Bagian 2

5.3K 32 0
                                    

Pukul 21.30. Rony baru sampai rumah. Sekolah berakhir jam 17.00. Seharusnya paling lambat sampai rumah jam 18.00. Tentu saja, Rony keluyuran sepulang sekolah. Dia pergi ke café nongkrong bersama teman-teman sok coolnya. Salah satunya Romy. Sesampainya di rumah, tanpa diduga papanya pulang lebih awalnya. Sebenarnya Rony ketakutan mengetahui ada mobil di halaman rumahnya, tapi dia terlalu cool untuk mengekspresikan rasa takutnya. Jadi, dia terlihat seperti biasa saja.

Rony membuka pintu rumah yang tidak dikunci seperti biasanya. Pintu tidak akan terkunci sebelum ia pulang sekolah. Biasanya ia pulang lebih larut dari malam itu. Ah, lampu dimatikan seperti biasanya. Adegan dramatis dimulai ketika suara pintu terbuka. JDEER! Lampu menyala sebelum Rony menyalakannya seperti biasanya.

" Rony! " Suara bentakan orang tua

" Papa? " Rony terkejut, matanya terbelalak.

" Papa sudah pulang? Tumben lebih awal, biasanya pulang larut? " Rony menampakkan senyum basa-basinya.

" Nggak usah sok manis! " Bentak Papanya.

" Apa ini?! " Kata Papanya sambil menunjukkan sebuah kertas dengan nilai 60 yang tertera.

" Seperti nggak tau aja. Itu kan kertas ulangan. " Jawab Rony dengan santai dan cool seperti manusia tanpa dosa.

" Papa tau itu! Akhhh... anak ini bandel banget sih! Lihat nilai ini. Ini ulangan matematika dan kamu cuma dapat segini? Mau malu-maluin Papa kamu? "

" Pap... Papa kan yang punya sekolahan, kenapa nggak nyuruh guru matematikanya buat bagusin nilai aku. Minta gitu ke guru matematika suruh kasih aku nilai 100 dengan begitu Papa nggak akan malu kan dan masalah terselesaikan. Heran deh Papa kok suka hal-hal yang rumit sih. "

" Dasar anak bandel! Pokoknya, kalau kamu nggak dapat nilai yang baik di semester depan, Papa akan kirim kamu ke asrama. " Beranjak pergi ke kamarnya.

DEG

" Asrama? " Gumam Rony.

Rony melempar tubuhnya ke ranjang yang super empuk dengan bantal-bantal yang setia menemani tidurnya. Tangannya meraih foto yang ada di atas meja sebelah ranjang. Dia memperhatikan foto wanita itu dengan seksama.

" Mama... Mama kenapa pergi sih? Papa jadi kesepian dan lebih sibuk dengan pekerjaannya daripada memperhatikan aku. Kalau Mama ada disini, Mama kan bisa memperhatikan aku. Aku bukan anak yang nakal kok Ma. Aku cuma ingin perhatian dari Papa aja. "

" Akh sial! Kenapa gue ngomong sendiri sih! Kenapa sih mereka berdua pake acara pisah-pisahan segala! Payah, gue ngomong sendiri lagi! Tidur ah! "

Rianti Maid LoverWhere stories live. Discover now