Bagian 3

9.6K 1K 45
                                    


Bagian 3...

Tetangganya mengeluhkan mobil Mingyu yang terparkir tidak rapih di luar. Seorang Kakek bahkan mengetuk pintu flatnya di pagi hari dan mengeluhkan hal itu karena sulit membuang sampah. Tapi sialnya, Mingyu justru diam tak bergeming di tempatnya dan asik memainkan bulu matanya hingga membuatnya sedikit terusik hingga terbangun.

Wonwoo mengomel kecil beranjak dari tempat tidur. Dan Mingyu malah tertawa mengikutinya dari belakang untuk membuka pintu.

"Aku sudah bilang dari kemarin untuk pindahkan mobilnya!"

Kakek itu langsung mengomel tepat saat Wonwoo baru membuka pintu. Wonwoo membungkuk pelan memohon maaf dan menjelaskan jika mobilnya sudah di pindahkan semalam. Tetapi kakek itu kembali mengomel dan mengatai Wonwoo tidak sopan, karena kenyataannya mobil itu kini bahkan menghalangi pintu masuk rumahnya di lantai dasar. Yang membuat Wonwoo tidak nyaman adalah, cara bagaimana Kakek itu menelisik flat, dirinya dan juga Mingyu di belakangnya, dengan tatapan curiga dan menyudutkan.

Merasa jengah, Wonwoo kembali angkat bicara. "Kami akan memarkirkannya saat kami berangkat sekolah nanti. Maaf membuat anda tidak nyaman"

Kakek itu hanya tertawa mendengar ucapan permohonan maaf dari Wonwoo, dan melirik Mingyu sambil tertawa meledek. "Bahkan masih seorang Siswa sudah berani melakukan hal seperti itu. Usiaku semakin tua, tapi selalu melihat hal-hal yang tidak baik. Dasar anak muda jaman sekarang" singgungnya dan pergi begitu saja dengan sedikit tertatih.

Sebenarnya Wonwoo ingin membantu Kakek itu jalan dan turun sampai depan rumahnya. Tapi mengingat bagaimana Kakek itu sangat menyebalkan dan tidak sopan dengan pikirannya, Wonwoo mengurungkan niat baiknya. Ia terlanjur kesal dengan Kakek itu.

"Orang itu cerewet sekali" komentar Mingyu.

Wonwoo berbalik melihat kekasihnya itu, menatapnya jengkel dan meninggalkannya ke dapur dalam diam. Mingyu sendiri merasa bingung kenapa dia yang terkena imbasnya? dan lebih memilih diam duduk di meja makan. Berharap Wonwoo berbaik hati memberikannya sedikit sarapan.

...

"Sebenarnya, telurnya cukup asin"

Benar, Wonwoo bahkan enggan memakan masakkannya sendiri. Tapi Mingyu seperti menikmatinya dan membuatnya berpikir jika masakannya baik-baik saja di lidah Mingyu.

"Makan saja buburnya"

Ia menyodorkan bubur di hadapan Mingyu. Jika di lihat dari tampilan, buburnya tidak terlalu buruk. Tapi tidak tahu dengan rasa. Wonwoo baru mencicipi telur dadarnya. Dan hal itu membuat lidahnya terasa kaku. Semoga saja buburnya baik-baik saja.

Tapi, di lihat dari bagaimana ekspresi Mingyu saat mencicipi bubur itu, sepertinya tidak terlalu baik. Kasihan Mingyu, sepertinya ia harus berbagi sandwich kalkun miliknya yang di dapat dari Nona Jung ah semalam.

"Sebentar" pintanya menahan Mingyu.

Wonwoo cepat-cepat berjalan ke dapur, membuka lemari esnya, mengambil sandwich kalkun untuk Mingyu, dan menghangatkannya ke dalam microwave. Ia berpikir mungkin itu tidak akan mengenyangkan buat Mingyu, tapi sangat lumayan untuk mengganjal perutnya.

"Ini sandwich kalkun. Aku mendapatkannya dari Nona Jung Ah semalam. Makanlah"

Ia meletakkan sandwich kalkun itu di hadapan Mingyu. Menyingkirkan telur dan bubur hangus dari meja makannya. Mingyu terlihat bingung dan berteriak menanyakan kemana dirinya akan membawa telur dan bubur itu? Tapi Wonwoo tidak menjawab.

Di dapur, merasa penasaran dengan rasa buburnya. Wonwoo mengambil sebuah sendok dan mencicipi bubur itu. Sekarang ia mengerti kenapa ekspresi Mingyu sangat memprihatinkan ketika mencicipinya. Buburnya hangus dan rasanya benar-benar buruk.

GravityWhere stories live. Discover now