Bagian 9

9.2K 996 237
                                    

Bagian 9...

Sebagian Dokter dan Psikolog berpendapat Sindrom Bipolar berawal hanya dari rasa stress berlebihan. Mereka mendiagnosa hal itu, tapi sedikit dari mereka coba mencari tahu bagaimana stress yang hebat itu terbentuk dan mengarah pada sebuah Sindorm kejiwaan yang cukup bahaya jika terus diabaikan. Ini semua mereka pelajari di bangku mahasiswa selama mereka belajar. Tapi kesenangan dunia yang menarik ketika menjadi Dokter, membuat mereka lupa tujuan awal seorang Dokter dan Psikolog. Hanya menolong setiap pasiennya pada inti masalah tanpa coba menyelami masalah seorang Pasien itu sendiri.

Seorang penderita Bipolar seperti Ibu Mingyu, selain membutuhkan obat, beliau juga membutuhkan ketenangan dan kasih sayang. Namun sayangnya, bukan hanya Dokter maupun psikiater yang selalu beliau datangi, kasih sayang dan ketenangan itu juga sulit beliau dapatkan dirumahnya sendiri. Suami dan Puteranya mempunyai kehidupan pribadi yang tidak bisa beliau gapai. Di tambah rasa takut terabaikan dan ditinggalkan, membuat Sindorm itu meningkat setiap waktunya, menjadi sebuah luapan emosi yang selalu tidak dapat terkendali. Dari luar mungkin beliau terlihat normal, tapi lihatlah lebih jelas saat beliau kesal ataupun sedih. Perasaannya meningkat dan terkesan berlebihan dari manusia normal pada umumnya.

Baik Mingyu ataupun Tuan Kim juga tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Mereka hanya kurang paham, mungkin juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi karena ekspresi seperti itu sangat biasa Ibu Mingyu tunjukkan sejak lama. Tapi karena hal yang mereka anggap biasa ini, tanpa mereka sadari hal itu semakin meningkat, terus meningkat dan tidak terkendali. Contoh kecil adalah saat piringan kecil terlempar ke kepala Mingyu kemarin. Orang normal akan menunjukan ekspresi kaget atau setidaknya panik. Tapi Ibu Mingyu, tidak menunjukkan ekspresi apapun kecuali ledakan emosi tidak stabil yang tengah beliau rasakan.

Meskipun tabu dalam hal seperti itu, meskipun bidang kejiwaan ataupun kedokteran tidak pernah menarik minat seorang Jeon Wonwoo, dia bisa menangkap kesimpulan semua itu saat baru saja pertama kali melihat Ibu Mingyu benar-benar kacau seperti saat ini.

Sampai tadi pagi, Wonwoo masih berpikir jika Ibu Mingyu hanya kesepian dan butuh perhatian lebih dari orang sekitarnya. Tapi ketika melihat bagaimana semua barang dirumah besar itu hancur dan berantakan tidak terkendali, Wonwoo menyimpulkan jika rasa kesepian itu meningkat menjadi suatu penyakit hati yang tidak dapat di kontrol sendiri oleh penderitanya.

"Sebaiknya anda disini saja"

Jisoo menahan Wonwoo untuk tetap di pintu masuk, mencegah Wonwoo dari serpihan kaca ataupun beling yang mungkin saja terkenanya jika masuk semakin dalam. Wonwoo hanya diam dan menurut. Sekarang disana dia bisa melihat Mingyu yang tengah memeluk Ibunya dan menenangkan beliau dengan usapan kecil dipunggung.

Dalam benaknya ia bertanya-tanya tentang apalagi yang terjadi kepada Ibu Mingyu kali ini? Terlebih ekspresi Mingyu juga tidak terlihat baik-baik saja. Dan hal itu membuatnya tanpa sadar berdiri dengan cemas di belakang Jisoo.

"Dia mengambil uangku! Dia bersama wanita itu mengambil uangku! Ayahmu benar-benar meninggalkanku Mingyu!"

Suaranya tidak jelas. Beliau meracau dalam pelukan Mingyu. Dan Mingyu dengan dewasanya menenangkan Ibunya dengan kalimat singkat seperti,

'Tidak apa-apa, Ibu masih mempunyai aku'

Sebelumnya mungkin Mingyu terlihat seperti anak yang tidak peduli dengan kondisi keluarga ataupun Ibunya. Tapi melihat bagaimana Mingyu menenangkan emosi Ibunya yang berangsur menjadi tenang, dia sungguh berubah menjadi seorang anak yang penuh dengan kedamaian.

Sekarang, Wonwoo jadi mencemaskan perasaan Mingyu sendiri. Wonwoo yakin jika Mingyu juga tidak baik-baik saja.

"Surat dari Tuan datang pagi ini. Beliau telah melakukan pernikahan dengan pasangannya kemarin. Mereka menetap di Belanda sekarang" Jisoo menjelaskan, dan hal itu semakin membuat Wonwoo prihatin dengan apa yang terjadi.

GravityWhere stories live. Discover now