin. Gadis itu masih merasa sangat canggung di sana. Ditambah lagi kehadiran Gavin dan Emily yang hanya diam saja, membuat suasana bertambah canggung. Apalagi Gavin yang diam-diam menatapnya.

Setelah itu, mereka mulai menyantap makan malam yang telah disiapkan di atas meja. Selama makan, para orangtua akan sekali-kali melontarkan canda gurau. Sedangkan ketiga anak remaja itu hanya makan dalam diam. Dan Gavin sesekali akan melirik Skylar sambil memakan makanannya.

Setelah mereka selesai makan, mereka semua berjalan ke ruang tengah dan berbincang-bincang di sana. Lebih tepatnya yang sedang berbincang-bincang hanya para orangtua lagi. Sedangkan Skylar hanya diam mendengarkan perbincangan mereka.

"Astaga, kita terlalu asik ngobrol sampai-sampai melupakan anak-anak. Ya ampun..." ucap ibu Gavin yang menyadari para anak-anak itu hanya duduk diam di sana.

"Dari pada kalian bertiga hanya mendengar perbincangan kami yang membosankan ini, lebih baik kalian ke halaman belakang. Gavin, Emily, kalian ajak Skylar ke sana ya, ajak dia ngobrol. Masa dari tadi diem-diema aja?" perintah ayah Gavin.

Oh tidak! Skylar panik. Gadis itu merasa akan lebih baik jika ia tetap di situ daripada harus ke halaman belakang bertiga bersama Gavin dan Emily. Menurut Skylar, itu hanya akan menambah kecanggungan yang terjadi.

***

Ketua OSISWhere stories live. Discover now