18 Try Again

802 68 8
                                    

Author Point Of View



3 hari sudah Shania bedrest di rumah. Pagi ini ia telah siap dengan seragam sekolahnya, sejak meninggalnya Reyhan Shania menjadi Introvert. Tapi ia masih selalu melempar senyum kepada orang-orang disekitarnya. Ia mencoba untuk bahagia tanpa adanya Reyhan, tapi dalam jauh di lubuk hatinya sangat sulit.

"Kalo benar-benar ingin sehat, makan yang banyak jangan seperti kemarin-kemarin" Tegur Devan, Shania hanya mengangguk.

"Tau nih dek lihat tuh badan kamu kurusan" Celetuk Andelo, Shania hanya tersenyum.

"Untuk saat ini luka jahitan kamu belum bisa Mami buka, tunggu 3 hari sampai kering baru Mami periksa lagi, ya paling 1 hari sekali ganti Heochst nya" Lagi-lagi Shania hanya mengangguk sesekali menyendok sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Pagi ini kamu diantar sama pak Agus, sekalian menjaga kamu sampai kamu pulang dan selesai dengan kegiatan sekolah kamu" Kata Devan.

"Tapi Pi Shania udah gapapa kok" Sedikit penolakkan dari Shania.

"Enggak ada penolakkan, seharusnya kamu masih punya waktu satu hari ini untuk istirahat dek. Berhubung kamu memaksa papi enggak bisa menolak, dan sekarang papi yang meminta" Shania mengangguk pasrah.

"Shania berangkat Mi Pi"

Shania berjalan kearah Papi dan Mami lalu mencium kedua pipi Papi dan Mami nya, sangat berbeda dengan Shania yang dulu. Ia selalu ceria, ia selalu bersenda gurau dengan Papi saat ia ingin berangkat sekolah, tapi kali ini tidak! Shania hanya melemparkan senyum manisnya.

Mami harap kamu kembali seperti Shania yang dulu. Batin Ve.

"Shania pasti kembali seperti dulu Ve, Aku sangat yakin apalagi dengan kedatangan Boby di kehidupannya. Aku yakin Boby bisa membuat Shania bahagia kembali, ceria kembali" Batin Ve dan Devan benar-benar sangat kuat, sampai akhirnya Devan tahu apa yang dirasakan oleh istrinya

****

Kini mobil yang di tumpangi Shania sudah berada di halaman parkir sekolah yang sangat luas ini.

"Bapak pulang aja Shania gapapa kok" Titah Shania kepada sang supir.

"Wah maaf non saya tidak bisa tinggalin non Shania, saya sudah diperintahkan sama tuan"

Terpaksa Shania menganggukinya. Ia benar-benar tidak menyukai apa yang diperintahkan Papinya, Menurutnya itu terlalu posesif, apalagi pekerjaan Pak agus adalah supir bukan Bodyguard.

Shania berjalan menuju kelas dengan lututnya yang masih dibaluti dengan Heochst, terlihat semua para kaum lelaki tertuju pada Shania yang baru masuk hari ini. Ada yang membawa kertas karton bertulisan 'Selamat datang kembali Kak Shania' ada juga yang berteriak berucap 'Selamat pagi Shania' seperti kedatangan artis saja, Shania hanya menganggapinya dengan senyumannya.

"SHANIA!" Teriak gadis bergigi gingsul dari arah belakang Shania.

"Main tinggal aja" Shania tersenyum kearah sampingnya yang sudah ada Nabilah sahabatnya.

"Senyam-senyum doang? Ngomong kek" Ucap Nabilah sedikit jengkel.

"Ngomong apa?" Kini Shania mulai membuka suaranya.

"Nah gitu kek ngomong. Sekali-kali ngomong nabilah cantik gitu" Ucap Nabilah dengan senyum semrawutnya yang susah diartikan.

"Iya nih Nabilah cantik kata Nabilahnya sendiri" Nabilah berhenti tersenyum saat kata terakhir.

"Yah gitu amat lo Shan" Nabilah memanyunkan bibirnya.

"Bercanda kok, Nabilah cantik..."

Saat Shania dan Nabilah memasuki kelas, tiba-tiba suasana yang tadinya hening menjadi rame karena kejutan dari teman-teman Shania termasuk Boby yang sudah berada di hadapan Shania, papan tulis sudah tertera jelas 'WELCOME BACK SHANIA'. Shania pun terkejut dengan kejutan yang diberikan oleh teman-teman sekelasnya.

What Can I Do For Someone?Where stories live. Discover now