Sampai Jumpa

33.5K 4.2K 220
                                    

Ardela berjalan menyusuri lorong berdinding kelabu, bersama headphone tak berlagu di telinganya. Dia melangkah penuh semangat menuju sektor pertahanan. Tak sabar mengejutkan ayahnya lagi. Namun ia terhenti saat mendengar tangisan bercampur suara seseorang diseret. 

Dia segera merapat ke dinding, perlahan belok ke Lorong Tahanan. Dia berlari ke sumber suara dan berhenti untuk sembunyi di balik tumpukan kotak besi.

Kedua mata coklat Ardela melotot melihat sekelompok Penjaga berseragam hitam lewat di depannya. Seseorang sedang diseret oleh dua Penjaga. Dia bapak-bapak, wajahnya bengap. Dia mengejang saat Penjaga menempelkan tongkat setrum ke perutnya.

"Hey, dia tidak melawan, jangan disetrum," kata ayah Ardela.

"Aku tak menerima perintah darimu, Dimitri."

Dimitri berbicara pada pria yang lemas disetrum itu. "Hans, jangan khawatir, aku akan—"

Seseorang menerjang melewati para Penjaga. Yang ini wanita, ia menangis mengejar pria tadi. Seorang Penjaga hendak menyentrum tangan wanita itu, tapi Dimitri menghalanginya. Kemudian datang seorang anak laki-laki, keringat membanjiri kaosnya, menampakkan otot di baliknya.

"Nak, bawa ibumu keluar," kata Dimitri. "Kumohon."

"Hans!" teriak wanita itu. Dia jatuh berlutut di pelukan anak laki-laki tadi. "El, mereka akan mengeksekusi ayahmu. Elvan, biarkan ibu ke sana!"

Laki-laki bernama El itu menatap Dimitri penuh amarah dan rasa takut. "Ayahku tak melakukan apapun!"

Dimitri mengangguk. "Iya, aku... aku akan berusaha menolong," balasnya. "Tolong, bawa ibumu keluar, mereka akan menyetrum siapapun yang tidak menurut."

Ardela membungkuk lebih dalam dan menutup telinga. Dia tak sanggup mendengar jerit tangis wanita itu saat El menariknya keluar. 

Tak lama kemudian seseorang lewat dan berhenti di depan Ardela, tepat di balik tumpukan kotak besi ini. Ia kira ayahnya, ternyata itu pria kekar berkulit kecoklatan dengan badge bintang di pundaknya. Chief Bara. Dia bersama seorang Penjaga.

Tak banyak yang Ardela dengar. Chief Bara bicara soal sebuah rencana yang bocor ke Hans. Sebuah rencana untuk mengurangi pemakaian energi. Mereka perlu mengeliminasi sesuatu agar mesin-mesin penghangat di Graha dapat berfungsi maksimal lagi. Jika tidak, semua mesin akan mati total. Namun Ardela tidak dengar apa yang perlu mereka eliminasi.

Dia memfokuskan telinganya, tapi yang ia dengar hanya ancaman. Ancaman bahwa siapapun yang mengetahui rencana ini akan berakhir seperti Hans.

Dieksekusi.

Seseorang menarik Ardela dari kerumunan. Yang pertama ia lihat adalah kacamata Damar. Lalu ia ditarik lagi karena tubuh seseorang rubuh ke arahnya. 

Orang itu sangat malang, garis ungu melingari mata bengkaknya dan hidungnya mimisan. Sedetik kemudian El menerobos kerumunan, menarik orang itu sampai berdiri.

Damar menarik Ardela, hampir memeluknya. Dia melirik pintu ruang makan dan melihat para Penjaga berlari menghampiri kerumunan. "Ayo, pergi, di sini akan semakin rusuh."

Ardela melepaskan tangan Damar. Dia melihat El meninju lawannya sampai jatuh lalu menendang punggungnya. Beda dengan lawannya, El tak terluka sedikit pun dan dia belum puas.

"Kau harus berhenti!" suara tinggi Ardela pecah begitu saja. "Penjaga datang, mereka—"

El menatap Ardela tepat di mata, begitu tajam, seketika membekukannya. Lalu El mempelajarinya dari kepala hingga kaki.

Di Bawah Nol (Book 1)Where stories live. Discover now