Bagian 19

557 11 3
                                    

Pulang sekolah, Rony mengajak Rianti ke taman. Taman yang disinggahi Rony saat Rony butuh penyelesaian masalah. Rony juga mengajak Rianti ke jembatan taman.

" Terima kasih ya. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku sudah mengiyakan apa yang dikatan Romy. "

" Sama-sama. "

" Eh~ tapi kenapa kamu punya niatan gitu? Kenapa kamu nggak menjelaskan aja apa yang terjadi? "

" Mulutku kaku. Aku nggak bisa bicara apapun saat itu. "

Keduanya diam sejenak.

" Kenapa sih kamu pake menghindar dari aku segala? Pake marah-marah gitu ke aku. Aku kira kamu lagi PMS. "

PLAKK

" Aww... "

" Yang bener aja! "

" Coba kamu bayangin posisi kamu di aku dan aku ada diposisi kamu. Gimana? Apa yang kamu lakukan? "

" Aku pasti bakalan cerita ke kamu kalau aku lagi gelisah dan takut lalu meminta bantuan kamu. "

" Ih, kamu nggak ngerti anak perempuan. "

" Kenapa? Gengsi kayak gitu? "

" Iyalah! "

" Kenapa harus gengsi? Kalau meminta bantuan orang lain, sedangkan orang itu mau membantu kamu. Dengan begitu, kamu memberi kesempatan orang itu untuk melakukan kebaikan. "

Catet!

Rianti terdiam. Lalu senyum dibibirnya mengembang. Layaknya kembang gula. Manis.

" Aku sempat nyesel iri sama kamu. "

" Iri? Kenapa? "

" Iya. Aku iri karena kamu juara satu. Karena, itu membuat beasiswaku terancam dan Pak Petra kecewa sama aku. Lalu, seseorang datang dan menyarankan ke aku untuk memanfaatkan puta Pak Petra untuk membantuku melancarkan urusan itu. Dan saat makan malam rutin... saat aku tahu kalau putra Pak Petra itu adalah kamu. Aku malu banget. Aku pernah cerita ke kamu kalau aku tidak suka dimanfaatkan orang lain. Tapi, aku malah berniat memanfaatkan kamu untuk urusan pribadiku. Aku malu. Malu... banget. Kalau aku saja tidak mau diperlakukan seperti itu oleh orang lain, kenapa aku ingin memperlakukan orang lain seperti itu? "

Catet!

" Maaf ya. "

" Udahlah, nggak apa-apa. "

" Kita impas sekarang. " Tambah Rony menatap Rianti dengan senyuman.

" Kok bisa? "

" Geng sok cool dan para guru tahu aku putra Pak Petra. Aku pemalas dan nilaiku jelek. Lalu, seseorang datang kepadaku dan mengatakan kalau ada anak bernama Rianti. Anak pandai dan punya satu teman untuk dipercaya. Katanya, dia sering dimanfaatkan teman-temannya untuk mengatrol nilainya masing-masing. Kata-kata orang itu membuat aku berpikir berkali-kali, karena dia ada benarnya juga, seharusnya sebagai putra dari pemilik sekolah aku malu kalau punya nilai jelek. "

" Tapi... takdir membawaku untuk bertemu sama kamu. Saat kamu digoda om-om berandalan. Lalu kita dekat dan aku malah semakin jauh sama geng sok cool. Salah seorang dari mereka marah dan tidak terima karena aku hampir nggak kumpul sama mereka. Dikiranya, aku benar-benar memanfaatkan kamu. Tapi, itu cuma alasan dia aja untuk marah sama aku. " Tambah Rony panjang lebar

" Maksud kamu Romy? "

" Yap! "

" Jadi, Romy nyuruh kamu untuk dekat sama aku dan mengatrol nilai kamu? "

" That's right! "

" Kenapa Romy marah sama kamu hanya karena kamu jarang kumpul? "

" Dia sahabatku. Diantara Rafa, Chiko, dan Jack. Romy hanya dekat dan nyaman sama aku. Jadi, saat aku nggak ada, mungkin dia kesepian. Mungkin juga, dia iri sama kamu karena aku deket sama kamu. "

" Ih, kamu GR! "

Keduanya tertawa kecil.

" Tapi, serius deh. Sebenarnya, aku kasihan sama dia. Dia anak dari orang kaya nomor 3 di negara ini. Tapi, dia sendirian dan kesepian di rumahnya yang megah itu. Dia selalu ditinggal Papi dan Maminya ke pulau pribadi mereka. "

" Pulau pribadi? "

" Iya. Pulau pribadi. Jadi, menurutku wajar aja sih kalau dia melakukan hal ini. "

Rianti mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda paham.

" Kayaknya lulus SMA nanti, kamu coba ke jurusan Psikologi atau Filsuf aja deh. "

" Kenapa? "

" Kayaknya kamu daleeem banget kalau berbicara soal seperti ini. "

Rony tersenyum.

" Kalo kamu kayaknya lulus SMA nggak usah kuliah deh. "

" Lho, kok gitu? "

" Kamu udah pinter. Langsung jadi professor aja. "

DOEENG

" Yang bener aja! "

" Aww, sakit. " Rintih Rony tapi, itu cuma bohongan. Rony malah tersenyum.

" Tapi serius deh. Nanti, kalo kamu kuliah dan kamu lulus. Kamu nggak usah kerja. "

" Makin ngawur deh! Terus gimana sama Ibu-Bapakku? "

" Nikah aja sama aku. Aku yang kerja. Biayaiin kamu, orang tua kamu, dan masa depan kita. " Kata Rony dengan mata berbinar-binar manja.

" Ngomong apa sih? "

" Aku suka sama kamu. "

" Aku... juga suka sama kamu. " Rianti mengalihkan pandangannya.

" Tapi, seharusnya aku nggak ngomong gitu. Karena, aku belum pantes ngomong tentang perasaan diumur segini. Karena perasaanku, emosiku masih labil. Aku belum tahu kedepannya gimana. Aku masih suka sama kamu atau nggak. "

Catet! Catet!

Rianti menatap Rony.

" Kita lihat saja. Apa yang terjadi di masa depan. Tapi sambil menunggu semua itu, kita harus janji untuk membuat masa depan kita masing-masing menjadi manis. "

" Oke. "

Mereka berjanji kelingking diikuti senyum yang mengembang bagai kembang gula.

Rianti Maid LoverWhere stories live. Discover now