Bagian 13

681 11 0
                                    

Rianti pulang dari cafe. Ia berjalan dengan setengah melamun. Untungnya malam itu jalan sedang sepi. Rianti sedang melamun tentang masalah Rony dan Romy. Hal itu menyangkut dirinya.

" Seharusnya, aku nggak perlu nerima Rony ke kelompok belajarku. Dengan begitu, dia tidak akan juara 1 dan aku nggak akan dimusuhi oleh Romy. Plus, beasiswaku nggak akan terancam seperti ini. " Gumam Rianti dalam lamunannya.

" Rianti! Rianti! " Panggil seseorang yang bersepeda berlainan arah.

Rianti diam, tidak menyambut. Karena ia tenggelam dalam lamunannya. Melihat hal itu, seseorang tadi menghalangi jalan Rianti dengan sepedanya.

" Hah! " Seru Rianti.

" Makanya kalau jalan jangan melamun. Aku dari tadi manggil kamu, kamu diemnya aja! " Kesal kak Eva.

" Eh~Kak Eva. Bikin kaget aja. " Kata Rianti.

" Eh, pipimu kenapa kok biru-biru gitu. "

" Nanti aku ceritain. Kenapa Kak Eva ada di sini malam-malam? "

" Aku tadi ke rumah kamu. Kata Ibu kamu, kamu belum pulang. Ya udah aku mau nyusulin kamu tadi. "

" Ada apa Kak? "

" Ajarin aku fisika dong... besok ada kuis, aku belum paham benar. "

" Ya udah, dimana? "

-Kedai mie ramen-

Sambil menunggu pesanan datang, kak Eva menunjukkan Rianti buku fisika yang ia bawa. Rianti membaca sekilas buku itu lalu memberi penerangan materi pada kak Eva. Kak Eva kakak kelas Rianti. Tapi, kak Eva nggak pernah gengsi untuk tanya sesuatu yang berhubungan dengan fisika kepada Rianti. Toh, mereka sangat dekat dan akrab semenjak Rianti masuk dalam daftar anak yang boleh mengikuti makan malam rutin bersama pak Petra. Kak Eva juga baik, ia sering memberi penerangan materi biologi yang selalu Rianti keluhkan. Apalagi kak Eva termasuk orang yang mengerti Rianti selain Nasya.

" Gimana Kak? Udah ngerti? " Tanya Rianti.

" Udah. Kamu menerangkan materi ini lebih baik dari guru fisika kelas 3. " Puji kak Eva.

" Nggak kok Kak. "

Pesanan datang.

" Makan dulu deh, aku yang traktir. Kamu kan udah bantuin aku. " Kata kak Eva

Rianti mengangguk tersenyum. Rianti dan kak Eva melahap ramen yang masih panas. Lalu Rianti memandang sekelilingnya.

" Kenapa? " Tanya kak Eva.

Rianti menggelengkan kepalanya.

" Kejebak nostalgia ya? " Goda kak Eva.

" Ih, apaan sih Kak! " Seru Rianti sambil tersenyum dan tiba-tiba pipinya jadi merah merona.

" Tuh kan... Emang pernah ke sini sama siapa? "

Rianti menggelengkan kepalanya.

" Ngaku aja deh... " Goda kak Eva lagi.

" Ada lah... seseorang. Kak Eva nggak perlu tau. " Kata Rianti.

" Iya deh... Tapi, janji. Kalau udah jadian, cerita ya sama aku. "

" Ih, kak Eva. "

Mereka terdiam sesaat, masing-masing sibuk dengan ramennya.

" Oh, iya. Tadi kamu ngelamunin apa sih? Biasanya kamu kalau gitu ada masalah. "

" Beasiswaku terancam Kak. "

" Kok bisa? Coba cerita. "

" Kak Eva kan tau aku tengah semester ini nggak dapet juara satu, manalagi aku terlibat masalah sama Romy. Dia pasti ngadu sama orang tuanya. "

" Jadi, gara-gara Romy pipi kamu kayak gini? "

" Nggak sengaja kalau soal itu Kak. Ya, intinya aku dimusuhin gitu lah sama Romy. "

Kak Eva berpikir. Lalu seperti ada lampu yang menyala terang di atas kepalanya.

" Kamu masih ingat kan kalau Pak Petra itu punya anak yang satu angkatan sama kamu? Ingat nggak? "

" Masih. Kenapa? "

" Kamu manfaatin aja dia. "

" Gila! Nggak ah! Lagipula aku nggak tau anaknya Pak Petra itu siapa. Kak Eva nih becanda aja. "

" Aku nggak becanda. Itu cara satu-satunya. Dengar-dengar, besok dia datang ke acara makan malam rutin kita. "

" Kamu pikirin deh mateng-mateng. Cuma anak Pak Petra harapan kamu. "

Rianti diam dan berpikir.

Rianti Maid LoverWhere stories live. Discover now